"Menikahlah segera jika ingin menepis dugaan mama kamu, bang!."perkataan sang ayah memenuhi benak dan pikiran Faras. namun, bagaimana ia bisa menikah jika sampai dengan saat ini ia tidak punya kekasih, lebih tepatnya hingga usianya dua puluh enam tahun Faras sama sekali belum pernah menjalin hubungan asmara dengan wanita manapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Pindah ke Rumah Baru.
Malam harinya di meja makan, Faras menyampaikan niatnya untuk pindah ke rumah barunya bersama sang istri, kepada kedua orang tua serta adiknya.
"Mah....pah...."
"Ada apa, bang?." papa Rasya menatap sejenak ke arah putra sulungnya yang terlihat serius.
"Rencananya minggu depan Abang dan Inara mau pindah ke rumah baru kami, pah... mah..."
Papa Rasya langsung menghela napas lega. Tadinya pria paruh baya yang terlihat masih tampan dan bugar tersebut mengira ada masalah di kantor.
"Di satu sisi sebagai orang tua tentunya papa akan lebih senang jika anak dan menantu papa tinggal bersama kami di sini, tetapi di sisi lain papa juga harus menghargai keputusan Abang jika ingin hidup mandiri bersama istri Abang."
"Benar apa yang dibilang sama papa, sebagai orang tua tentunya mama dan papa lebih senang kalian tetap tinggal di sini, tapi kami juga tidak boleh egois. Jika memang itu sudah menjadi keputusan Abang, mama juga setuju. Tapi jangan lupa, sering-seringlah main ke sini." Mama Thalia berusaha untuk bersikap bijaksana. Sebaik apapun mertua, tetap saja menantu perempuan berhak mendapatkan kebahagiaan dalam Versinya sendiri dari sang suami, termasuk hunian sendiri, bukan begitu?.
"Jadi, kapan rencananya kalian akan pindah ke rumah baru kakak ipar? Jika kalian pindah, kami pasti akan sangat merindukanmu, kakak ipar."
Faras langsung melirik jengah pada Za saat mendengar adiknya itu melontarkan kata-kata dramatis.
Zi mengulum senyum melihat saudara kembarnya nampak mengerucutkan bibirnya saat menyadari lirikan Abang mereka.
"Sudah-sudah, kalian ini. Sebaiknya lanjutkan makannya!." mama Thalia menengahi. mungkin tingkah lucu anak-anaknya yang seperti ini yang akan dirindukannya nanti jika putra sulung dan menantunya itu telah pindah ke rumah baru mereka. Tingkah yang mungkin dianggap kekanak-kanakan namun terlihat hangat.
"Oh iya bang, besok kan Minggu, boleh kan mama mengajak Inara ke acara penggalangan dana yang akan diadakan di hotel XXX??." sambung mama Thalia sebelum memasukkan suapan ke dalam mulutnya.
"Tapi acaranya hanya dihadiri sama kaum perempuan saja kan, mah?." tanya Faras memastikan dan itu berhasil membuat papa Rasya tersenyum tipis mendengarnya. Bagaimana tidak, sikap putra sulungnya itu tidak jauh berbeda dengan dirinya sewaktu muda dulu, posesif.
Inara langsung melirik pada suaminya. jujur, sikap posesif suaminya itu membuat Inara merasa malu dihadapan mertua. Memangnya siapa sih yang akan melirik istri kamu, mas? Lagi pula secantik apa sih istri kamu ini sampai kamu bersikap lebay begitu? Kira-kira seperti itulah arti dari lirikan mata Inara pada Faras.
"Sebenarnya konsepnya memang hanya akan dihadiri oleh kaum ibu-ibu, tapi nggak tau deh kalau ada yang mengajak para suami." balas mama Thalia. "Tapi untuk sebelum-sebelumnya sih jarang ada yang mengajak suami." imbuh mama Thalia.
Faras menghela napas lega. "Silahkan, jika Mama ingin mengajak Inara besok."
*
"Ini semua salah papa. Kalau bukan karena papa yang menikah lagi dengan wanita jal-ang itu, adikku tidak akan menderita seperti ini, Yumi tidak akan sampai mengalami depresi."
Tidak terima dengan perkataan putranya, seorang pria berusia kurang lebih enam puluh tahun namun masih terlihat bugar tersebut melayangkan tamparan ke wajah Putra sulungnya itu. "Plak."
"Jangan kurang ajar Kamu, Gilang! Ini semua tidak ada hubungannya dengan istri papa." pria itu hendak kembali melayangkan tamparan untuk kedua kalinya namun dicegah oleh sang istri.
"Tenangkan diri kamu, mas! Kemarahan tidak akan menyelesaikan masalah, yang ada masalah justru akan semakin bertambah, mas."
Gilang menatap sengit pada istri ayahnya tersebut. pembelaan dari sang mama sambung sama sekali tak mampu menyentuh hati Gilang, yang ada kebencian Gilang semakin terpupuk terhadap wanita itu.
