NovelToon NovelToon
Ketika Suami Dan Anak Menolakku

Ketika Suami Dan Anak Menolakku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Mengubah Takdir / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Eireyynezkim

Tidak direstui mertua dan dikhianati suami, Latisha tetap berusaha mempertahankan rumah tangganya. Namun, kesabarannya runtuh ketika putra yang selama ini ia perjuangkan justru menolaknya dan lebih memilih mengakui adik tirinya sebagai seorang ibu. Saat itu, Latisha akhirnya memutuskan untuk mundur dari pernikahan yang telah ia jalani selama enam tahun.

Sendiri, tanpa dukungan siapa pun, ia berdiri menata hidupnya kembali. Ayah kandung yang seharusnya menjadi sandaran justru telah lama mengabaikannya. Sementara adik tirinya berhasil merebut kebahagiaan kecil yang selama ini Latisha genggam.

Perih? Tentu saja. Terlebih ketika pria yang pernah berjanji untuk mencintainya seumur hidup hanya terdiam, bahkan saat putra mereka sendiri lebih memilih wanita lain untuk menggantikan sosok ibunya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masalalu

Drakara tak menyangka jika Nurcelia tega berbuat hal kejam padanya dan juga Latisha. Padahal biar bagaimana pun, anaknya dan Latisha merupakan Cucu Nurcelia juga. Ada darah yang sama yang mengalir di tubuhnya. Tapi mengapa Nurcelia tak mau mengakuinya? Sebenci itukah Nurcelia kepada Latisha? Padahal apa salah Latisha? Apa hanya karena ia di lahirkan dari keluarga sederhana? Memangnya siapa yang mau lahir di keluarga sederhana? jika bisa memilih mungkin semua anak ingin di lahirkan di keluarga yang berada dan terpandang.

Sungguh bagi Drakara alasan kebencian Nurcelia kepada Latisha tak masuk akal. Lebih tak masuk akal lagi saat Nurcelia dengan teganya membuang cucu yang merupakan darah dagingnya sendiri ke panti asuhan.

Drakara tak akan mentolerir kesalahan ibunya kali ini. Ia akan menghukum ibunya dengan memblokir semua dana yang selama ini mengalir untuk Nurcelia. Kartu kredit dan kartu debit yang di pegang Nurcelia akan ia bekukan. Beruntungnya kartu yang di miliki Nurcelia menggunakan nama

Drakara hingga pria itu bisa dengan mudah mengurus semua administrasinya ke bank. Ia sudah menghubungi pihak banknya dan saat ini semua itu sedang di proses.

Kali ini Drakara memutuskan untuk ke ke rumah sakit. Meski ia sudah tahu jika Sageon bukan anak kandungnya, tapi ia tetap harus melakukan tes DNA untuk bukti yang lebih akurat.

Mengingat Sageon, hati Drakara terasa sakit bagai ditusuk ribuan jarum. Ia dan Latisha begitu mencintai anak itu. Bagaimana dulu Latisha telah banyak berkorban mengurus dan merawat Sageon. Semua itu kini terus berkelebatan di benak Drakara. Sungguh, ia tak bisa kehilangan Sageon, karena ia sangat menyayanginya dengan sepenuh hati. Terlepas Sageon bukan anak kandungnya, namun ia dan Latisha telah merawat Sageon sejak bocah itu baru lahir. Akan sakit baginya jika ia harus kehilangan Sageon. Andai Latisha tahu masalah ini, bagaimana perasaannya? Nana pasti akan sangat sedih. Entah bagaimana keadaan putra mereka sekarang? Apakah ia tumbuh dengan sehat dan berkecukupan seperti Sageon? Atau ia harus hidup dalam kekurangan? Drakara tak bisa membayangkan andai putranya kelaparan dan serba kekurangan. Ini semua gara-gara ibunya yang begitu kejam membuang putranya ke panti asuhan.

