NovelToon NovelToon
Operasi Gelap

Operasi Gelap

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Balas Dendam / Mata-mata/Agen / Gangster / Dark Romance
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Radieen

Amara adalah seorang polisi wanita yang bergabung di Satuan Reserse Narkoba. Hidupnya seketika berubah, sejak ia melakukan operasi hitam penggrebekan sindikat Narkoba yang selama ini dianggap mustahil disentuh hukum. Dia menjadi hewan buruan oleh para sindikat Mafia yang menginginkan nyawanya.
Ditengah - tengah pelariannya dia bertemu dengan seorang pria yang menyelamatkan berulang kali seperti sebuah takdir yang sudah ditentukan. Perlahan Amara menumbuhkan kepercayaan pada pria itu.
Dan saat Amara berusaha bebas dari cengkraman para Mafia, kebenaran baru justru terungkap. Pria yang selama ini menyelamatkan nyawanya dan yang sudah ia percayai, muncul dalam berkas operasi hitam sebagai Target Prioritas. Dia adalah salah satu Kepala geng Mafia paling kejam yang selama ini tidak terdeteksi.
Amara mulai ragu pada kenyataan, apakah pria ini memang dewa penyelamatnya atau semua ini hanyalah perangkap untuknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radieen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pemburuan

Juliet tidak menunggu respons Amara. Pandangannya yang tajam beralih dari selang infus ke pakaian yang dikenakan Amara. Tubuh yang minim pakaian dan celana jin yang dipakai Amara kini ternodai oleh darah Fai yang sudah mengering.

"Kau," kata Juliet, suaranya dingin dan tajam, seperti instruksi operasi. "Mandi. Sekarang."

Amara terkejut, namun ia melihat ke bawah pada dirinya sendiri dan menyadari betapa kotor dan berantakannya ia.

"Aku baik-baik saja. Aku harus memantaunya," balas Amara, menolak.

Juliet menghela napas kasar. Ia melangkah cepat menuju lemari kecil di sudut ruangan, menarik keluar kaus berwarna abu-abu pudar dan celana training usang. Ia juga mengambil kantong plastik hitam.

"Kau terlihat seperti baru keluar dari tempat penjagalan. Darah itu bukan hanya kotor, itu bisa jadi bukti. Kelelahan dan bau darah juga tidak akan membantumu fokus."

Ia melemparkan pakaian itu ke Amara.

"Kamar mandi ada di kamar istirahatku, tapi bangunannya terpisah beberapa meter. Ada air panas. Bersihkan dirimu, dan buang pakaianmu yang kotor ke kantong sampah ini. Ikat dan bawa pergi dari tempat ini. Jangan tinggalkan jejak di mana pun. Aku akan memantaunya selagi kau bersih-bersih." Juliet menyerahkan kantong plastik hitam besar. "Paham?"

Amara menggenggam pakaian bersih itu. Rasa lelah yang mendera sejak perjalanan tadi tiba-tiba terasa makin parah. Ia mengangguk.

"Paham." Ia pun bergegas menuju kamar mandi.

Juliet sendirian di ruangan itu, hanya ditemani Fai yang terbaring lemas. Ia membersihkan tangannya sekali lagi, lalu duduk di samping Fai. Ia mengambil stetoskop usangnya dan mendengarkan detak jantung pasien manusia yang terbaring di meja operasi anjingnya. Ia mengukur lagi suhu tubuh pria itu, memastikannya tidak dalam kondisi kritis.

"38 derajat Celcius," gumam Juliet. "Sudah mulai turun, sepertinya daya tahan tubuhmu luar biasa." Juliet berbicara dengan Fai yang terlihat mulai sadar.

Fai membuka matanya perlahan, samar - samar ia melihat seorang wanita di sebelahnya.

”Amara?” dia bertanya dengan kesadaran yang belum begitu pulih.

Juliet melihat angkanya dengan cermat. "Bukan. Dia sedang membersihkan diri. Kau jangan khawatir, aku hanya menolongmu." Juliet meletakkan termometer di tangannya. ”Bagus. Tidak perlu dipindahkan. Sepertinya kau dan anjing punya banyak kesamaan."

Juliet kemudian memakai jaketnya dan meraih kunci mobilnya yang tergantung di dinding.

Fai menatapnya, "kau mau kemana?" Tanyanya dengan suara lemah.

Juliet tidak menoleh. "Aku harus pergi. Ada panggilan darurat dari peternakan. Ada kuda betina yang mau melahirkan. Sebaiknya kau istirahat dan ingatkan pada temanmu itu untuk mengganti infus lima belas menit lagi."

