Tidak ada yang tahu pasti bagaimana takdir telah di gariskan. Almira Kanaya tidak sengaja menumpahkan jus milik salah seorang pria yang bernama Hafiz Muhammad Adnan.
kejadian tak terduga tersebut ternyata menarik keduanya dalam hubungan abstrak yang cukup membuat hati mereka porak-poranda bak rollercoaster. penasaran? mari simak kisahnya.
note : cerita ini murni dari tulisan author dilarang untuk di coppy paste, jika terdapat maka akan berusan dengan undang-undag hak cipta. ☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Hikma Arzam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. tidak bisa
Hafiz, Haya dan Hanan tiba secara bersamaan. mereka langsung berjalan memasuki area resto. tiga pemuda itu bersamaan mengedarkan pandangan, telat di meja nomor tiga ada kelompok kecil perempuan yang sedang berdiskusi.
"ke meja nomor dua." ucap Hafiz memimpin.
Hanan dan Haya mengikut saat mereka melewati tiga gadis itu. Jena yang sangat menyukai aroma kayu manis berpadu lemon berbalik. matanya mendadak membulat saat mendapati tiga pria berjalan ke meja samping mereka.
Namifa dan Sarah juga tak kalah takjub. "gila ganteng-ganteng banget." bisik Jena menahan euforia nya.
"Sarah samperin mereka yuk." ajak Namifa yang terbilang cukup berani.
"Fa jangan mereka baru aja duduk masa mau di ganggu sih, nanti mereka risih." ingat Jena. gadis itu masih ingin memandangi para pemuda tampan dengan puas.
"Jena aku cantik kan? Sarah aku cantik?" Namifa malah mulai memvalidasi dirinya.
"of course beb. kamu itu bagaikan bidadari di antara pengunjung resto ini." puji Sarah seraya tersenyum.
Jena hanya mengangguk. "iya Fa tapi please lah masa cewek yang godain cowok sih."
"selagi ada kesempatan why not? let's go Sarah!" Namifa berdiri, Sarah juga ikut. Jena tetap tidak bergeming. ia tidak cukup berani untuk mengganggu orang yang bahkan belum pernah ia kenal sama sekali.
"para gadis itu yang berniat mencelakai adik aku?" ucap Haya heran tapi berbisik.
"Hanan melirik sekilas di layar handphone nya, mereka mendekat."
"Haya jangan menoleh." ingat Hafiz.
Namifa dan Sarah tiba di meja Hafiz dan kawan-kawan. dengan tanpa tau malunya hanya satu ucapan permisi Namifa juga Sarah ikut duduk bergabung di antara mereka bertiga.
Haya mengernyitkan dahi sama halnya dengan Hafiz sedangkan Hanan menatap tajam dua perempuan tidak tau malu ini.
"mungkin kita akan setara sebentar lagi, melihat dari pakaian kakak-kakak ganteng ini pasti kalian bukan orang biasa kan?" ujar Namifa percaya diri.
"oh sama halnya dengan saya. barangkali kita bisa saling kenalan." Sarah turut menimpali.
"hei siapa kalian? ganggu aja." tegur Haya.
"kami tidak butuh setara dengan cewek gatal." tambah Hafiz datar.
"hm tidak tau malu." Hanan berucap dengan nada meremehkan.
Namifa mencebik sama halnya dengan Sarah. mereka serasa dipermalukan di hadapan tiga pemuda ini. "kamu tahu ayah saya adalah pengusaha paling berkuasa di negara ini, jangan sombong kalian." ucap Namifa bangga.
"sepertinya tiga pria tak beretika tapi tampan ini harus kita kasih pelajaran Fa." tambah Sarah.
"haha sok si paling etika padahal kalian yang tidak beretika." sergah Hafiz.
"laporkan saja ke ayah anda kami tidak perduli." tambah Haya.
"alamak najisnye." ledek Hanan. Mereka bertiga tertawa puas saat melihat wajah dua gadis itu kesal setengah mati.
"awas kalian ya." ancam Namifa lalu berdiri meninggalkan meja mereka di ikuti dengan Sarah.
"apa-apaan gadis tadi, sok banget iuh." Haya berkata geli cukup heran dengan kelakuan absurd dua perempuan yang baru saja pergi itu.
"ingat Haya mereka adalah orang dalam pantauan kita, jangan lengah." ujar Hafiz yang kini malah mencoba mengambil gambar candid tiga perempuan itu.
"anak tak tahu malu itu nanti yang berencana membuat Almira celaka. ternyata mereka mengandalkan orang tua." tambah Hanan yang sibuk berbalas pesan dengan Bella.
"kalau Almira tahu ia pasti akan langsung nantangin sih itu para cewek. kalian tau lah gimana bar-barnya Almira." jelas Haya.
"oh ya?" timpal Hanan agak ragu.
"kamu nggak akan tahu sebab Almira lebih sering ke rumah ku dulu dan dia memang perempuan pemberani." jelas Hafiz.
