Menjadi istri kedua hanya untuk melahirkan seorang penerus tidak pernah ada dalam daftar hidup Sheana, tapi karena utang budi orang tuanya, ia terpaksa menerima kontrak pernikahan itu.
Hidup di balik layar, dengan kebebasan yang terbatas. Hingga sosok baru hadir dalam ruang sunyinya. Menciptakan skandal demi menuai kepuasan diri.
Bagaimana kehidupan Sheana berjalan setelah ini? Akankah ia bahagia dengan kubangan terlarang yang ia ciptakan? Atau justru semakin merana, karena seperti apa kata pepatah, sebaik apapun menyimpan bangkai, maka akan tercium juga.
"Tidak ada keraguan yang membuatku ingin terus jatuh padamu, sebab jiwa dan ragaku terpenjara di tempat ini. Jika bukan kamu, lantas siapa yang bisa mengisi sunyi dan senyapnya duniaku? Di sisimu, bersama hangat dan harumnya aroma tubuh, kita jatuh bersama dalam jurang yang tak tahu seberapa jauh kedalamannya." —Sheana Ludwiq
Jangan lupa follow akun ngothor yak ...
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
Tiktok @Ratu Anu👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Syarat Nyonya Sandra
"Mama!" panggil Ruben ketika Nyonya Sandra baru saja menginjakan kaki di rumah. Dia dan Felicia menghampiri, siap memberondongi wanita paruh baya itu dengan banyak pertanyaan.
"Ada apa? Apakah kamu mengira Mama akan menyiksa wanita simpananmu itu?" tanya Nyonya Sandra sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap Felicia dan Ruben secara bergantian.
Felicia langsung membuang muka. Sedangkan Ruben langsung menarik napas, karena akhirnya rahasia ini terkuak juga. Sulit rasanya untuk menjelaskan tujuannya menikahi Sheana. Karena pastinya sang istri akan semakin disudutkan.
"Aku hanya ingin tanya, dari mana Mama tahu lokasi rumah baru kami. Sebelumnya tidak ada satupun keluarga yang kami beritahu," tanya Ruben, dia curiga jika ibunya telah mengirim mata-mata. Bahkan lebih parahnya, wanita ini juga yang meneror Sheana.
"Bukankah saat ini semua itu tidak penting? Yang jelas sekarang Mama tahu, ada menantu lain di keluarga ini. Apakah kamu sudah tahu semuanya?" balas Nyonya Sandra seraya melayangkan pertanyaan pada Felicia yang sejak tadi diam, tapi sorot matanya seakan menggerutu.
"Ma!" sela Ruben.
"Aku tahu, karena aku yang menyuruh Ruben menikahinya!" cetus Felicia yang membuat Ruben langsung melayangkan tatapan tak percaya. Begitu juga dengan Nyonya Sandra yang terperangah hingga mulutnya menganga.
"Apa?"
"Fel," tegur Ruben, supaya istrinya tidak bicara panjang lebar. Namun, semakin ditutupi semuanya terasa menjadi beban berat. Lagi pula jika dia bertindak seperti orang yang diselingkuhi, bukankah hinaan itu akan semakin nyata?
Felicia yang sangat dicintai suaminya, akhirnya tergantikan oleh wanita miskin dan rendahan. Cih, sumpah demi apapun Felicia tidak mau sampai itu terjadi.
"Kenapa Mama sampai terkejut begitu? Bukankah Mama ingin cucu? Aku ingin mengabulkannya," ujar Felicia, wajah congkaknya menatap lekat Nyonya Sandra yang mengerutkan keningnya.
"Dia akan mengandung anak Ruben, tapi tanpa bersetubuhh!" lanjutnya, yang membuat Nyonya Sandra memahami alur dari rahasia ini. "Iya kan?" Felicia menguatkan kalimatnya dengan kepastian dari Ruben. Ruben meneguk ludahnya getir, mau tak mau dia harus menganggukkan kepala.
Tiba-tiba Nyonya Sandra terkekeh kecil.
"Hebat sekali. Otakmu itu selalu encer jika merencanakan ide busuk," cibir Nyonya Sandra. "Jadi, kamu menggunakan wanita lain untuk mengandung anak suamimu. Tapi begitu bayi itu lahir, otomatis akan menjadi anakmu. Begitu?"
Felicia meremat jari-jarinya sendiri. Tebakan ibu mertuanya tepat sasaran, sehingga dia tak bisa mengelak. Nyonya Sandra pun tertawa lagi sambil bertepuk tangan.
