Ketika Liora terjebak dalam malam penuh kesialan, ia tak pernah menyangka hidupnya akan berubah selamanya setelah bertemu Felix Dawson, Sang CEO yang dingin sekaligus memikat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourhendr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau Tidak Bisa Mengelak Lagi!
Sepanjang perjalanan, tidak ada percakapan terjalin. Liora sudah berkali-kali berusaha mengajak Felix bicara, tapi sayangnya Felix sama sekali tidak bisa diajak bicara oleh Liora. Sepertinya marah seorang Felix Williams tidaklah main-main.
Setibanya di apartemen Liora, Felix ingin pulang, tapi Liora mencegahnya. Meskipun pria itu marah, tapi dia tetap bertanggung jawab memulangkan Liora sampai ke apartemen wanita itu.
"Tidurlah. Ini sudah malam," ucap Felix dingin dan menyingkirkan tangan Liora yang melingkar di lengannya. Pria itu ingin segera pergi guna meredam kemarahan. Dia tak ingin meledakan kemarahan yang telah mengganggu hati dan pikirannya.
Liora berdiri di depan Felix sambil merentangkan kedua tangannya. "Kau tidak boleh pergi ke mana pun! Kau harus tetap di sini, Felix. Kau salah paham. Ini semua tidak seperti yang kau pikirkan."
Liora berusaha memberikan penjelasan. Karena memang, bagaimanapun, dia tidak pernah bermaksud untuk membuat Felix marah. Sungguh, dia mengajak Felix ke restoran itu, bukan karena mengenang kenangan, tapi karena dia menyukai makanan di restoran tersebut.
Felix mengatur emosi dalam dirinya. Dia tak ingin kasar pada Liora. Hanya saja tak dipungkiri bahwa memang dirinya kecewa. "Salah paham apa yang kau maksud, Liora?" serunya bertanya dengan nada menahan rasa kesal dalam diri.
Liora mendekat ke arah Felix, mengikis jarak di antaranya dan Felix. "Kau benar. Aku mendatangi restoran itu bersama dengan Kevin, mantan kekasihku.
Tapi aku jarang datang berdua. Aku lebih sering datang bertiga; Kevin dan Rose. Felix, aku tidak bermaksud untuk membuatmu marah. Aku murni mengajakmu ke restoran itu, karena aku menyukai makanan di sana, bukan karena kenangan bersama dengan mantan kekasihku." Liora berusaha menjelaskan sambil membelai rahang Felix.
Felix belum berkata apa pun ketika mendengar penjelasan Liora. Pria itu memang melihat kejujuran di mata Liora, tapi rasa kecewa itu masih ada, karena Liora tidak sama sekali mengatakan itu semua di awal.
"Sudah selesai menjelaskan? Kalau kau sudah selesai, aku harus pulang. Banyak hal yang harus aku kerjakan." Felix hendak menjauh dan ingin meninggalkan Liora, tapi detik di mana Felix bergerak—Liora langsung memeluk punggung kekar Felix.
"Jangan pergi, Felix. Aku mohon maafkan aku. Demi Tuhan, aku sudah tidak mencintai Kevin lagi. Aku sudah melupakan Kevin," isak Liora sesegukan sambil memeluk erat punggung Felix.
Felix bergeming di tempatnya saat mendapatkan pelukan dari Liora. Pria itu sama sekali tidak bergerak. Dia ingin tetap melangkah, tapi tangis Liora membuat ego dalam dirinya seakan lenyap.
Perlahan, Felix mulai membalikkan badannya, meraih kedua bahu Liora, dan memeluk wanita itu erat. Tepat saat Felix memeluk Liora—tangis wanita itu semakin mengeras. Tangis yang menunjukkan kelegaan hati karena Felix memberikan respons hangat. Tidak lagi dingin seperti tadi.
Felix menangkup kedua pipi Liora, menyeka air mata Liora. "Jangan menangis. Aku tidak suka melihatmu menangis."
