Hidup dalam keluarga yang tidak bahagia. Ayahnya, ibunya, serta kakak laki-lakinya lebih perhatian dan melimpahkan kasih sayang pada putri tiri mereka, Rachel Carnida.
Ruby merasa tidak dicintai dan tidak dihargai oleh keluarganya sendiri. Dia berusaha untuk membuktikan dirinya dan mendapatkan perhatian keluarga, tetapi setiap upaya yang ia lakukan selalu gagal.
Ruby tidak pernah menyerah. Sampai suatu hari, Ruby dibawa paksa oleh Cakra ke sebuah club dan diserahkan pada teman-temannya sebagai bentuk kakalahan Cakra dari taruhan. Ruby terkejut, perbuatan Cakra semakin menambah deretan luka yang selama ini sudah ia dapatkan.
Ruby pun akhirnya menyerah. Ia tidak lagi berusaha untuk mendapatkan cinta dari keluarganya. Tujuannya kini hanya satu; membalas dendam terhadap mereka yang selama ini telah menyakiti hatinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RYB 14. Gadis Virusnya Bukan Kuman Biasa.
Setelah Emer mengusir Cakra, kini di kamar itu hanya tinggal mereka berdua. Ruby membawa dirinya duduk. Ia masih bertenaga karena sebelum datang ke ruang keluarga, Ruby sudah sempat menegak obat-obatan yang diberikan dokter saat ia dan Airis meninggalkan rumah sakit.
Ruby harus memastikan dirinya terus kuat untuk tetap bisa menghadapi keluarga Sanders. Permainan yang sudah ia mulai tidak mungkin berjalan dengan mulus, pasti akan mendapatkan tantangan terutama dari keluarga Sanders yang akan selalu menghalangi kebebasannya.
"Terima kasih," kata Ruby, membuat Emer yang berdiri dengan raut wajah kesal terhadap Cakra itu menoleh. "Sudah menuruti keinginanku. Sesuai janjiku; aku tidak akan memberi tahu mereka, terutama keluargamu tentang perbuatan rendah kalian yang mempertaruhkanku di club malam."
Ruby sebenarnya malas berurusan dengan Emer, tapi ia tetap berterima kasih pada pria itu. Emer sudah membukakan pintu lebar untuk dirinya bisa terbebas dan mulai membalas semua perbuatan keluarga Sanders padanya.
Gagalnya pertunangan Rachel hanyalah awal. Setelah ini, Ruby akan pastikan memberikan pelajaran pada Roger, Shinta juga Cakra—orang-orang yang terus mengatakan dirinya tidak memiliki guna, tapi ternyata tak henti-hentinya terus memanfaatkan dirinya.
"Ck! Bukan aku yang memulainya. Kakak sialanmu itu yang menantangku dan berjanji akan memberikan adiknya padaku." Emer semakin kesal mendengar kata-kata Ruby. "Dan perlu kau tahu. Targetku sebenarnya adalah Rachel. Jadi salahkan Cakra sialan itu, kenapa dia malah membawamu!"
"Kau menyukainya?" tanya Ruby pada Emer. Melihat ada kekesalan di mata pria itu, Ruby mengira jika Emer menaruh hati terhadap saudara tirinya.
Emer tidak langsung menjawab. Tapi di malam itu, memang Rachel lah yang Emer sangka akan Cakra bawa ke hadapannya. Namun, jika menyukai Rachel dalam artian cinta, rasanya tidak. Emer adalah pria yang masih bebas dan suka bersenang-senang.
"Aku ti..."
Suara Emer tenggelam saat seseorang membuka pintu kamar dengan kasar. Keduanya terkejut saat melihat Rachel masuk dengan amarahnya yang sudah menguar.
"Jadi kau sengaja mengancam Kak Emer dengan malam murahan itu, hah? Dasar jalang! Kau menggunakan trik murahan untuk merebut Kak Emer dariku!"
Rachel melampiaskan amarahnya. Ia yang tidak bisa lagi mengendalikan diri saat mendengar pembicaraan antara Emer dan Ruby barusan di luar pintu, langsung merengsek masuk. Ia akan memberikan pelajaran pada Ruby yang ternyata sudah berani mempermainkan mereka.
"Lepas, Kak! Dia harus diberi tahu! Agar sadar diri!" Rachel berusaha melepaskan cekalan tangan Emer yang membuatnya tidak bisa mendekati Ruby.
Ruby tetap duduk di tempat tidurnya. Menatap Emer yang saat ini sedang menarik lengan Rachel untuk menjauh dari ranjang.
"Kak Emer membelanya?" tanya Rachel dengan netra yang sudah berkaca-kaca. Sedari tadi ia sebenarnya sudah ingin menangis karena gagal bertunangan dengan Emer. "Dia itu perempuan licik. Kak Emer tidak lihat?! Dia sudah mengancam Kak Emer. Dan sekarang dia menggunakan sakitnya yang tidak seberapa itu untuk mencari perhatian Kak Emer."
Ruby berkali-kali bersin dan membuang cairan hidungnya ketika mendengar suara Rachel yang marah-marah.
Emer juga menutup mata, tapi bukan karena kemarahan Rachel. Melainkan mendengar suara Ruby yang membuang kencang ingusnya.
"Ruby tunanganku sekarang. Jadi aku pantas membelanya!" tekan Emer. "Urusanku dengannya bukanlah urusanmu. Berhenti ikut campur. Dan jangan coba-coba mengusiknya!"
