NovelToon NovelToon
Dari Dunia Lain Untuk Anda

Dari Dunia Lain Untuk Anda

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin
Popularitas:297
Nilai: 5
Nama Author: Eric Leonadus

Sepuluh mahasiswa mengalami kecelakaan dan terjebak di sebuah desa terpencil yang sangat menjunjung tinggi adat dan budaya. Dari sepuluh orang tersebut, empat diantaranya menghilang. Hanya satu orang saja yang ditemukan, namun, ia sudah lupa siapa dirinya. Ia berubah menjadi orang lain. Liar, gila dan aneh. Ternyata, dibalik keramah tambahan penduduk setempat, tersimpan sesuatu yang mengerikan dan tidak wajar.

Di tempat lain, Arimbi selalu mengenakan masker. Ia memiliki alasan tersendiri mengapa masker selalu menutupi hidung dan mulutnya. Jika sampai masker itu dilepas maka, dunia akan mengalami perubahan besar, makhluk-makhluk atau sosok-sosok dari dunia lain akan menyeberang ke dunia manusia, untuk itulah Arimbi harus mencegah agar mereka tidak bisa menyeberang dan harus rela menerima apapun konsekuensinya.

Masker adalah salah satu dari sepuluh kisah mistis yang akan membawa Anda berpetualang melintasi lorong ruang dan waktu. Semoga para pembaca yang budiman terhibur.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eric Leonadus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 - MASKER - Cindy Permatasari & Maribeth ( POV )

Ini adalah hari ketujuh setelah kejadian menegangkan yang kami alami bersama Kak Arimbi dan Kak Nomi. Kejadian yang membuat kami harus menahan nafas untuk beberapa saat menyaksikan bagaimana Kak Arimbi dan ibunya mengobrak – abrik sarang Nini Bujana Andrawina atau Anre Atinuy yang ternyata adalah Erna Yunita. Bagiku dan Maribeth juga kawan – kawan, itu adalah pengalaman yang luar biasa. Selama ini, aku hanya berurusan dengan hantu – hantu semacam kuntilanak, pocong, gondoruwo dan lain sebagainya. Berurusan dengan hal – hal yang berhubungan dengan masa lalu mereka, tapi, untuk kejadian yang dialami Arimbi, Rara Utari dan Erna Yunita adalah sebuah permasalahan yang cukup rumit.

Sewaktu aku masih kecil, aku juga pernah mengalaminya, bahkan sempat membuatku terpukul. Tapi, menurutku peristiwa yang dialami Kak Naomi dan Kak Arimbi... memiliki kesan tersendiri, dan seandainya aku pun mengalami hal yang sama ... belum tentu sanggup menghadapinya sendirian. Terlalu menyedihkan bagiku. Persahabatan mereka patut dijadikan tauladan, bagi siapapun yang mengalaminya... tak heran Ayahku Adolf Pieters pernah berkata padaku, ‘Anakku, hendaknya kita selalu menghargai sesuatu yang telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa, walau mungkin pemberian itu tidak berarti bagi kita ... sebelum Ia mengambilnya kembali... Ibumu adalah salah satunya,” itulah kata –kata yang beliau ucapkan sesaat sebelum beliau meninggalkanku selama – lamanya. Semula aku tak mengerti apa artinya, dan baru kini aku paham.

Persahabatan antara Kak Arimbi dan Kak Naomi, bagi kami adalah cermin, juga kekuatan arti kata ‘CINTA & KESETIAAN’, walau kadangkala, tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Terus terang seumur hidupku ... baru kali ini aku ... Maribeth mungkin juga yang lain menitikkan airmata.

***

Pagi itu, udara begitu dingin, membuatku malas untuk bangun. Tapi, aku seperti didorong oleh sebuah kekuatan tak kasat mata yang membuatku harus bangun dan memulai aktifitas. Meski kegiatan sekolah masih dimulai beberapa minggu lagi bersamaan dengan datangnya Tahun baru, tapi, Aku, Cindy, dan yang lain sudah menyepakati perjanjian bahwa selama masih liburan di rumah Arimbi, kami harus membagi – bagi tugas. Kebetulan hari itu adalah giliranku membantu Bi Iyan beres – beres.

Saat aku berjalan menyusuri lorong penghubung kamar tamu dengan dapur, kulihat Arimbi sedang menemani Naomi jalan – jalan di halaman. Kesehatan Kak Naomi sudah berangsur – angsur pulih, hanya saja ia masih harus duduk di kursi roda karena selama ini hanya berbaring di pembaringan dalam keadaan terikat erat sementara sekujur badannya penuh dengan luka yang cukup parah, belum lagi makhluk yang mendiami dan mengendalikan tubuhnya secara tidak wajar. Aku tersenyum melihat keceriaan di wajah mereka. “Arimbi, aku senang sekali akhirnya, bisa bertemu denganmu,” itulah yang berulang kali terucap di bibirnya. Aku bisa membayangkan, sebelum ia mengalami apa yang dinamakan possession / kerasukan, wajahnya cukup cantik, itu bisa terlihat dari air mukanya dengan sepasang rona merah di pipinya.