Drakara sudah meminta anak buah nya mencari informasi tentang putranya. Ia tak akan memberi tahu Latisha masalah ini sebelum ia menemukan putra mereka. Biarlah nanti ini akan menjadi kejutan untuk Latisha.

Setelah dari rumah sakit, Drakara melajukan kendaraannya menuju kantor. Saat dalam perjalanan, Nurcelia terus menghubunginya. Drakara yakin ibunya itu pasti akan menanyakan tentang kartu kredit dan kartu debitnya yang ia bekukan. Kali ini, Drakara mengabaikan telpon dari ibunya. Biarlah ibunya itu berpikir dan menyesali perbuatannya.

Tak berapa lama Drakara telah tiba di kantor. Hari ini ia akan bertemu koleganya untuk membahas kerja sama yang telah mereka sepakati sebelumnya.

Setelah meminta asisten dan sekertarisnya untuk mempersiapkan proposal yang telah mereka buat. Drakara pun meminta keduanya untuk ikut dengannya menuju PT RAX .

Drakara melangkahkan kakinya di lobby perusahaan PT RAX, diikuti oleh asisten dan sekertarisnya.

Di sana sudah menunggu seorang staf pria yang akan mengantarkan Drakara dan dua orang bawahannya menuju ruang meeting.

Memasuki ruang meeting yang terlihat begitu luas dan megah, Drakara memutuskan untuk kembali mengecek proposal yang ia buat untuk ia diskusikan dengan pihak PT RAX.

Saat Drakara dan dua orang bawahannya sedang fokus mengecek proposal mereka, terdengar ketukan suara hak sepatu yang ia yakini adalah CEO perusahaan yang akan berdiskusi dengannya. Kemarin saat ia membahas kerjasama di antara perusahaannya dan PT RAX, hanya direktur pemasaran yang datang menemuinya. Drakara pun beranjak dari duduk nya diikuti oleh dua orang bawahannya, mereka berdiri untuk menyambut kedatangan CEO PT RAX.

Dua orang pria dan dua orang wanita melangkah mendekati Drakara.

"Maaf telah membuat anda menunggu." Pria pertama yang terlihat familiar menyapa nya.

Drakara hampir saja terlonjak kaget saat ia mengingat bahwa pria yang berada di depan nya adalah pria yang pernah berkelahi dengannya di depan apartemen Latisha. Belum usai dengan rasa kagetnya melihat Agharna, Bara juga dikejutkan dengan kehadiran Latisha yang berada di samping pria kedua yang kini sudah berdiri di hadapannya.

"Latisha ..." Lirihnya tanpa sadar.

"Pak Drakara, apa anda baik-baik saja?" Asistennya yang bernama Arion langsung berbisik ke arah Drakara karena bosnya itu belum menjawab sapaan CEO PT RAX itu.

"Tidak apa-apa pak." Ujar Drakara sedikit gugup. Kini ia berusaha fokus dengan Agharna.

"Sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya." Ujar Agharna.

"Iya pak kita memang pernah bertemu dan saat itu telah terjadi kesalahpahaman di antara kita." Ujar Drakara.

Agharna pun tersenyum sambil menganggukan kepalanya. Tentu saja ia ingat kesalahpahaman yang dimaksud oleh Drakara. Agharna pun melirik ke arah Latisha yang terlihat tenang seperti tak terpengaruh apapun meski kini dia berhadapan dengan mantan suaminya.

"Baiklah kalau begitu kita mulai saja pertemuan kita. Saya ingin melihat dan mendengar proposal anda untuk kerjasama kita kali ini. " Ujar Agharna. Ia pun kemudian duduk di tempat nya.

