Langit Neo-Kyoto malam itu selalu sama: kabut asam bercampur polusi elektronik yang membuat bulan tampak seperti koin usang. Hujan buatan yang beraroma logam membasahi jalanan, memantulkan cahaya neon raksasa dari papan reklame yang tak pernah padam. Di tengah kekacauan visual itu, sosoknya berdiri tegak di atap gedung tertinggi, siluetnya menentang badai.
Kaelen. Bukan nama asli, tapi nama yang ia pilih ketika meninggalkan masa lalunya. Kaelen mengenakan trench coat panjang yang terbuat dari serat karbon, menutupi armor tipis yang terpasang di tubuhnya. Rambut peraknya basah kuyup, menempel di dahi, dan matanya memancarkan kilatan biru neon yang aneh. Itu adalah mata buatan, hadiah dari seorang ahli bedah siber yang terlalu murah hati. Di punggungnya, terikat sebuah pedang besar. Bukan pedang biasa, melainkan Katana Jiwa, pedang legendaris yang konon bisa memotong apa saja, baik materi maupun energi.
WORLD OF CYBERPUNK: NEO-KYOTO
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33: Infiltrasi dan Kesalahan Fatal
Setelah Kaelen dan timnya kembali dari misi pertama mereka, mereka melanjutkan rutinitas sehari-hari, berlatih dengan lebih giat dari sebelumnya. Suatu hari, Kaelen dipanggil ke ruang Kepala Sekolah. Ruangan itu sunyi, dan di sana, ia menemukan Kepala Sekolah dan wakil kepala sekolah, Takeda, yang menunggunya.
"Kaelen," kata Kepala Sekolah, "kami punya misi baru untukmu. Ini adalah misi yang sangat penting, misi yang jauh lebih berbahaya dari misi sebelumnya."
Kaelen mengangguk, ia tahu, ia telah menjadi bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar.
"Kau akan melakukan misi gabungan dengan siswa dari sekolah Qpo lain," lanjut Kepala Sekolah. "Misi ini adalah misi pengintaian di wilayah pesisir pantai, antara Neo-Kyoto dan kota terdekat, Neo-Syss."
Kaelen mendengarkan dengan seksama.
"Di sana, ada sebuah grup pemberontakan yang sedang merancang senjata rahasia," jelas Takeda. "Senjata yang bisa mengancam Neo-Kyoto. Misi kalian adalah untuk mengintai mereka, dan mendapatkan informasi tentang senjata itu."
Kaelen menerima misi itu, dan ia bergegas kembali ke asramanya. Ia memberitahu Patra, Mita, Kenzo, dan Tenma tentang misi tersebut. Mereka semua setuju, dan mereka mulai mempersiapkan diri.
Setelah menerima misi gabungan, Kaelen dan timnya segera mempersiapkan diri. Pakaian serat karbon mereka kini dilengkapi dengan peralatan navigasi dan komunikasi canggih. Mereka berangkat dengan kendaraan khusus yang disediakan oleh sekolah, menuju titik pertemuan yang telah ditentukan: sebuah kawasan terpencil di hutan rawa, di perbatasan antara Neo-Kyoto dan Neo-Syss.
Setelah perjalanan yang panjang, mereka tiba. Di sana, mereka menemukan sebuah kendaraan yang mirip dengan milik mereka, dan sekelompok MUT dari Sekolah Qpo Syss sudah menunggu. Mereka semua mengenakan seragam serat karbon berwarna hitam, tetapi dengan garis merah yang membedakan mereka dari tim Kaelen.
Saat Kaelen dan timnya turun dari kendaraan, seorang wanita berambut pendek dengan mata hijau yang tajam menghampiri mereka. "Selamat datang di hutan rawa," sapanya, suaranya dingin dan tegas. "Aku Seraphina, pemimpin tim dari Qpo Syss."
"Aku Kaelen," jawab Kaelen, memperkenalkan dirinya dan timnya. "Ini Patra, Mita, Kenzo, dan Tenma."
Seraphina mengangguk, matanya menatap setiap anggota tim Kaelen dengan seksama. "Kami sudah menunggu. Misi ini sangat penting, jadi tidak ada ruang untuk kesalahan. Aku harap timmu siap."
"Kami siap," jawab Kaelen dengan mantap.
Mereka mulai berdiskusi. Seraphina menjelaskan bahwa timnya telah melakukan pengintaian awal, tetapi mereka tidak bisa masuk lebih dalam karena keberadaan para pemberontak. "Mereka memiliki teknologi canggih dan petarung yang kuat. Kita harus bekerja sama jika kita ingin berhasil."
Kaelen dan timnya mendengarkan dengan seksama. Mereka menyadari bahwa ini bukan hanya tentang misi, tetapi juga tentang bekerja sama dengan tim lain. Mereka harus saling percaya, dan mereka harus bertarung sebagai satu kesatuan.
Kaelen dan timnya, bersama dengan tim Seraphina, memulai misi pengintaian. Mereka bergerak dalam formasi, menyusup ke sebuah kompleks bangunan yang tersembunyi di tengah hutan rawa. Di sana, mereka menemukan bukti bahwa grup pemberontakan sedang merancang senjata rahasia.
Mita, yang paling ahli dalam teknologi, memimpin jalan. Ia meretas sistem keamanan, dan mereka berhasil masuk ke dalam. Mereka menemukan sebuah labirin lorong, dan mereka melihat banyak ruangan yang dipenuhi dengan teknologi canggih. Mereka semua menyadari, ini adalah misi yang jauh lebih sulit daripada yang mereka bayangkan.