Mereka berdua tengah menikmati suasana pagi yang indah, sejuk dan mempesona itu. Maklum rumah ini letaknya di lokasi perbukitan yang merupakan salah satu destinasi wisata di Banyuwangi. Sementara kedua tangan ini bekerja mencuci perabotan – perabotan kotor, telinga ini mendengar percakapan mereka.

“Rim ... aku ingin kita bermain lompat tali lagi. Tapi, apakah keadaanku masih memungkinkan untuk bermain lompat tali, ya ?”

“Naomi, kalau kesehatanmu sudah pulih seperti sedia kala, kutemani kau bermain lompat tali sepuasmu. Sekarang, penyembuhanmu lebih penting daripada bermain, bukan ?”

“Benar. Tapi, aku takut aku tak bisa menemanimu lagi bermain lompat tali,”

“Jangan berkata demikian. Apa alasannya hingga kau berkata demikian ? Jadi, tak perlu berkata hal yang aneh – aneh lagi. Itu buruk untuk masa penyembuhanmu,”

“Baiklah. Tapi, katakan padaku, mengapa kau masih memakai masker penutup hidung dan mulutmu itu, rim ... bukankah itu akan membuat wajah cantikmu itu hilang,”

“Sebelum meninggal, ibu berkata jangan sekali – kali kau melepas maskermu itu, jika tak ingin melihat hal – hal yang bisa membuat nyawamu terancam. Kau pikir aku suka memakai masker ini ? Tidak, Naomi ... tapi, aku masih belum siap melihat apa yang tak seharusnya kulihat ?”

“Maksudmu, kau ingin kemampuanmu itu dihilangkan ?”

“Bisa dibilang demikian. Tapi, ibu bilang bahwa itu tidak mungkin, sebab, merupakan warisan dari mendiang Kakekku Djojo Diningrat. Naomi, bukankah dulu aku sudah menjelaskannya padamu ?”

“Iya, mungkin aku lupa.... Rim, aku benar – benar bahagia sekali bisa bertemu denganmu. Berjanjilah padaku agar kau tak melupakanku selamanya ...”

“Itu juga sudah kau katakan berulang – ulang. Mengapa kau selalu mengatakan hal yang sama Naomi ? Apa kau baik – baik saja ?”

“Aku tak yakin, rim... mungkin aku masih trauma dengan kejadian yang menimpaku beberapa hari yang lalu. Kau tahu ... setelah kalian mengusir makhluk itu dari tubuhku ... aku senang karena bisa tidur dengan nyenyak... tangan dan kakiku tak lagi diikat seperti dulu. Aku bebas, dan aku sering bermimpi. Mimpi yang aneh,”

“Katakan padaku, Naomi,”

“Aku mendapati diriku tengah berada di sebuah taman yang penuh dengan bunga – bunga bermekaran. Sendirian. Aroma harum semerbak masih bisa kurasakan di hidungku sampai saat ini. Bunga lily, Bunga Anggrek, Mawar dan lain sebagainya semuanya ada di tempat itu. Dan ada sebuah cahaya menyilaukan, aku tak tahu cahaya apa itu dan mendadak tubuhku terangkat naik, masuk ke dalam cahaya putih kemilau itu,” jelas Naomi.

“Bunga dan Cahaya ?” tanya Arimbi.

“Benar. Itu sudah terjadi berulang kali sejak kalian selamatkan aku dari cengkeraman makhluk yang bernama Nini Bujana Andrawina itu. Apakah itu berarti aku akan ... akan beralih dari dunia ini menuju ...”

“Cukup. Jangan kau katakan itu, Naomi ... jangan kau katakan itu. Kau akan selalu bersamaku sampai kapanpun ...” Arimbi memotong ucapan Naomi sementara telunjuk kanannya diletakkan pada bibir Naomi, membuat wanita itu menutup bibirnya rapat – rapat, 2 titik putih bening keluar dari kedua sudut matanya, “Tidak, Rim ... jangan kau cegah aku untuk mengungkapkan apa yang menjadi keluh kesah di dalam hatiku,”

“Aku takkan membiarkan itu terjadi padamu, Naomi,” suara Arimbi bergetar hebat, meledaklah tangisnya sementara tangannya memeluk erat – erat tubuh Naomi. 2 wanita tersebut berpelukan dan menangis.