"Baik pak." Drakara pun menganggukkan kepalanya. Setelah ia mempersiapkan semuanya, ia pun meminta asistennya untuk maju dan mulai mempresentasikan proposal yang telah mereka buat untuk kerjasama kali ini. Drakara berusaha untuk fokus pada asistennya yang tengah presentasi. Namun ia tak bisa benar-benar fokus, sesekali ia akan melirik ke arah Latisha yang fokus pada penjelasan Arion di depan sana. Latisha juga terlihat sesekali mengetikkan sesuatu di laptop yang berada di depannya.

Hati Drakara panas begitu melihat pria yang berada di samping Latisha berbisik di telinga mantan istrinya itu. Mereka terlihat begitu akrab dan dekat. Apa mungkin mereka sudah saling mengenal sebelum nya? Aarrghh... Kenapa ia harus terus memikirkan Latisha?

Arion asisten Drakara telah selesai dengan presentasinya, lalu ia pun kembali ke tempatnya. Drakara pun tersenyum dan memuji asistennya yang telah berhasil mempresentasikan proposal mereka dengan baik. Kini mereka tinggal menunggu keputusan Agharna untuk menyetujui atau tidak proposal yang baru saja Arion presentasikan.

Tak hanya Drakara yang puas dengan presentasi Arion, Agharna pun setuju dengan proposal Drakara. Namun ada beberapa hal yang harus mereka bahas dulu agar sesuai dengan kesepakatan bersama.

Drakara terlihat sudah tak sabar ingin segera menyelesaikan pertemuan nya kali ini karena ia ingin bicara dengan Latisha setelah ini.

Akhirnya setelah mencapai kesepakatan bersama, pertemuan mereka pun berakhir. Mereka semua saling berjabat tangan dan saat Drakara bersalaman dengan Latisha dia pun membisikkan sesuatu pada mantan istrinya itu.

"Aku ingin bicara setelah ini." Bisik Drakara.

"Maaf aku tidak bisa. Aku harus bekerja." Latisha menolak ajakan Drakara dengan tegas. Bukan hanya karena dia memang harus bekerja tapi Latisha pun sudah tak ingin lagi bicara dengan Drakara karena Ia berpikir tak ada lagi yang harus ia bicarakan dengan pria itu terkecuali masalah Sageon.

"Aku akan menunggumu. Kita makan siang di restoran sebelah." Ujar Drakara memaksa.

"Tidak bisa aku sudah ada janji dengan temanku." Latisha pun bersikeras tidak mau bicara dengan Drakara.

"Batalkan janjimu. Aku tetap akan menunggu mu di restoran sebelah, jika tidak Aku akan minta izin atasan mu untuk menunggu disini hingga kamu bisa beristirahat dan makan siang bersamaku." Drakara pun pun tetap dengan keras kepalanya ia ingin bicara dengan Latisha hari ini juga. Ia benar-benar merasa cemburu saat Langit terlihat begitu dekat dengan Latisha, wanita yang hingga saat ini masih sangat dia cintai.

"Jangan memaksaku jika tidak ingin aku lebih membenci mu." Ujar Latisha ketus.

"Astaga ada apa dengan mu? Kenapa kamu berubah seperti ini? Apa mungkin kamu sudah ada janji dengan pria lain? dengan siapa? apa dengan pria yang sejak tadi menempel pada mu? apa sebelumnya kalian sudah saling mengenal?"

Drakara yang merasa kesal pun langsung mencecar Latisha dengan beberapa pertanyaan yang membuatnya penasaran.

"Tidak ada hubungannya dengan mu. Untuk apa kamu mau cari tahu kehidupanku? Ingat sekarang kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi, kita sudah bercerai dan semua yang aku lakukan kini tidak ada hubungannya denganmu."

Latisha sama keras kepalanya dengan Drakara, ia kembali menolak ajakan Drakara karena tak ingin berurusan dengan pria itu lagi, terlebih sekarang mereka berada di area kantor dan ia harus menjaga reputasinya di sini karena ia pegawai baru.