Liora terisak. "Bagaimana aku tidak menangis, kau marah padaku. Padahal aku sudah menjelaskan."
Felix tersenyum samar sambil mengecupi kedua mata Liora. "Jangan diulangi. Aku tidak suka kau mengajakku pergi ke tempat yang memiliki kenangan dengan mantan kekasihmu."
Liora membenamkan wajahnya, memeluk erat Felix. "Maafkan aku. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi."
Felix mengecup puncak kepala Liora. "Lebih baik kita tidur. Ini sudah malam. Kau pasti lelah, kan?"
Liora mendongakkan kepalanya, menatap Felix. "Kau tidur bersama denganku, 'kan? Kau tidak pulang, 'kan?"
Felix mencium gemas hidung mancung nan mungil Liora. "Aku akan tidur denganmu. Malam ini aku akan menginap."
Liora tersenyum mendengar jawaban Felix. Detik selanjutnya, Felix menggendong Liora gaya bridal—membawa wanita itu menuju ranjang. Tampak Liora sedikit terkejut saat Felix menggendongnya. Namun, tentu keterkejutan wanita itu hanya sebentar saja.
Sekarang tergantikan dengan senyuman malu-malu.
Liora membenamkan wajahnya di leher Felix, sambil memeluk leher pria itu. Dia senang, dirinya dan Felix sudah tidak lagi bertengkar. Untungnya, Felix mau memaafkannya.
Pagi menyapa, Liora sudah bangun lebih awal membuatkan sarapan untuk dirinya dan Felix. Wanita itu sudah tampil cantik dan rapi karena hari ini dirinya akan pergi ke kantor. Kemarin, Liora sudah izin pulang cepat, dan itu mengakibatkannya harus segera bergegas ke kantor guna menyelesaikan beberapa pekerjaan yang kemarin sudah tertunda.
"Morning." Felix duduk di kursi meja makan, sambil memberikan kecupan di pipi Liora.
"Morning. Ini sarapanmu. Makanlah." Liora menghidangkan sarapan spesial yang sudah dia buat untuk Felix.
"Terima kasih." Felix membelai pipi Liora.
Liora tersenyum hangat. Berikutnya, dia dan Felix mulai menikmati sarapan yang telah terhidang.
"Liora, kalau kau lelah hari ini kau bisa libur, tidak usah ke kantor," ujar Felix sambil menikmati sarapan yang dibuat oleh Liora.
"Tidak bisa, Felix. Kemarin aku sudah pulang cepat. Aku tidak bisa libur hari ini. Banyak sekali pekerjaan yang harus aku selesaikan," kata Liora menolak tawaran Felix. Jujur, dia pun ingin sekali libur, tapi dia tak ingin memanfaatkan situasi. Bagaimanapun, dirinya memiliki tanggung jawab yang harus diselesaikan.
"Kemarin kau sudah beralasan sakit. Hari ini kau bisa beralasan sakit lagi. Istirahatlah. Kau bisa mulai bekerja besok," balas Felix.
Liora menyentuh tangan Felix. "Aku baik-baik saja, Felix."
"Baiklah, tapi kita harus berangkat bersama," tukas Felix.
Liora mengangguk pasrah. "Iya-iya. Kita berangkat bersama. Tapi aku harus turun duluan. Kita tidak boleh masuk ke dalam perusahaan bersama."
Felix tersenyum samar. "Kau masih senang bermain kucing-kucingan, Liora?"
Bibir Liora tertekuk. "Bukan menyukai bermain kucing-kucingan, tapi aku belum siap kalau seluruh karyawan tahu tentang hubungan kita, Felix. Kau kan sudah berjanji padaku untuk menyembunyikan hubungan kita untuk sementara waktu."
Felix mencium gemas bibir Liora. "Aku akan menuruti apa pun yang membuatmu nyaman."
Liora tersenyum mendengar ucapan Felix.
Felix menuruti keinginan Liora menurunkan wanita itu di area perusahaan yang tak banyak dilalui orang.