"Terimakasih atas bantuan anda." ucap Fai lembut.

Juliet berbalik. Matanya yang lelah menunjukkan kejujuran. "Katakan juga pada temanmu, untuk membereskan tempat ini. Jangan ada yang tertinggal. Aku tidak ingin terlibat lebih jauh. Anggap saja aku akan berpura-pura tidak pernah melihat ini. Aku akan memberimu waktu sampai pagi, sampai Haris kembali."

Ia berjalan menuju pintu, memegang kenopnya.

Fai menatap Juliet lurus-lurus. "Baiklah, aku akan menghilang sebelum kau kembali."

Juliet mengangguk pelan. "Bagus. Berjanjilah. Jangan ada yang tahu kalian pernah ada di sini."

Dengan anggukan terakhir, Juliet membuka pintu dengan hati-hati. Ia melirik ke dalam, menatap Fai di meja bedah untuk terakhir kalinya, lalu menutup pintu di belakangnya tanpa suara, meninggalkannya sendirian di klinik. Suara mesin mobil Juliet terdengar menyala, lalu meredup di tengah gerimis.

Begitu Juliet pergi, Fai menarik napas panjang, menahan rasa sakit dari luka jahitan yang terasa seperti terbakar. Instingnya yang tajam segera mengambil alih kesadarannya yang belum pulih penuh. Ia tahu, ia tidak punya waktu sampai pagi. Bara pasti bergerak cepat.

Fai menggunakan sisa kekuatannya, merangkak turun dari meja operasi anjing yang dingin, mengabaikan nyeri yang luar biasa. Ia mencabut selang infus dari lengannya dan menyeka sedikit darah yang menetes. Ia menyeka lantai di sekitar meja dengan lap bekas, lalu menuangkan antiseptik murahan ke lantai dan kusen pintu, menutupi bau darah dengan aroma kimia yang tajam. Lalu mengambil sisa perlengkapan medis yang kotor dan memasukkannya ke dalam plastik hitam di lemari obat.

Fai berjalan pelan ke arah pintu belakang. Ia ingin segera menemui Amara, mengucapkan terimakasih dan memeluknya erat - erat.

Beberapa meter di belakang klinik, terlihat bangunan lain yang lebih sederhana. Bentuknya menyerupai rumah kecil dengan halaman kecil yang ditumbuhi tanaman. Tidak ada papan nama di depannya, hanya sebuah jalan setapak yang menghubungkan dari pintu belakang klinik.

Fai membuka perlahan pintu kayu yang tidak tertutup rapat di bangunan itu. Di dalam, lampu redup menyala, memancarkan cahaya kekuningan yang lembut. Fai melihat Amara membelakanginya, berdiri di depan cermin kecil. Handuk putih yang membalut tubuh Amara baru saja terlepas dan kini terjatuh di lantai yang basah. Amara berdiri tanpa sehelai benang pun.

Pemandangan itu menghentikan Fai. Untuk sesaat, ia melupakan rasa sakit pada tubuhnya dan bahaya yang mengintai. Fai melihat rambut Amara yang basah meneteskan air di punggungnya yang mulus dan bersih, lekuk punggungnya terlihat ramping tapi padat , garis bahunya tampak tegang.

Fai menarik napas yang terasa tajam di paru-parunya. Ia segera mengalihkan pandangannya.

Dengan hati-hati, Fai menarik pintu kayu itu perlahan hingga nyaris tertutup. Ia melangkah mundur, mengurungkan niatnya. Ia memutuskan menunggu di luar pintu hingga Amara selesai.

Tak lama terdengar suara mobil berat mendekat. Fai tersentak, ia tahu itu bukan Haris ataupun Juliet. Tidak ada waktu. Fai berbalik, ia mendorong pintu itu hingga terbuka. Amara kini sudah selesai mengenakan kaus dan celana training kebesaran Juliet. Ia terkejut melihat Fai kembali.

"Fai, kau sudah sadar?" Suara Amara terdengar bersemangat.

Fai tidak memberinya waktu untuk melanjutkan bicara. Dengan gerakan cepat yang mengerahkan setiap ons tenaganya, Fai meraih gagang pintu dan memutarnya, mengunci Amara dari sisi luar.

"Klik!"

Amara terperanjat, menarik kenop pintu dengan panik.

"Fai! Apa yang kau lakukan?!" seru Amara, menggedor pintu.

Fai bersandar pada pintu, tubuhnya gemetar karena rasa sakit yang luar biasa.

