NovelToon NovelToon
Jodohku Ternyata Kamu

Jodohku Ternyata Kamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Office Romance
Popularitas:248
Nilai: 5
Nama Author: Yoon Aera

Rizal mati-matian menghindar dari perjodohan yang di lakukan orang tuanya, begitupun dengan Yuna. Mereka berdua tidak ingin menikah dengan orang yang tidak mereka cintai. Karena sudah ada satu nama yang selalu melekat di dalam hatinya sampai saat ini.
Rizal bahkan menawarkan agar Yuna bersedia menikah dengannya, agar sang ibu berhenti mencarikannya jodoh.
Bukan tanpa alasan, Rizal meminta Yuna menikah dengannya. Laki-laki itu memang sudah menyukai Yuna sejak dirinya menjadi guru di sekolah Yuna. Hubungan yang tak mungkin berhasil, Rizal dan Yuna mengubur perasaannya masing-masing.
Tapi ternyata, jodoh yang di pilihkan orang tuanya adalah orang yang selama ini ada di dalam hati mereka.
Langkah menuju pernikahan mereka tidak semulus itu, berbagai rintangan mereka hadapi.
Akankah mereka benar-benar berjodoh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoon Aera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Biro Jodoh dan Bagian dari Masa Lalu

Syamsul Rizal Danantara duduk di ruang kantornya yang luas di lantai paling atas Gedung Danantara Corp., sebuah bangunan kaca menjulang yang menjadi markas utama salah satu perusahaan konstruksi dan investasi terbesar di Jakarta. Di balik dinding kaca itu, langit senja mulai meluntur warnanya, seperti hati Rizal yang entah kenapa terasa semakin hampa seiring bertambahnya usia.

Hari ini dia genap 35 tahun.

Tidak ada pesta. Tidak ada lilin. Bahkan tidak ada ucapan ‘Selamat Ulang Tahun’ dari siapa pun, kecuali dari asisten kepercayaannya, yang sedikit supel dan lempeng, tapi terlalu gugup untuk bercanda lebih dari dua kalimat.

Rizal mengetik cepat di laptopnya, mencoba menyibukkan diri dengan laporan proyek ekspansi di Bali. Tapi pikirannya teralihkan ketika ponselnya bergetar.

 Enam panggilan tak terjawab.

Mama❤️

Dan satu pesan.

Nak, kamu harus pulang malam ini. Mama tunggu di rumah. Harus. Titik.

Ia menghembuskan napas panjang. Jika ibunya sudah memakai titik, itu artinya tak ada ruang untuk negosiasi.

*****

Di rumah besar keluarga Danantara, Wika sedang duduk di ruang tamu bersama seorang wanita paruh baya berwajah ramah dan seorang gadis muda yang duduk manis dengan senyum malu-malu. Meja tamu dipenuhi kudapan dan teh manis. Seolah sedang menyambut tamu istimewa.

Ketika Rizal masuk, ia langsung tahu bahwa ada sesuatu yang tidak biasa. Sepatunya belum sempat dilepas, tapi matanya sudah menangkap sinyal bahaya dari senyum ibunya yang terlalu lebar.

“Rizal, kenalkan ini Tante Rani dan ini anaknya, Manda.”

Rizal mengangguk kaku, mencoba tetap sopan.

“Ini anak saya, Syamsul Rizal. Tapi lebih sering dipanggil Rizal.”

“Ah, kami sudah banyak dengar tentang Rizal dari Ibu Wika. Tampan, sukses, sopan. Sayang belum menikah ya, Nak.” Tante Rani tersenyum.

Rizal mengalihkan pandangannya ke ibunya.

“Ma, ini maksudnya apa?”

Wika berdiri dan menarik anaknya menjauh dari tamu.

“Mama capek ditanya-tanya terus sama tante-tante arisan. Usia kamu sudah 35 tahun, Rizal. Masih juga sendiri. Kamu pikir mama nggak khawatir?”

“Jangan bilang Mama nyewa biro jodoh?”

“Bukan cuma nyewa. Mama sudah daftar ke paket platinum! Pilihan terbaik dari seluruh Jakarta dan sekitarnya!”

 “Ma… please.” Rizal mengusap wajahnya.

“Terserah kamu mau pilih yang mana. Tapi satu yang Mama curiga… Jangan-jangan kamu nggak suka perempuan?”

“MA!” Rizal hampir berteriak, tapi menahan suaranya.

Ia menatap ibunya dalam-dalam.

“Mama tahu aku pernah suka sama seseorang.”

“Tapi kamu nggak pernah bawa dia ke rumah, nggak pernah cerita siapa.”

Karena dia tidak pernah tahu. Dan aku tak pernah punya cukup keberanian.

*****

Lima hari kemudian, di kantor Danantara Corp.

Yuna Indra Pitaloka berlari-lari kecil menuju lift. Tasnya terbuka separuh, dompet hampir terjatuh, dan rambutnya sedikit berantakan karena angin pagi. Dia mengutuk dirinya dalam hati karena bangun terlambat lagi. Alarm sudah dia pasang tiga, tapi tetap saja kelewatan.