Sedangkan Felix harus menunggu di mobil sampai Liora benar-benar sudah masuk ke dalam perusahaan.
Bermain kucing-kucingan memang sempat membuat Felix sedikit kesal, tapi pria itu mengerti karena dia yakin pasti Liora merasa tidak nyaman kalau sampai seluruh karyawan tahu tentang hubungan mereka.
Felix tidak ingin bersikap egois hingga membuat Liora merasa tidak nyaman. Nanti lama-lama pasti Liora akan mulai terbiasa. Untuk sekarang, Felix membiarkan apa yang Liora inginkan. Yang penting adalah Liora merasa nyaman.
Liora melangkah terburu-buru masuk ke dalam perusahaan. Beberapa temannya menyapa Liora mengucapkan selamat pagi, karena terburu-buru membuat Liora hanya bisa membalas sapaan itu dengan senyuman.
Liora tidak mau berlama-lama di area lobi. Dia khawatir dan takut kalau sampai ada orang yang curiga dirinya datang bersama dengan Felix. Tindakan Liora ini seperti sedang menjalin hubungan dengan suami orang.
Pintu lift terbuka. Liora melangkah keluar dari lift—berjalan terburu-buru menuju ke ruang kerjanya. Namun ...
"Liora!" seru Rose memanggil Liora cukup keras, sontak membuat Liora terkejut.
"Rose? Kau ini kenapa mengejutkanku!" Liora berdecak kesal saat Rose membuat dirinya terkejut.
"Aku ingin bicara padamu." Rose menarik tangan Liora, membawa Liora ke pantri. Sedangkan Liora tidak bisa melawan. Liora malas berdebat. Akhirnya, Liora memutuskan untuk menurut.
"Kau ingin bicara apa, Rose? Cepatlah. Banyak sekali pekerjaan yang harus aku selesaikan," ujar Liora saat dirinya dan Rose sudah tiba di pantri. Masih pagi, jam kantor belum dimulai. Hal itu yang membuat pantri masih sepi.
Rose melipat tangan di depan dada, dan menatap Liora dengan tatapan penuh keseriusan. "Apa yang kau sembunyikan dariku, Liora Jolie?"
"Apa maksudmu, Rose?" Liora balik bertanya, tak mengerti dengan apa yang ditanyakan oleh Rose.
Rose menyipitkan matanya tajam, seakan memberi isyarat pada Liora untuk jujur padanya. "Tadi malam aku melihatmu dengan Tuan Felix Dawson di restoran langganan kita."
Seketika raut wajah Liora berubah mendengar apa yang Rose katakan padanya. Lidahnya kelu. Otaknya blank tak mampu berpikir jernih. Sungguh, Liora tidak menyangka kalau Rose akan tahu dirinya pergi bersama dengan Felix.
"Rose, a-aku—"
"Kau jangan berbohong, Liora. Kau sudah ketahuan." Rose tak henti menginterogasi teman baiknya itu—untuk berkata jujur padanya.
Liora mengembuskan napas kasar. Dirinya sudah tertangkap basah. Mau tak mau hanya jujur yang bisa dia lakukan. Percuma saja berkata bohong, karena Rose sudah melihat dirinya dan Felix jalan bersama.
"Ayo jawab aku, Liora. Kau pasti memiliki hubungan khusus dengan Tuan Felix Dawson, 'kan?" Sejak tadi malam, Rose sudah menahan diri untuk tidak bertanya, dia sudah menunggu moment dirinya menginterogasi teman baiknya itu.
"Aku dan Felix memiliki hubungan. Tapi kau jangan bilang siapa-siapa. Belum ada yang tahu tentang hubunganku dengan Felix," tutur Liora menjelaskan.
"Whattttt?!" Rose menjerit terkejut.
Liora langsung membungkam bibir Rose menggunakan telapak tangannya. "Jangan berteriak! Kau ini seperti di hutan saja!" serunya jengkel.
