NovelToon NovelToon
Pengertian Sang Kaisar Kegelapan

Pengertian Sang Kaisar Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Cinta setelah menikah / Aliansi Pernikahan / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:79.6k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Luna Arindya, pemanah profesional dari dunia modern, meninggal tragis dalam sebuah kompetisi internasional. Saat membuka mata, ia mendapati dirinya berada di dalam novel fantasi yang pernah ia baca—dan menempati tubuh Putri Keempat Kekaisaran Awan. Putri yang lemah, tak dianggap, hidupnya penuh penghinaan, dan dalam cerita asli berakhir tragis sebagai persembahan untuk Kaisar Kegelapan.

Kaisar Kegelapan—penguasa misterius yang jarang menampakkan diri—terkenal dingin, kejam, dan membenci semua wanita. Konon, tak satu pun wanita yang mendekatinya bisa bertahan hidup lebih dari tiga hari. Ia tak tertarik pada cinta, tak percaya pada kelembutan, dan menganggap wanita hanyalah sumber masalah.

Namun semua berubah ketika pengantin yang dikirim ke istananya bukan gadis lemah seperti yang ia bayangkan. Luna, dengan keberanian dan tatapan tajam khas seorang pemanah, menolak tunduk padanya. Alih-alih menangis atau memohon, gadis itu berani menantang, mengomentari, bahkan mengolok-olok

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 35

Matahari musim semi menyinari ibukota, seolah-olah hendak menghapus noda darah yang baru saja tertumpah. Para pelayan kembali mengisi lorong-lorong istana, suara gamelan kembali terdengar, dan aroma dupa kembali memenuhi aula.

Namun bagi Rui, ketenangan ini hanyalah lapisan tipis yang menutupi jurang dalam. Ia tahu, ular-ular kecil sudah ditumpas, tapi seekor naga di perbatasan barat sedang melingkarkan tubuhnya Jenderal Gao.

Di ruang dimensi, pohon persik bergetar. Daun-daunnya seperti memberi peringatan. Rui membuka gulungan informasi dari jaringan bayangan.

“Jenderal Gao mengumpulkan 80.000 pasukan. Dalihnya latihan. Tapi laporan mengatakan persediaan panah dan kuda melebihi kebutuhan.”

Rui menutup gulungan itu perlahan. Suaranya dingin, nyaris seperti bisikan,

“Dia sudah bersiap memberontak.”

---

Di beranda paviliunnya, Rui duduk sambil menatap bulan. Angin malam membawa suara dedaunan, tenang tapi juga menyimpan gelora.

Langkah berat terdengar. Tian Ze muncul, kali ini tanpa jubah kebesaran. Ia hanya mengenakan pakaian sederhana dari sutra hitam.

“Masih belum tidur?” tanyanya.

Rui menoleh sebentar lalu kembali menatap bulan. “Tidur hanya untuk orang yang bisa damai. Sedangkan aku sedang menunggu naga bergerak.”

Tian Ze mendekat. Tangannya, yang biasanya hanya memegang pedang atau pena perintah, perlahan menyentuh bahu Rui. Sentuhan itu sederhana, tapi bagi Rui yang selalu bersikap dingin itu terasa hangat sekaligus berbahaya.

“Kau tidak sendirian,” bisik Kaisar.

Rui tersenyum samar. “Tapi jika aku tidak ada, apakah kau masih bisa menahan mereka sendirian?”

Tian Ze menatap dalam matanya. “Aku tidak takut menghadapi ribuan musuh. Tapi aku takut… kehilanganmu.”

Hening. Angin malam berhenti sejenak, seakan bumi pun menahan napas.

Rui menunduk, pipinya memerah samar. Kata-kata Kaisar itu bukan sekadar pengakuan seorang penguasa, tapi suara hati seorang pria yang jarang sekali ia biarkan keluar.

“Aku tidak akan pergi,” jawab Rui akhirnya, pelan namun tegas. “Selama kau tidak mengusirku.”