“Yuna!” Panggil Putri, rekan sekantor dari bagian marketing.

“Bos besar naik ke lantai keuangan pagi ini. Pastikan meja kamu rapi!”

“Ya Tuhan…” Yuna langsung menyambar tisu dari laci dan mulai mengelap meja yang sudah penuh dengan tumpukan nota dan struk.

Pintu lift terbuka. Sepatu kulit mahal itu melangkah tenang. Jas Armani. Wajah serius. Ketampanan yang tak berubah sejak dulu.

Yuna menegang.

Bibirnya kaku. Matanya melebar.

Pak Rizal? Nggak mungkin.

Tapi matanya tak salah. Meski kini pria itu tampak lebih dewasa, lebih matang, dan jauh lebih berwibawa, ia tetap bisa mengenali garis rahang dan tatapan mata yang pernah membuatnya tidak bisa tidur semalaman semasa SMA dulu.

Yuna menunduk. Jantungnya berdetak begitu kencang, seolah waktu memutar ulang hari-hari ketika ia diam-diam memperhatikan guru olahraga tampan itu dari jauh.

Syamsul Rizal, guru olahraga yang menghilang tanpa jejak menjelang kelulusan.

Dan sekarang… dia adalah CEO perusahaannya sendiri.

Rizal memperhatikan para staf dari balik kacamata tipisnya. Tatapannya tajam tapi tenang. Namun, ia sedikit terkejut saat matanya bertemu dengan salah satu karyawan perempuan yang menunduk terlalu cepat saat melihatnya.

Ada yang aneh. Wajah itu… terasa familiar.

“Nama kamu siapa?” Tanyanya langsung.

 “Y-Yuna, Pak. Yuna Indra Pitaloka. Saya Asisten Manajer Meuangan.” Yuna menelan ludah.

Rizal mengangguk perlahan. Dia menatapnya sekali lagi sebelum beranjak menuju ruang rapat.

Di balik ketenangannya, pikirannya tak berhenti bertanya.

Yuna? Indra Pitaloka?

Kenapa nama itu terasa seperti bagian dari masa lalu?

Sore harinya, Rizal membuka laci meja kerjanya. Ia menarik sebuah album kecil berisi foto-foto lama semasa ia mengajar dulu, sebelum memilih meninggalkan dunia pendidikan dan kembali ke bisnis keluarga setelah ayahnya jatuh sakit.

Dan di sana… sebuah foto acara perpisahan SMA terpampang jelas. Di salah satu sudutnya, seorang gadis muda tersenyum manis ke arah kamera, mengenakan seragam putih abu-abu.

Yuna Indra Pitaloka.

Dia masih mengingatnya. Gadis ceroboh yang pernah terjatuh di lapangan dan menolak dibawa ke UKS karena malu. Gadis yang sering terlambat tapi selalu tersenyum minta maaf.

Gadis yang… diam-diam juga pernah dia perhatikan.

Tapi waktu itu, ia terlalu takut akan kehilangan kariernya karena terlibat perasaan pada siswi sendiri. Maka ia memilih pergi, mengubur semuanya dalam-dalam.

Dan kini… semesta mempertemukan mereka kembali.

Yuna berdiri di depan cermin kamar mandi kantor, membasuh wajah dengan air dingin. Pipinya masih merah, bukan karena malu semata, tapi karena degup jantung yang tak kunjung tenang sejak matanya bertemu sosok Rizal pagi tadi.

Dia bukan hanya atasan. Dia Pak Rizal.

Guru olahraga yang dulu membuat hatinya berbunga hanya karena sekadar menyapa di lorong sekolah.

“Kenapa kamu bisa kerja di sini, Yun?” Gumamnya sendiri sambil menatap pantulan wajahnya yang kebingungan.

Ia tak tahu harus bersikap seperti apa. Apakah sebaiknya berpura-pura tidak kenal? Atau bertanya langsung.

“Pak, Bapak masih ingat saya?” Gumammnya lagi.

Tapi… dia bukan ‘Pak’ lagi.

Dia kini CEO perusahaan besar, dan Yuna cuma staf divisi keuangan biasa. Jarak mereka kini bahkan lebih jauh dari sekadar guru dan murid.

“Oke, Yun, relax! Kamu harus pura-pura nggak kenal. Ya, lebih baik begitu.” Ucapnya dengan kepalan tangan, demi menyemangati dirinya.

Sementara itu, di ruang kerjanya, Rizal berdiri memandangi langit senja dari balik jendela kaca. Senja memang selalu membuatnya melankolis. Tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda.

Nama itu, Yuna.

Wajah itu.

Senyumnya yang dulu selalu ia lirik diam-diam saat mengawasi siswa bermain voli. Kini berdiri di dekatnya, tak lagi dalam ingatan, tapi nyata. Di kantor. Di ruang yang sama. Dalam hidup yang sama sekali baru.

“Apakah ini kesempatan kedua yang diberikan Tuhan?” gumamnya pelan.

Tangannya terulur, meraih interkom.

“Pak Doni, tolong panggilkan staf Yuna dari bagian keuangan. Saya ingin berbicara dengannya. Sekarang!”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!