NovelToon NovelToon
Cinta Di Kehidupan Berikutnya

Cinta Di Kehidupan Berikutnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / TimeTravel / Perjodohan / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Rebirth For Love
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nopani Dwi Ari

“Tuhan, bila masih ada kehidupan setelah kematian, aku hanya ingin satu hal: kesempatan kedua untuk mencintainya dengan benar, tanpa mengulang kesalahan yang sama...."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopani Dwi Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.12

Kata orang, mengawali hari harus dengan tersenyum. Namun, tidak demikian dengan Ivana dan Mia. Kedua wanita itu justru duduk termenung di balkon kamar masing-masing.

Mereka sama-sama tidak tidur sepanjang malam. Baru terlelap ketika jarum jam menunjuk pukul tiga dini hari, lalu harus kembali terbangun pukul lima.

Ivana, yang tinggal bersama Amora, mendapati dirinya sendirian pagi itu. Ibunya sudah pergi bekerja. Pandangannya jatuh pada meja makan, tempat sepiring nasi hangat dan lauk kesukaannya sudah tersaji rapi.

Senyum kecil muncul di bibirnya. Mama memang selalu tahu apa yang aku suka.

“Terima kasih, Mama,” gumam Ivana pelan. Siang nanti ia sudah dijadwalkan bertemu dengan klien yang berniat menanam modal di kafe miliknya.

Sementara itu, di tempat berbeda, Mia menatap nanar ponsel yang sepi tanpa notifikasi dari Andreas. Tangannya lemas memegang kotak susu, sementara sarapan yang ia punya hanya sepotong roti coklat. Ia tahu, suka tidak suka, hidup harus tetap berjalan.

“Aku harus cari kerja…” bisiknya lirih.

Pasalnya, sejak menjalin hubungan dengan Andreas, Mia nekat keluar dari pekerjaannya. Kini, jika melamar kembali, kecil kemungkinan ia akan diterima.

“Hhh… astaga,” desahnya frustasi, menenggelamkan wajah di kedua telapak tangannya.

*

*

Berbeda jauh dengan Ivana dan Mia, pagi Daisy justru dimulai dengan semangat. Ia sedang menyiapkan kemeja kerja untuk Damian. Ini kedua kalinya ia benar-benar melakukan tugas seorang istri. Setelahnya, ia berencana membuatkan bekal makan siang.

“Ternyata menyenangkan juga, ya!” ujar Daisy ceria sambil memilih dasi untuk kemeja biru dongker. “Udahlah, hitam saja.” Ia terkekeh kecil, lalu bergumam bahwa ia harus belanja perlengkapan suaminya nanti.

Setelah selesai, Daisy turun ke lantai satu bersama Vio yang anteng menatap mainan gantung di atas stroller.

“Sayang… anak baik, anak cantik,” ucap Daisy sambil mengecup pipi Vio gemas. Bayi mungil itu terkekeh dan tersenyum, membuat hati Daisy hangat. “Ayo, kita bikin sarapan dan makan siang buat Ayah.”

Di dapur, ia melihat Jasmin yang sudah sibuk menata sarapan. “Pagi, Nana cantik!” sapa Daisy sambil melambaikan tangan kecil Vio.

“Pagi, sayang. Ohh, cucu Nana yang cantik. Udah mandi apa belum, hem?” goda Jasmin sambil menggemaskan Vio hingga tawa mungil itu terdengar lagi.

“Ayo kita bangunkan Opa-mu,” kata Jasmin lalu membawa Vio ke kamarnya, sementara Daisy mulai menyiapkan bekal Damian dan Niklas.

Tyas, gadis yang hanya berbeda dua tahun darinya, ikut membantu. Di kehidupan sebelumnya, Tyas-lah yang banyak mengasuh Vio. Maka, tak butuh waktu lama bagi keduanya untuk akrab.

Beberapa menit kemudian, Damian turun. Dari meja makan, ia melihat Daisy yang serius mengaduk tumisan. Aroma bawang harum memenuhi ruangan. Suara desisan minyak seakan jadi musik merdu pagi itu.

“Cantik…” gumam Damian, tatapannya tak lepas dari istrinya.

Tyas yang sadar, buru-buru berbisik, “Nona, Tuan Damian sudah duduk di meja.”

“Hah? Serius?” Daisy melirik. Benar saja, Damian tersenyum-senyum sendiri. Pipinya memanas, tapi ia segera menyeka keringat di dahi lalu berjalan menghampiri.

“Silakan diminum kopinya, Tuan,” ucap Daisy tiba-tiba, membuat Damian sedikit kaget.

“Sayang, bikin jantungku loncat aja,” protes Damian sambil mencubit pelan tangannya.

“Lagian kamu, serius banget liatin Mbak Tyas,” goda Daisy sambil tertawa. Tyas hanya menggeleng, gemas melihat pasangan itu.