"tapi kalau aku yang jadi suaminya nantinya kamu hanya tahu sebatas itu saja kan." timpal Hanan santai.
Hafiz melotot menatap tajam Hanan. sementara Haya berdehem pelan. "baru aja mau menjalankan misi sudah mulai cekcok lagi."
...----------------...
"kalian tidak apa-apa? kenapa kesal banget sih mukanya." Jena bertanya dengan raut wajah heran.
"susah dekatin mereka." ucap Sarah pasrah.
"bukan hanya susah kita berdua malah di hina cih." Namifa menambahkan gadis itu merasa malu namun juga benci.
"terus? bukannya aku sudah peringatkan ya mereka itu kalangan atas yang terlihat lebih borjuis di banding kita tahu."
Namifa berbalik menatap sekilas tiga pemuda itu. "lupakan mereka, ingat kita kesini untuk membahas rencana."
Sarah dan Jena mengangguk. "tapi maaf nih fa kalau aku ada kesalahan dalam misinya bagaimana?"
"ya jangan salah." Sarah menjawab spontan.
"aku paling tidak suka ada kesalahan Jena. jadi kalau bisa kamu harus tahan ke parnoanmu itu."
"baiklah."
...----------------...
Almira kini duduk bersama dengan Bella, sahabatnya itu mendadak datang tanpa mengabarinya. ia sempat heran namun Bella bisa menjelaskan lebih baik bahwa ke datangan nya tiba-tiba karena penasaran.
"kamu mau apain bunga sebanyak ini Al?" tanya Bella yang sejak tadi belum bisa memudarkan senyuman nya.
"entahlah, ini seperti serangan mendadak saat yang di serang lengah." jawab Almira lesuh.
"serangan yang berhasil bikin kamu senyam-senyum sendiri juga kan tapi." Bella malah melontarkan ledekan.
"apaan sih bel." Almira berusaha mengelak namun rona merah di pipinya tidak dapat berbohong.
"nggak usah gengsi kali, mending sekarang kamu fokus pada hal-hal yang buat hati kamu ceria. soal Angeline lupakanlah toh itu juga tidak benar." Bella mencoba membuat Almira tidak kepikiran lagi soal masalahnya terlebih lagi sekarang Hafiz mulai ugal-ugalan.
"aku nggak gengsi hanya mulai ragu apakah tingkah kak Hafiz ini beneran tulus? atau mungkin itu cuma rasa ibanya saja. jujur ya Bell aku tuh agak trauma sama yang namanya sakit hati."
Bella berbalik menatap Almira lamat-lamat. setelah mendengar penjelasan Almira matanya yang semula asik menelisik bunga-bunga mawar itu kini terfokus pada wajah sahabat nya.
"Al dengerin aku, kalau dari kacamata aku, kak Hafiz sepertinya benaran sayang dan cinta sama kamu. soalnya mata dia setiap natap kamu memancarkan binar bahagia loh. ya tapi aku nggak akan maksa sih sebelum kamu tahu dari dia langsung bagaimana perasaannya." ucap Bella seraya menggenggam erat telapak tangan Almira berusaha memberikan kekuatan.
"mungkin saja itu benar atau hanya sekedar asumsi kamu Bell. seharusnya memang aku tidak menaruh harap pada manusia sebab hatiku ternyata masih tidak kuat saat patah." jeda sedikit ia menghela nafas gusar.
"dan sekarang saat orang yang aku harapkan berbalik hatiku malah ragu. ia aku senang dengan kecerian Hafiz, hadiah ini bahkan suaranya saat melantunkan lagu suara kayu tapi ada bagian hati aku yang meminta untuk sedikit lebih diyakinkan lagi. Bell apakah itu salah?" lanjutnya lagi dengan mengakhiri satu pertanyaan.
Bella menggeleng pelan. "nggak salah kok Al kamu berhak punya keraguan itu setelah semua hal yang terjadi."
"iya kan. semoga tingkah ku ini tidak membuat kak Hafiz menjauh." ucap Almira putus asa.
"tenang aja kalau kalian jodoh pasti kak Hafiz perjuangkan kamu, sekarang tantangan nya adalah dia harus berjuang ekstra hahaha." jawab Bella santai.
Almira ikut menyungingkan senyumnya. ya Bella benar jika mereka berjodoh maka Hafiz akan berjuang eksra dan keraguannya juga akan perlahan terkikis habis. berbagi beban hati dengan Bella memang sangat efektif membuat pikiran Almira kembali lurus. ia bersyukur memiliki perempuan manis nan cantik ini dihidupnya.
"nggak usah risau ya sekarang ayok kita tata bunga-bunga ini di dalam vas sebelum kamu di ledekkin om sama tante." ajak Bella yang kini mulai berdiri mengahadapi buket raksasa itu.
"Bella jangan gitu lah."
ceritanya keren banget seriuss😁✨✨
jangan lupa mampir di karya aku ya thor. terimakasih