Untuk pertama kalinya, mereka saling menatap lama tanpa kata. Dan di antara tatapan itu, ada sesuatu yang lebih dalam daripada sumpah politik atau janji kekuasaan. Ada cinta yang tumbuh dalam diam.

---

Keesokan paginya, suara gaduh terdengar dari taman istana. Rui yang sedang membaca laporan terpaksa keluar.

Di sana, Yu Zhi harimau penjaga yang kini berwujud bocah manusia sepuluh tahun sedang berlari-lari sambil membawa buah persik. Pelayan-pelayan kewalahan mengejarnya.

“Yu Zhi!” panggil Rui.

Bocah itu berhenti, wajahnya berseri. “Yang Mulia!”

Rui tertawa kecil, sesuatu yang jarang ia lakukan di depan orang lain. Ia menghampiri Yu Zhi, mengusap kepalanya. “Kau benar-benar membuat semua orang pusing.”

Tian Ze yang baru datang melihat pemandangan itu. Untuk pertama kalinya, ia melihat Rui tertawa tulus, matanya berbinar. Ada rasa asing yang menyentuh hatinya perasaan hangat yang selama ini tertutup oleh kegelapan.

Tanpa sadar, ia berkata, “Seandainya kau tersenyum seperti ini lebih sering, mungkin rakyat tidak akan takut lagi pada istana.”

Rui menoleh, wajahnya kembali dingin. Tapi senyum samar tetap bertahan di bibirnya. “Mungkin. Atau justru mereka semakin iri.”

---

Malam itu, sidang rahasia diadakan. Hanya ada Kaisar, Rui, Jun Hao, dan beberapa jenderal kepercayaan.

Jun Hao membuka peta. “Pasukan Jenderal Gao terkonsentrasi di barat. Jika ia bergerak, ibukota bisa terancam dalam satu bulan.”

Seorang jenderal bersuara, “Kita harus menyerang duluan, Yang Mulia. Hancurkan mereka sebelum mereka siap.”

Namun Rui menggeleng. “Jika kita menyerang duluan, rakyat akan berkata Kaisar haus darah. Kita perlu bukti nyata bahwa Gao memang memberontak.”

Tian Ze menatap Rui. “Bagaimana caranya?”

Rui tersenyum samar, matanya berkilat. “Biarkan aku yang memancingnya keluar.”

---

Setelah rapat bubar, Rui kembali ke paviliunnya. Ia menyalakan lampu minyak, duduk di depan meja, menuliskan strategi.

Tiba-tiba, pintu terbuka. Tian Ze masuk tanpa izin, sesuatu yang jarang ia lakukan.

“Apa kau tidak lelah?” tanyanya.

Rui tidak menoleh. “Lelah adalah bagian dari hidupku. Aku sudah terbiasa.”

Tian Ze melangkah mendekat. Di atas meja, ia meletakkan setangkai bunga persik yang dipetik dari taman. “Kalau begitu… izinkan aku membuatmu sedikit lupa pada kelelahan itu.”

Rui terdiam. Ia menatap bunga itu lama, lalu menatap Kaisar. Mata hitam Tian Ze, yang biasanya dipenuhi aura kegelapan, kini tampak jujur seperti mata seorang pria biasa.

Rui menghela napas. “Kau berbahaya, Yang Mulia.”

“Kenapa?”

“Karena kau membuatku ingin berhenti berjuang, walau hanya sejenak.”

Tian Ze tersenyum samar. “Kalau begitu, berhentilah sebentar. Dunia tidak akan runtuh hanya karena kita duduk bersama.”

Malam itu, mereka duduk berdua, minum arak ringan. Tidak ada ciuman, tidak ada janji manis. Tapi bagi Rui, kedekatan tanpa kata itu lebih dalam daripada seribu janji.

--

Keesokan harinya, Rui turun langsung ke pasar dengan menyamar. Ia ingin mendengar suara rakyat dengan telinganya sendiri.

Di sebuah kedai, ia mendengar percakapan pedagang.

“Katanya, Kaisar akan menyerang barat.”