“Udah sini, temani aku. Biar Tyas yang lanjutin,” pinta Damian, lalu menarik Daisy duduk di sebelahnya. Tatapannya dalam, seolah ingin menelan habis wajah istrinya.

“Kenapa natap aku kayak gitu?” Daisy salah tingkah. Pipinya merah.

“Aku cuma ingin bilang…” Damian mendekat, berbisik, “…aku mencintaimu.”

Jantung Daisy seakan berhenti berdetak sejenak. Senyum malu merekah di bibirnya.

“Ehem! Ingat ya, belum empat puluh hari,” cibir Jasmin dari ujung meja.

“Mom…” rengek Daisy, sementara Damian justru tertawa puas.

“Masih cocok, Dad,” kata Damian menggoda.

Niklas hanya menggeleng sambil menggendong Vio. “Sudah-sudah, ayo sarapan,” ujarnya menengahi perdebatan kecil itu.

Damian mulai menyantap sarapan dengan tenang, sesekali mencuri pandang ke arah Daisy yang kembali memeriksa masakan. Kehangatan itu membuat pagi terasa sempurna.

****

Berbeda jauh dengan rumah itu, Mia melangkah gontai di jalanan. Niat mencari kerja pupus sudah. Semua menolak dengan alasan klasik: butuh pengalaman tinggi, butuh tampilan menarik.

“Kurang cantik apa lagi gue?” gerutunya, menendang kaleng kosong di jalan.

“Aww!” seru seseorang.

Mia buru-buru menunduk. “Astaga, maaf, Nona. Saya nggak sengaja.”

“Heh! Makanya kalau jalan tuh hati-hati. Segala ditendang aja,” sungut perempuan itu.

Mia tertegun. Ivana.

“Maaf, benar-benar maaf.”

“Huh, sudah lupakan. Minggir, aku mau lewat,” balas Ivana dingin. Ia baru saja pulang dari bertemu klien, kesepakatan cafe sudah hampir rampung.

Tapi Mia menahan langkahnya. “Nona, tunggu!”

“Ada apa? Cepat katakan.”

“Nona… apa ada pekerjaan buat saya? Jadi pembantu atau pelayan pun saya nggak masalah,” pinta Mia lirih.

Ivana menatapnya sebentar, lalu menghela napas. “Tidak ada. Saya bukan bos.”

Namun Mia tak menyerah. Dengan nekat, ia merebut ponsel Ivana dan mengetik nomornya sendiri.

“Hei!” pekik Ivana kaget.

“Simpan dulu aja, Nona. Tolong ya… siapa tahu nanti ada pekerjaan.” Mia mengembalikan ponsel, lalu buru-buru melangkah pergi sebelum Ivana sempat menegur lebih keras.

Ivana terpaku, menatap layar ponselnya. Kontak baru bernama Mia. Begitu saja ia menyerahkan identitas, tanpa rasa takut.

“Kenapa aku malah nggak marah?” gumam Ivana sambil menggeleng, lalu memasukkan ponsel ke tas. Hari ini ia masih banyak urusan.

Sementara itu, jauh di sana, Mia berjalan dengan langkah ringan untuk pertama kalinya setelah lama. Ada secercah harapan kecil di hatinya.

“Semoga… dia mau bantu,” gumamnya. Tapi saat duduk sendirian di halte, wajah Andreas kembali terlintas. Dadanya sesak. 

“Andreas… aku rindu,” bisiknya dengan mata berkaca-kaca.

Bersambung ....

1
Epi Widayanti
hempaskan ulat bulu itu Daisy
Epi Widayanti
/Heart//Heart//Heart/
Asa Asa
belom pernah hidup serumah sama mertua
Susma Wati
ivana terlalu terobsesi pada damian yang menghancurkan dirinya sendiri, akibat dari perbuatan ayahnya yang lebih pergi dengan pelakor, da si pelakor dengan tidak tahu diri ingin memeras ivana
Epi Widayanti
Lanjut 👍👍
Epi Widayanti
lanjut
Epi Widayanti
Lanjut, makin kepanasan tuh si Ivana /Joyful/
Nix Ajh
eh Andrean mokondo, harusnya Daisy yang marah ini malah kebalik, kamu yang marah
Asa Asa
jahat banget
Margaretha Indrayani
lanjut thor
Nix Ajh
selalu ada kesempatan kedua, bahagia buat Damian, Daisy, dan Vio
Mochi 🐣
Kepedean
Susma Wati
banyak yang kayak ibu diana,
AriNovani
Komen guyss
Epi Widayanti
suka 💓💓
Nadira ST
musuhnya pada berdatangan kepalaku kok pusing ya daisi baru lahiran belum bisa balas dendam
Susma Wati
alfa dan andreas sama-sama punya penyakit hati,, dendam yang si pupuk terus menerus oleh mereka sendiri tanpa berpikir untuk memperbaiki diri
Nadira ST
lanjut thor penasaran nih
AriNovani
mobilnya bukan kaki 😭
Mochi 🐣
/Heart//Heart//Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!