Saat Cindy muncul, dua wanita itu melepaskan pelukannya, mereka menyeka airmata yang masih membasahi pipi dengan punggung tangan masing – masing. “Bunga dan cahaya, merupakan lambang dari suka cita bagi mereka yang bermimpi tentang itu, kak...” kata Cindy yang kemudian duduk di antara mereka. Naomi tersenyum, “Kalaupun sudah tiba waktunya, mengapa kita harus takut ? Rim, seperti yang kutulis dalam suratku dulu, ‘Aku akan menunggumu selalu, bercakap – cakap seperti dulu, dan saat semuanya itu tiba, barulah aku bisa meninggalkan dunia ini dengan tenang dan damai’. Jika memang saatku sudah tiba, aku siap ... tak perlu takut atau berkecil hati. Ini seperti permainan lompat tali yang kita mainkan dulu, kita pasti bisa melompat setinggi – tingginya jika kita menginginkannya, halangan macam apapun takkan sanggup merusak persahabatan kita sekalipun itu maut. Oya, aku punya sesuatu untukmu, kuharap kau mau menerimanya ...” setelah berkata demikian Naomi merogoh sakunya, ia mengeluarkan sebuah kotak kecil, “Aku membelinya tempo hari bersama Cindy dan Maribeth, tanpa sepengetahuanmu. Maafkan aku, ya,”

Arimbi menerima kotak kecil berwarna merah delima dan membuka penutupnya, sebuah kalung emas dengan bandul berbentuk lingkaran yang pada kedua sisinya bisa dibuka. Di dalam bandul itu terdapat fotonya bersama Naomi sewaktu masih kanak – kanak dulu, mereka sama – sama tersenyum tangan bertaut pada bahu masing – masing. Pada penutup bandul tersebut terdapat ukiran dua Huruf ‘A.N.’ ( sebuah singkatan A mewakili nama depan Arimbi, N mewakili nama depan Naomi ). Sepasang mata Arimbi berkaca – kaca melihat kalung tersebut, digenggamnya erat – erat tangan Naomi, “Naomi, kau memang benar – benar sahabat sejati, aku beruntung mendapatkan sahabat bahkan saudara sepertimu,” katanya dengan suara gemetar, Naomi hanya bisa tersenyum setelah itu memejamkan mata dan tubuhnya perlahan – lahan dingin dan kaku.

“Naomi ... kenapa kau ? Bangunlah katakan sesuatu.... Naomi,” seru Arimbi sambil mengguncang – guncang tubuh Naomi. Tapi, wanita itu tidak bergerak – gerak lagi, wajahnya menunjukkan rasa tenang dan damai tak seorang pun mempercayai bahwa dia telah pergi meninggalkan dunia ini untuk selama – lamanya, sekeras apapun Arimbi berteriak, tak dapat membangunkan Naomi dari tidur abadinya.

Tak ada yang bisa kami lakukan selain menangis tersedu – sedu melihat pemandangan itu. Padahal baru saja kami mendengar canda, tawa dan percakapan Arimbi dengan Naomi, tapi suasana segera berubah menjadi banjir air mata. Langit yang semula cerah, mendadak mendung seakan turut merasakan kesedihan kami. Inikah akhir dari persahabatan Arimbi dan Naomi yang menggetarkan hati orang – orang di sekitarnya. Rasanya sia – sia saja menyelamatkan Naomi keluar dari dimensi lain dan nyawa adalah taruhannya. Tapi, itulah yang mungkin terbaik bagi ... setidaknya, bagi Naomi yang menderita sepanjang hidupnya, akibat kuasa kegelapan. Baik aku, Cindy, Kak Alya juga yang lain tidak percaya akan hal ini.

Apakah benar Tuhan itu TIDAK ADIL ???

Aku dan Cindy pernah mengalami kejadian buruk dalam hidup kami. Aku pernah kehilangan seorang kakak, sahabat, bahkan tempat tinggal. Tapi, bagiku itu bukan berarti apa – apa dibandingkan dengan peristiwa yang dialami oleh Kak Arimbi dan Kak Naomi. Cindy ... Cindy ... kau benar – benar membuatku sedih kali ini. Seandainya aku tak ikut denganmu singgah di rumah Kak Arimbi, mungkin aku takkan sesedih ini, air mataku takkan keluar bahkan tanpa kusadari.

Pesanku padamu, jangan sekali – kali aku dihadapkan pada pemandangan pilu seperti ini lagi, ya. Jika ini terjadi lagi, akan kujitak kepalamu. Tapi, terima kasih atas semuanya. Jika kutolak ajakanmu, mungkin, aku takkan paham arti dari kata ‘PERSAHABATAN’. ( END )

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!