Drakara yang kesal pun sudah tak bisa lagi berbuat apa-apa. Ia akhirnya menyerah dan pergi meninggalkan kantor tersebut dengan perasaan sesak.

Sedangkan Langit yang sejak tadi memperhatikan Drakara dan Latisha menjadi penasaran, dia langsung bertanya kepada Latisha tentang Drakara.

"Apa kamu mengenal Drakara sebelumnya? kalian terlihat berbicara sesuatu tadi." Tanya Langit. Ia menatap wajah Latisha dengan raut penasaran.

Sejenak Latisha bingung, apa ia harus mengatakan yang sebenarnya atau tidak? tapi akhirnya Ia memutuskan untuk mengatakan yang sejujurnya saja kepada Langit jika Drakara adalah mantan suaminya.

"Pak Drakara adalah mantan suami saya." Jawaban Latisha tentu saja membuat Langit kaget.

"Jadi dia itu mantan suami kamu?" Langit kembali bertanya hanya untuk meyakinkan pendengarannya saja. Takutnya ia salah dengar dengan apa yang diucapkan Latisha.

"Iya Pak." Latisha pun menganggukan kepalanya.

"Pantas saja sejak tadi ia selalu memperhatikan kamu. Aku juga bisa melihat ada api cemburu dari tatapan matanya." Ujar Langit.

"Benarkah? lupakan saja karena sekarang hal itu tidak penting bagi saya." Ucap Latisha dingin. Langit pun langsung terdiam, ia tahu mungkin Latisha tak mau lagi membahas tentang masa lalunya.

......................

Latisha tak menyadari bahwa ada seseorang yang tengah menunggunya di tempat parkir. Drakara sejak tadi menunggu kepulangan Latisha di sana. Ia rela menunggu wanita itu di tempat parkiran selama berjam-jam. Saat melihat Latisha keluar dari kantor dan menuju mobil nya, Drakara pun segera keluar dari dalam mobilnya untuk menghampiri Latisha.

"Latisha tunggu sebentar ada yang harus kita bicarakan, ini terkait dengan masalah Sageon."

Drakara mencegah tangan Latisha yang akan membuka pintu mobilnya. Sontak saja tindakannya itu membuat Latisha sedikit terkejut, ia benar-benar tak menyangka jika Drakara kini sudah berada di hadapannya, dan sepertinya pria itu telah menunggunya lama di sana, terlihat dari wajah lelah yang kini terlihat sangat jelas.

"Memangnya ada apa dengan Sageon?" Latisha menatap Drakara dengan penasaran.

"Kita bicarakan ini di mobilku, tidak enak jika kila bicara di sini." Ujar Drakara.

"Bicara di sini atau tidak sama sekali." Ujar Latisha tegas. Ia berpikir jika Drakara hanya membuat alasan untuk bicara dengannya dengan alasan Sageon.

"Baiklah, tapi tidak di luar seperti ini juga. Kita bicara di dalam mobil mu saja." Ujar Drakara pada akhirnya.

Latisha pun mengikuti keinginan Drakara ia segera membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Drakara untuk masuk terlebih dahulu setelahnya ia pun masuk dan menatap Drakara dengan tatapan tajam.

"Apa yang ingin kamu bicarakan? Ada apa dengan Sageon?" Tanya Latisha.

Namun bukannya menjawab pertanyaan Latisha, Drakara malah memaksa untuk memeluk Latisha lalu menempelkan bibirnya di bibir merah muda milik Latisha.

1
sri nurhandayani
lanjut
Iry: besok yah Author update, soalnya lagi nulis supaya bisa keluar lebih dari 1 episode
total 1 replies
I Ghani Pranaja
momen drakara mencari istrinya itu memang penting bnget. tapi alurnya terlalu cepat.
Buat lebih dramatis dong. 😀
Iry: Sip deh, bakal lebih dramatis☺
total 1 replies
I Ghani Pranaja
adik tiri jadi sekretaris. bahaya weiii
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!