"Aku akui kamu hebat," pujinya terhadap rencana Felicia yang sangat di luar kepala. "Mama akan mendukungmu tapi dengan satu syarat ...."
"Ma, tidak ada syarat apapun. Karena setelah wanita itu melahirkan, aku akan langsung menceraikannya!" sambar Ruben yang tak ingin memperkeruh suasana.
"Kalau kamu tidak menerima syarat dari Mama, maka jangan salahkan jika besok ada berita besar," ujar Nyonya Sandra, nada bicaranya yang tenang, namun mengandung ancaman yang cukup membuat Ruben dan Felicia ketar-ketir. Mereka terperangkap dalam permainan mereka sendiri.
"Ma!"
"Katakan, apa yang Mama inginkan?" ketus Felicia, supaya mereka tidak berbasa-basi lagi dan Nyonya Sandra tidak mencampuri urusan rumah tangga mereka.
"Sayang," cegah Ruben, tetapi Felicia justru menepisnya. Dia tidak suka tatapan meremehkan itu.
"Bawa wanita itu ke rumah ini tinggal dengan kita!" tandas Nyonya Sandra menantang. Mata Felicia langsung terbelalak lebar.
'Sialan, apa yang dia rencanakan?'
*
*
*
Sudah cukup larut, tapi Sheana tak lekas menutup jendela kamarnya. Rasanya dia ingin berlama-lama merasakan sejuknya angin malam yang menenangkan. Sejak kedatangan Nyonya Sandra, Ruben maupun Felicia belum menghubunginya.
"Anda bisa sakit jika terus-menerus berada di sini," seru Luan, menyadarkan lamunan Sheana. Wanita itu mendongak dan mendapati Luan memakaikan sebuah kain untuk menutupi tubuhnya.
"Aku terus-menerus mengingat kejadian tadi siang, Lu, dan berpikir apa yang akan terjadi setelah ini. Aku takut," balas Sheana dengan sorot matanya yang mendayu.
Luan tersenyum tipis seraya meraih salah satu tangan Sheana. Dia menuliskan namanya menggunakan jari di telapak tangan itu. "Jangan risaukan sesuatu yang belum terjadi, Nyonya. Dan ingat, ada saya! Panggil nama saya kapanpun Anda butuh."
Mendengar itu kegundahan Sheana sedikit lebur. Entah kenapa pemuda itu selalu memiliki celah untuk menyusup dan memberikan efek tenang.
"Sekarang tarik nafas!" Luan memberi instruksi, dan Sheana langsung mengikutinya. "Hembuskan secara perlahan ...."
Huh ....
"Masuk dan beristirahatlah, Anda masih memiliki hari esok yang harus dihadapi," titah Luan lagi, tanpa membantah Sheana langsung bangkit dari duduknya.
"Terima kasih, Lu. Jika tugasmu sudah selesai, kamu juga langsung tidur ya," balas Sheana perhatian sebelum jendela kamarnya ditutup. Luan langsung mengangguk, senyumnya tersapu oleh gorden yang Sheana tarik. Namun, melekat dalam ingatan.
Sementara di tempat lain, Nyonya Sandra menatap punggung sang suami yang tidur membelakanginya. Sudah cukup lama rumah tangga mereka dingin, tapi satu sama lain masih terus mempertahankan, hanya demi nama baik keluarga.
"Pa, Papa sudah tahu tentang istri simpanan Ruben?" tanya Nyonya Sandra mengajak suaminya mengobrol. Namun, Tuan Tares yang ternyata belum tidur tak menggubris.
"Pa!"
"Besok aku ada meeting, jadi jangan racuni pikiranku dengan sesuatu yang tidak penting!" cetus pria paruh baya itu memperingati istrinya. Nyonya Sandra pun berdecak, kemudian membalik tubuhnya hingga mereka saling membelakangi.
Hingga masuk tengah malam, tiba-tiba ruang di samping Nyonya Sandra terasa lenggang.
selamat luan, akhirnya kamu bisa masuk rumah utama. ingat luan? kamu harus selalu melindungi Shiena, karena di dalam rumah utama ada seseorang yang pastinya akan mencelakai Shiena.
Sukurinn kamu fel? pelan2 keberadaanmu pasti tersingkirkan, kamu yang memulai dan akhirnya kamu juga yang pasti tereliminasi. yang pasti nyonyah Sandra akan berada di pihak shiena 😂😂
apalagi kalo nti dia bisa memberikan cucu dari Ruben ..s Felicia bakal d tendang dari istana yg selama ini buat d nyaman 🤭
emejing bgt klo bgitu🤭🤣🤣🤣