Di tengah pengintaian, Patra, yang bertugas sebagai pengawas, membuat sebuah kesalahan kecil. Ia tidak melihat kamera keamanan yang tersembunyi, dan alarm pun berbunyi.
"Sial!" teriak Seraphina. "Kita ketahuan!"
Pintu-pintu di sekeliling mereka terbuka, dan para penjaga, yang bersenjata lengkap, menyerbu masuk. Pertarungan pun pecah. Tim Kaelen dan tim Seraphina bekerja sama, bertarung melawan para penjaga dengan kekuatan gabungan mereka.
Mereka menyadari, mereka tidak bisa menang. Mereka terlalu banyak, dan mereka semua bersenjata lengkap.
"Mundur!" teriak Kaelen. "Kita harus keluar dari sini!"
Mereka bertarung sambil mundur, mencoba untuk keluar dari kompleks. Namun, semakin mereka mundur, semakin banyak pasukan yang keluar. Mereka terkepung. Beberapa dari mereka terluka, termasuk Tenma yang terkena tembakan laser.
Tiba-tiba, dari balik para pasukan, seorang pria besar dengan bekas luka di wajahnya keluar. Matanya menyala dengan aura merah, menandakan ia telah mencapai tingkat ketiga. Ia adalah petarung yang sama dengan yang Kaelen dan timnya hadapi di gudang tua. Ia adalah salah satu pemimpin dari grup pemberontakan ini.
"Kau lagi, anak kecil," bisiknya, suaranya dipenuhi oleh kebencian. "Kali ini, kau tidak akan lolos."
Kaelen tahu, ia tidak bisa melawannya. Mereka terlalu banyak, dan mereka semua terluka. Ia harus membuat sebuah keputusan.
"Lari!" teriak Kaelen. "Aku akan menahan mereka!"
Namun, Seraphina menolak. "Tidak! Kita akan lari bersama!"
Mereka bergegas, mencoba untuk keluar dari kompleks. Patra, Kenzo, dan Seraphina bertarung dengan sekuat tenaga, membuka jalan untuk mereka. Kaelen, dengan Katana Jiwa-nya, memimpin serangan terakhir, berhasil mengalahkan beberapa penjaga, dan mereka semua berhasil keluar dari kompleks.
Mereka berlari ke arah kendaraan, tubuh mereka dipenuhi luka. Mereka berhasil kabur, namun mereka tahu, mereka telah gagal. Mereka tidak mendapatkan informasi apa pun tentang senjata rahasia itu.
Namun, di dalam kendaraan, Mita tersenyum. "Aku berhasil," katanya. "Aku berhasil menyalin data. Aku memiliki cetak biru dari senjata rahasia itu."
Mereka semua terkejut. Mita, di tengah kekacauan, berhasil meretas jaringan dan menyalin cetak biru senjata itu. Kaelen melihatnya, dan ia merasa lega. Mereka tidak gagal. Mereka berhasil, dengan harga yang mahal.
Setelah berhasil melarikan diri dari kompleks pemberontak, tim Kaelen dan tim Seraphina kembali ke kendaraan mereka. Tubuh mereka dipenuhi luka, dan mereka semua terengah-engah. Namun, semangat mereka kembali menyala saat Mita menunjukkan data yang berhasil ia salin.
"Aku membuat dua salinan," kata Mita, suaranya dipenuhi oleh rasa bangga. "Satu untuk tim kita, dan satu untuk tim kalian."
Seraphina mengambil chip data itu, matanya dipenuhi dengan rasa terima kasih. "Terima kasih," katanya. "Kau telah menyelamatkan misi ini."
Mereka kembali ke Qpo Xeas, dan mereka langsung melaporkan kepada Kepala Sekolah. Kaelen menyerahkan chip data itu, dan Kepala Sekolah segera memeriksanya. Di layar hologram, muncul sebuah cetak biru senjata rahasia, sebuah meriam yang sangat besar, dan data tentang para pemimpin pemberontak.
"Meriam utama kapal perang," bisik Kepala Sekolah, matanya membelalak. "Dan... pemimpin mereka... Tingkat 6."
Kaelen dan timnya terkejut. Mereka tahu, tingkat 6 adalah tingkat yang sangat tinggi. Itu adalah tingkat kekuatan yang hampir mustahil untuk mereka kalahkan.
"Pemimpin mereka adalah seorang MUT dari Sekolah Qpo Syss," kata Kepala Sekolah, suaranya dingin. "Ia adalah murid terbaik yang menghilang lima tahun lalu. Ia adalah seorang pengkhianat."
Bab 73: Takdir yang Menghubungkan
Kepala Sekolah menatap Kaelen. "Kau telah menemukan sesuatu yang jauh lebih besar dari yang kita duga. Misi ini tidak hanya tentang pengintaian. Ini adalah tentang menghentikan seorang pengkhianat, dan menghentikan sebuah senjata yang bisa menghancurkan Neo-Kyoto."
Kaelen tahu, ia tidak bisa mundur. Ini adalah takdirnya. Ia adalah seorang MUT, dan ia harus melindungi Neo-Kyoto.
"Kami akan melatih kalian," kata Kepala Sekolah. "Kami akan membuat kalian menjadi lebih kuat. Kalian akan dilatih untuk menjadi Tingkat 3 dalam beberapa bulan. Setelah itu, kalian akan melawan pemimpin pemberontak itu."
Kaelen, Patra, Tenma, Kenzo, dan Mita saling pandang. Mereka semua mengangguk. Mereka siap. Mereka siap untuk menghadapi tantangan yang akan datang.
Keren Thor Aku ikutin novelnya😉😉😉