"Gilang, mama mohon sekarang kembalilah ke kamar kamu, nak!."
"Jangan sekali-kali menyebutmu dengan sebutan mama, karena kau bukan mama kami! sampai kapanpun di mataku, kau hanya wanita perusak keharmonisan keluarga kami, ingat itu!." lagi-lagi, Gilang menatap sengit pada ibu sambungnya itu, lalu berlalu begitu saja menapaki anak tangga menuju kamarnya.
"Dasar anak kurang ajar!. Asal kamu tahu, papa menikah dengannya karena..."teriak sang ayah dengan penuh amarah.
"Sudah mas... sudah!." ibu sambung Gilang menggelengkan kepala seakan meminta suaminya untuk menghentikan kalimatnya, lalu menuntun suaminya untuk menduduki tubuhnya di sofa.
"Maafkan atas sikap putraku, Kinan." terlihat jelas rasa bersalah di wajah ayahnya Gilang atas sikap Putranya terhadap istrinya itu.
"Tidak perlu minta maaf, mas. mereka tidak tahu apa-apa maka wajar jika Gilang bersikap seperti itu padaku. mas tidak perlu khawatir, nanti aku akan mencoba menemui Yumi!
Semakin besar rasa bersalah dihati ayahnya Gilang ketika istrinya itu justru berbesar hati memaklumi sikap kurang baik putranya.
Merasa situasi sudah mulai tenang, mama Kinan pun naik ke lantai atas menuju kamar Yumi, yang tepat bersebelahan dengan kamar Gilang. dari balik pintu kamar yang tidak tertutup dengan sempurna, mama Kinan dapat melihat kondisi putri sambungnya yang kini tengah duduk bersandar pada headboard ranjang, tatapannya pun terlihat kosong. Sesekali terdengar putri sambungnya itu bergumam. "Aku benci padamu Inara. kau telah merebut Faras dariku.
"Faras??? Inara??? Apa mungkin Faras yang dimaksud Yumi adalah anak dan menantunya jeng Thalia?." sebagai anggota arisan sosialita yang salah satunya beranggotakan mama Thalia, tentu saja saat itu mama Kinan mendapat undangan di hari pernikahan putra temannya itu, dan mama Kinan masih ingat betul dengan nama kedua mempelai yang tertera di lembar undangan, Yakni Faras dan Inara. Mama Kinan terus mencoba membaca situasi yang terjadi, serta percakapan dokter Bayu bersama Gilang yang beberapa kali tak sengaja didengarnya. "Jadi pria yang dicintai Yumi selama ini adalah Faras, anaknya jeng Thalia." Tapi selama ini Gilang justru mengatakan kalimat-kalimat manis dihadapan Yumi, seolah adiknya itu bisa menikah dengan pria pujaan hatinya?? Bukankah mustahil rasanya jika Gilang tidak tahu Faras sudah menikah sedangkan acara pernikahan Faras dan Inara kala itu disiarkan secara langsung oleh salah satu stasiun televisi nasional yang dinaungi oleh Sanjaya Group. perusahaan induk dari SJ group, yang saat ini dipimpin oleh pamannya Faras di ibukota.
"Sedang apa kamu di sini, hah?." Tubuh mama Kinan tersentak kala Gilang sudah berdiri di belakang tubuhnya. mama Kinan sampai memundurkan langkahnya beberapa langkah ke belakang saat Gilang terus mendekat padanya. "Apa kamu sudah puas sekarang? Sudah puas kamu melihat adikku menderita seperti sekarang ini, hah?." bentak Gilang.
Mama Kinan tersenyum, seolah tudingan Gilang terdengar lucu. "Kenapa kamu melimpahkan semua kesalahan ini padaku, Gilang? Bukankah kamu yang lebih bersalah atas kondisi Yumi saat ini. Seandainya sejak awal kamu jujur pada Yumi, jika pria yang dicintainya telah menikah mungkin Yumi tidak akan kembali mengalami kondisi yang sama seperti dulu."
Gilang terdiam. tangannya terkepal erat, tatapan sengitnya tak ketinggalan.
"Jadi, mulai sekarang berhentilah terus-menerus menyalahkan aku! cobalah mulai menyadari kesalahanmu, Gilang!." mama Kinan tak lagi menyebut dirinya dengan sebutan mama karena wanita itu tahu Gilang tidak akan menyukainya.
ingin manjaah manjaaah sayang rupanya...
enak ya jadi boss,bisa gebug orang sembarangan...
makanya bimbing adikmu,biar gak gila lagi...
bukan malah menjerumuskannya...
bisa bisa nyawa Inara dalam bahaya nih...
saingan nya pelakor setres
dan Inara gampang ke makan omongan orang...
mana kepikiran Inara klo kamu juga mencintai nya...