Rose mengangguk cepat memberi isyarat bahwa dirinya tidak akan lagi berteriak.
Liora mulai melepaskan Rose. "Kau harus tutup mulut. Jangan sampai ada yang tahu."
Mata dan bibir Rose masih melebar tak percaya. "Jadi k-kau benar-benar menjalin hubungan dengan Tuan Dawson?" ulangnya memastikan.
Liora mengangguk. "Ya, aku dan Felix menjalin hubungan."
"Sejak kapan?"
"Terlalu rumit untuk dijelaskan, Rose. Intinya aku dan Felix adalah sepasang kekasih. Tapi, aku meminta Felix untuk menyembunyikan hubungan kami."
"Kenapa kau ingin menutupi hubunganmu dengan Tuan Dawson? Aneh sekali," cibir Rose yang tak mengerti jalan pikiran Liora. Jika saja posisi ditukar, pasti dengan bangga dirinya memberikan pengumuman tengah menjalin hubungan dengan Felix Dawson.
"Aku tidak mau semua orang berpikir aku memanfaatkan Felix, Rose. Aku juga ingin menjalin hubungan normal seperti pasangan lain," jawab Liora pelan.
Rose berdecak. "Sejak dulu kau tidak pernah berubah, Liora. Kevin saja yang terlalu bodoh meninggalkanmu. Eh, tapi tidak masalah. Kau berpisah dengan Kevin, dan malah sekarang kau mendapatkan pasangan yang terbaik. Kevin tidak ada apa-apanya dengan Felix. Jelas saja Felix jauh lebih hebat daripada mantan kekasihmu itu." Rose berapi-api mengatakan itu.
Liora tersenyum samar mendengar apa yang Rose katakan. Sejak di mana dirinya bercerita singkat tentang perpisahannya dengan Kevin pada Rose, dia sudah yakin pasti rasa simpatik Rose pada Kevin telah hilang.
"Rose, aku dan Kevin sudah berlalu. Dia hanya bagian masa lalu yang tidak aku ingat lagi. Tidak perlu bandingkan Kevin dengan Felix," balas Liora yang kurang menyukai Rose membandingkan antara Kevin dan Felix.
Rose kembali berdecak. "Baiklah, tapi aku benar-benar tidak menyangka kau dan Felix sepasang kekasih. Aku sangat penasaran kapan kalian mulai saling jatuh cinta. Kalian ini pintar sekali menutupi hubungan sampai tidak diketahui siapa pun."
"Tidak penting tentang awal mula aku dan Felix bisa saling jatuh cinta. Yang bisa aku beri tahu adalah aku dan Felix memang benar sepasang kekasih." Tentu Liora tidak ingin menceritakan tentang dirinya yang pernah one night stand dengan Felix. Tidak, itu sangat memalukan. Liora tidak mau bercerita pada Rose.
Rose mendesah pelan. "Oke, aku tidak memaksa. Sekarang aku mengerti kenapa kau kesal kemarin aku bilang wanita yang datang menemui Felix adalah kekasih Felix. Pasti kau cemburu, 'kan? Ah, atau jangan-jangan kemarin kau berpura-pura sakit?" tukasnya meledek.
Liora memukul pelan lengan Rose. "Kau ini ingin sekali tahu tentang urusan pribadiku. Sudah, kau jangan banyak tanya. Sekarang kau sudah tahu aku dan Felix memiliki hubungan. Kau dilarang untuk memberi tahu siapa pun. Awas saja kalau sampai ini kau bocor."
Rose mencibir. "Aku tidak mungkin bocor. Lagi pula memangnya kenapa kalau banyak orang tahu tentang hubunganmu dengan Felix Dawson? Itu malah bagus, Liora."
"Rose!" tukas Liora jengkel.
"Iya-iya. Ck! Kau ini cerewet sekali," jawab Rose yang kesal.
mampir karna nama PM sama kayak nama di cs aku Felix & Leora (Saudara kandung)/Sob//Sob/
lah disini malah nikah