“Ah, Kaisar memang suka perang. Tidak puas membunuh pejabat sendiri, sekarang rakyat juga akan dikorbankan.”

“Tapi Permaisuri itu… katanya dia peri putih yang melindungi Kaisar. Kalau bukan dia, mungkin Kaisar sudah jadi iblis penuh.”

Rui menunduk, tersenyum tipis. Ia tahu, rakyat masih takut pada Kaisar. Tapi sedikit demi sedikit, mereka mulai melihatnya Permaisuri Putih sebagai cahaya kecil di tengah kegelapan.

---

Malam itu, Rui kembali dengan laporan. “Rakyat sudah mulai percaya padaku. Itu artinya, aku bisa menjadi jembatan antara mereka denganmu. Jika aku memimpin operasi menjebak Jenderal Gao, rakyat tidak akan menuduhmu haus darah.”

Tian Ze menatapnya lama. “Dan kalau kau terluka?”

Rui tersenyum samar. “Aku sudah terbiasa terluka.”

Kaisar terdiam. Ia ingin berkata “aku tidak ingin kau terluka,” tapi kata-kata itu tertahan di tenggorokannya. Sebagai Kaisar, ia harus dingin. Tapi sebagai pria, hatinya bergemuruh.

Akhirnya, ia hanya menggenggam tangan Rui sejenak tindakan yang sudah sangat besar bagi seorang Kaisar yang biasanya dingin.

Rui membalas genggaman itu. “Percayalah padaku. Kita akan menaklukkan naga ini… bersama.”

---

Hari berikutnya, pasukan rahasia mulai bergerak. Rui memimpin dari balik bayangan, sementara Tian Ze menyiapkan pasukan utama di ibukota.

Dan dengan itu, Rui Zhi Han sang permaisuri Putih melangkah ke dalam kegelapan untuk menghadapi naga terakhir.

---

Eksekusi Zhao Kun dan pejabatnya menutup satu era, tapi perlawanan baru sudah menunggu. Jenderal Gao, naga perbatasan, siap mengguncang negeri.

Namun kini, Kaisar Tian Ze tidak sendirian. Di sisinya ada Rui cahaya, cermin, dan juga cinta yang perlahan melembutkan hatinya.

Dan di balik strategi, darah, dan intrik, satu hal tumbuh perlahan: hubungan romantis yang tidak lagi bisa disangkal, meski dunia di sekitarnya runtuh.

---

Bersambung…

1
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
gak oerlu di ajarin dong, agak lain emang putri kita yang 1 ini
tapi bikin suka /Facepalm/
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
pede sekali anda Rui, tapi emang bener sih gak ada dua nya 🤣
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
roh cantik dari jembatan ancol ya kan /Facepalm/
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
aku padamu Rui 🤣
kalo Lan mei harus banyak² stok kesabaran untuk mengahadapi majikan dandom ini 😁
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
anti mainstream ngidamnya Rui 😂😂
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
hamil barengan jd nanti anaknya gede barengan jg 😂😂
Yue Li MZy
Raja Yan terlalu pengecut bisa bisa nya dijadikan boneka oleh anak sendiri untuk kehancuran rakyat
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
semoga kalian bahagia selalu 😍😍
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
kerajaan Yan runtuh karna ulah anaknya sendiri 😏😏😤
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
kasihan rakyat pemimpin nya egois 😤😤
Dian Susantie
wah.. bakalan ada demo rakyat ke pemerintah nya nih.. 🔥🔥🤭🤭
Dian Susantie
wah.. ada musuh baru lagi nih... 🔥🔥🔥
Atalia
mantap juga rencana Permaisuri🤭🤭🤭
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
kalian akan hancur
Dewiendahsetiowati
A-Sian Hulk versi wanita
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Yan Fei gak th aja kl kaisar Tian Zhe marah pasti kerajaan ayahmu akan musnah 😏😏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
A- Sian kuat banget ya 😅😅
Dewiendahsetiowati
jodoh Bai Lang
nacho hong
Mcm movie cina kaisar pembinor
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
bai Long dpt teman baru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!