Emer pusing, ia juga sudah lelah. Belum selesai bicara dengan Ruby, Cakra dan Rachel ternyata silih berganti memancingnya.
"Kak Emer tega. Aku hanya ingin memberi tahumu bagaimana jahatnya dia." Rachel terisak. Rasanya sakit sekali dibentak pria yang kita cintai karena membela wanita lain.
"Kak Emer masih bisa membatalkan perjodohan ini. Daddy dan Mommy tidak akan marah jika mengetahui bahwa Kak Emer sudah menidurinya. Mereka tidak akan meminta Kak Emer untuk bertanggungjawab pada gadis murahan itu!"
Plak!
Mulut Rachel seketika terkatup saat mendapatkan sebuah tamparan.
Bukan Emer yang melakukannya, melainkan Ruby.
"Sekali lagi kau menyebutku sebagai gadis murahan! Aku akan langsung merobek mulutmu itu dengan kedua tanganku!"
Deg!
Rachel terhenyak. Ia mundur hingga punggungnya membentur dinding saat melihat Ruby sudah berdiri di sisi Emer. Tidak menyangka bahwa Ruby yang selama ini dianggap lemah, berani membalas dan menamparnya dengan sangat keras.
Ruby menatap Rachel dengan netra merahnya yang menyala. Rachel terus saja merendahkannya. Dan Ruby muak terus diinjak-injak.
Emer juga tidak kalah terkejut melihat reaksi gadis virusnya. Ruby ternyata bukan sekedar kuman tak berdaya yang bisa membuat sakit kepala, tapi duri tajam yang siap menusuk siapa saja yang menyentuh harga dirinya.
Dan saat ini, Emer merasa seperti menatap Ruby untuk pertama kalinya—matanya terpaku pada Ruby dengan campuran kekaguman dan ketertarikan yang tak bisa lagi disembunyikan.
*
*
*
"Nona Ruby harus menjaga pola makan, tidur yang cukup, berolahraga secara teratur, dan pastikan untuk mengelola atau mengatasi stres dan tekanan dari sekiling dengan baik," ucap dokter pribadi keluarga Rykhad setelah memeriksa kondisi Ruby.
"Keadanya baik-baik saja, kan Dok?" tanya Amanda. Ketika dokter pribadi keluarga Rykhad yang dihubungi oleh Emer datang ke kediaman keluarga Sanders, Amanda ikut memantau bagaimana gadis yang sudah dipilih oleh putranya itu diperiksa.
"Tidak ada masalah serius, Nyonya Rykhad. Sistem kekebalan tubuh Nona Ruby cukup dijaga agar tetap stabil. Dan lakukan semua saran yang Saya anjurkan tadi untuk meningkatkan imunnya. Saya juga sudah meresepkan beberapa suplemen pada Tuan Muda Emer."
Amanda mengangguk, merasa lega mendengarnya. Dokter pun berpamitan setelah itu.
"Semuanya akan baik-baik saja, Ruby. Tidak perlu dipikirkan." Amanda mengira Ruby tertekan karena perjodohan yang tertukar ini.
Amanda menilai, jika Emer dan Ruby ini sebenarnya saling menyukai dan karena keluarga tidak tahu tentang mereka yang sudah saling mengenal, membuat dua keluarga nyaris saja menjodohkan Emer dengan orang yang salah.
"Sekarang sudah ada Emer. Dia pasti akan menjagamu dengan baik." Amanda tersenyum lembut membelai rambut Ruby yang mengangguk.
Emer hanya diam mendengar ucapan ibunya. Ia membalas datar tatapan Ruby yang kini meliriknya.
Emer masih berusaha menenangkan diri dari rasa kesal setelah kejadian Rachel yang datang marah-marah ke kamar Ruby tadi. Juga berusaha menenangkan degub jantungnya yang sepertinya sudah berhasil tertusuk duri.
"Mommy dan Daddy sudah harus pulang. Kami para orang tua sudah membicarakan tentang hubungan kalian. Mommy harap kalian berdua sama-sama saling menjaga sebelum hari pernikahan itu datang." Amanda menasehati putranya dan Ruby sekaligus berpamitan untuk meninggalkan kediaman keluarga Sanders.
"Kau akan pulang atau masih tetap di sini, Emer?" tanya Amanda sebelum benar-benar beranjak setelah memberikan pelukan pada Ruby.
"Tinggal, Mom."
Amanda mengangguk. Paham jika sang putra mungkin masih ingin bersama kekasihnya yang sedang sakit. Ia pun beranjak keluar dari kamar.
"Aku ingin menanyakan sesuatu," ucap Emer setelah kepergian ibunya. Ia mengambil posisi duduk di sebuah sofa yang tak jauh dari ranjang tempat Ruby duduk.
Beberapa saat sebelum bertanya, Emer menatap Ruby dengan intens. Memperhatikan wajah tunangannya yang kini bersin dan ingusnya sudah berhenti.
"Apa yang sebenarnya terjadi di antara kau dan keluarga Sanders? Mengapa mereka terlihat tidak menyukaimu?" tanya Emer serius.
Sekarang pokoknya bahagia dulu aku, Emer dan Ruby jadi nikah juga. Pernikahannya sudah di umumkan 💃🕺💃🕺💃