"Ssst! Diam! Bersembunyilah! Sekarang!" desis Fai, suaranya parau dan tajam.

"Ada apa?! Siapa yang datang?" tanya Amara panik, menggedor pintu.

"Bara sudah di sini. Mereka di dalam klinik. Kau di sana akan lebih aman daripada di sini. Jangan bersuara! Aku akan mengalihkan perhatian mereka." kata Fai dengan suara yang tenang.

Fai menjauh dari pintu. Ia pergi kembali ke ruang utama, lalu melesat menuju pintu belakang. Pintu kayu itu nyaris tak mau terbuka, engselnya berdecit seolah menahan.

Detik berikutnya, pintu depan klinik didobrak paksa. Bara melangkah masuk bersama dua anak buahnya, sorot matanya tajam mencari mangsa.

"Bau darahnya sudah tertutup antiseptik," kata Bara dingin. "Dia di sini. Cari dia!"

Ia menoleh cepat ketika mendengar derap langkah di luar, dan tanpa pikir panjang, Bara berlari menuju pintu belakang. Begitu melewati ambang, Bara hampir saja berhasil. Tangannya terulur, jari-jarinya nyaris menyentuh punggung Fai yang sedang terhuyung menembus tanah becek. Namun Fai lebih cepat, tubuhnya lenyap di balik pepohonan, menyisakan suara ranting patah dan desah napas yang tertinggal di udara.

“Kejar dia!” Bara menggeram, matanya menyala penuh amarah.

Anak buah Bara yang lain bergerak menuju pintu belakang yang terkunci.

"Bos! Ada bangunan lain di tempat ini, haruskah kita memeriksanya?" teriak anak buahnya dari luar.

Bara mendengus. "Biarkan saja! Dia hanya dokter hewan biasa. Yang kita butuhkan adalah Lucian!" katanya, memandang Fai yang mulai menjauh.

"Permainanmu sudah berakhir Lucian. Kau akan selesai.”

1
Piet Mayong
next up Thor
Piet Mayong
bravo Amara....
fai selalu bisa diandalkan...
Piet Mayong
lanjutkan thorrr....
💪💪💪💪
Piet Mayong
Amara memang anak seorang polisi sejati...
hebat Amara ayo Brantas kejahatan polisi korup....
Piet Mayong
wah bravo buat komandan Alfian 👏👏👏👏👏
betapa lihainya memainkan perasaan mu Amara
Piet Mayong
yok next part
Piet Mayong
hahhahaha....mau jungkir balik rasanya baca part ini...
good job thor
Piet Mayong
wow wwww kerenn sumpah ikut lari larian aku tadi....
ini bisa jadi sekutu itu Raditya kira2 masuk gak ya
Radieen: Terima kasih kak 🙏🙏
Terus ikutin Amara dan Lucian ya, biar author semangat 🥰🥰
total 1 replies
Piet Mayong
lah dalah JD Haris ini polisi bersih apa kotor sih??
Piet Mayong
aduh pak Raditya begitu emosionalnya...
🤣🤣🤣
Piet Mayong
siapa???
Raditya kah???
haduhhhh makin penasaran nih
Piet Mayong
ini komandan sudah tau kalau Amara mengetahui rahasianya kah??
wah dalam bahaya kau Amara.,..
ati ati y
Piet Mayong
Hahahha....
kok bisa ya secerdik itu dia...
Piet Mayong
banyak yg jaga Amara sih sebenarnya cuma aneh gthu perhatian mereka..🤣🤣
Piet Mayong
masih meraba raba karakter Haris.
.
Piet Mayong
ayo cepet temukan fai sekarang sebelum ketangkap..
Piet Mayong
ini pasti ulah dari Haris...
wah g nyangka sekalinya Amara dilingkungan toxic...
semoga Amara berhenti JD polisi aja deh, gak guna lencanamu kalau hidupmu sudah dikondisikan dgn mereka para penjilat uang haram...
yok yok semanggad thor
Piet Mayong
fai harus bertahan ya...jgn menyerah gthu aja.

💪💪💪💪
Piet Mayong
semoga Haris bukan polisi korup seperti komandan Alfian
🙏🙏🙏🙏
Piet Mayong: tapi g mungkin kan komandan Alfian g punya tangan kanan??
atau sebaliknya Haris ini aslinya suka sama Amara dan dia cemburu buta maybe????
next part Thor 🙏🙏🙏
total 2 replies
Piet Mayong
so sweet deh fai dan Amara...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!