Mengisahkan persahabatan ketiga nya dikampus dengan pekerjaaan sambilan mereka yang akhirnya mengantarkan mereka pada jodoh masing-masing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Teman ibu itu perempuan atau laki-laki?" Tanya Eric memicing pada ibunya.
"Kamu ini, memangnya ibu sembarangan berteman dengan seorang laki-laki?" Cerita Winda.
"Siapa tahu ibu mau menikah lagi."
"Aww sakit Bu." Ringis Eric saat Winda mukul bahu puteranya cukup kencang.
"Itu karena kamu sukanya ngaco kalo ngomong. Memangnya kalo ibu nikah lagi kamu setuju?'
"Enggak....." Tawa Eric kemudian.
"Untuk itulah jangan pancing ibu." Geram Winda yang kemudian berjalan ke meja makan.
"Iya maaf ibuku sayang."
"Kamu saja yang secepatnya menikah, supaya ada yang bisa ngurus kamu sekalian anak kamu."
"Ckk ibu ini ada-ada saja, mana ada perempuan yang mau hal itu. Ngurus suami, apalagi anak yang bukan miliknya." Dengus Eric yang kini mengelengkan kepalanya.
"Ya tentu saja ada Eric, wanita itu yang ikhlas hatinya." Pungkas Winda yang merasa yakin ada wanita macam itu dibelahan dunia.
"Impossible." Jawab singkat Eric.
Tentu saja Eric begitu minder, ia seakan telah pasrahh akan nasibnya. Pernikahannya yang baru satu tahun ia jalani harus kandas dipisahkan dengan kematian istrinya.
"Mana Micky?" Tanya Eric.
"Tidur tadi anak kamu itu habis disu5uin langsung tidur...." Jawab Winda.
Eric pun mengernyit tak paham dengan ucapan ibunya itu, ada yang aneh dalam ucapan ibunya atau pendengarannya saja.
"Maksud ibu minum susu dari botol kan?" Tebak Eric saat itu membenarkan kesalahan perkataan ibunya tadi.
"Oh iya benar." Kroscek Winda yang malah kelepasan ngomong.
Untungnya Eric tak curiga karena ucapan ibunya tadi, ia pun ikut duduk di samping Winda.
"Tumben kamu udah pulang? Biasanya pulang malam?" Sindir Winda.
"Iya lagi gak banyak kerjaan."
Winda pun memang memaklumi pekerjaan ganda puteranya itu, ia harus mengurusi perusahaan suaminya dan merangkap sebagai dosen, pekerjaan yang pernah menjadi cita-cita puteranya itu.
"Ya sudah makan dulu saja, mumpung kamu sudah disini." Titah Winda pada Eric.
Mereka pun makan malam bersama lebih awal, mumpung Eric juga bisa luangkan waktu. Karena biasanya Eric pulang selalu malam hari diatas jam 9.
"Menu masakannya apa?" Tanya Eric sesaat ia membalikkan piringnya.
"Ibu suruh koki masakan nasi Padang."
"Nasi Padang? Tumben?" Kering Eric pun sampai berkerut.
"Iya katanya kamu juga suka kan?"
"Iya suka." Jawab Eric singkat.
Entah mengapa menginggat makanan khas Padang itu membuatnya mengingat satu nama, yaitu Nita.
Eric tak sengaja pernah bertemu Nita saat gadi5 itu membeli nasi Padang bersama temannya, dan berakhir ia membayarkan tagihan Nita.
Tanpa sadar Winda menangkap wajah Eric yang senyum senyum sendiri.
"Kamu kenapa Eric? Koq senyum-senyum gitu?"
Eric pun sesaat kemudian tersadar dan tersenyum tipis pada Winda.
"Tidak apa Bu, hanya ingat mahasiswi Eric aja yang gemar makan nasi Padang."
"Benarkah?"
Eric pun mengangguk, ya bisa menjawab karena mulutnya sibuk mengunyah nasi Padang dengan lauk daging rendang dan udang besar yang ditusuk dan dibakar itu.
"Cantik?"
Eric hanya mengangguk, tanda ia mengakui kecantikan Nita.
"Kamu suka dia? Naksir?" Cecar Winda penasaran.
Namun Eric kemudian mengedikkan bahunya, lalu sesaat ia menggeleng.
"Lho koq begitu, kamu ini suka atau tidak?"
"Entahlah Bu, hanya senang saja bisa melihat gad1s itu. Dia begitu cantik dan baik hati."
"Baik?"
"Iya...." Jawab Eric singkat.
"Ceritakan ibu dong....." Desak Winda.
"Oke biarkan Eric menghabiskan makanan di piring dulu, nanti Eric ceritakan semuanya." Jawab Eric.
Kini Winda yang giliran mengangguk paham, lalu mereka makan tanpa ada suara apapun. Hanya suara dari denting garpu dan sendok yang berbunyi nyaring mengiringi kegiatan makan malam diantara ibu dan anak.
"Akhirnya kenyang banget ...." Seru Eric memegangi perutnya.
"Ya sudah kita ngobrol di ruang teve saja." Ajak sang ibu pada Eric.
Eric hanya mengangguk dan mengikuti langkah ibunya, ia pun duduk disamping ibunya saat Winda telah duduk terlebih dahulu.
"Sekarang ceritakan semuanya sama ibu." Titah Winda yang masih penasaran.
Sejenak Eric menghela nafasnya, lalu ia mulai hembuskan perlahan.
"Jadi gd1s yang dulu menolong Silvy saat kecelakaan itu adalah mahasiswi saya Buk....." Ungkap Eric to the point saja.
"Apa? Jadi mahasiswi kamu ternyata yang menolong Silvy?"
"Iya ibu, saat itu saya baru tahu ketika saya mengajar dikelas gadis itu." Jawab Eric.
Silvy adalah isteri Eric, mereka menikah satu tahun yang lalu. Saat kejadian kecelakaan Eric sedang meeting di perusahaan ayahnya, yang sekarang telah menjadi kuasanya itu.
Waktu itu Silvy sedang kerumah orang tuanya di pedesaan, dan saat ia balik ke rumah suaminya itulah mobil melintasi di jalan tol, ada sebuah truk yang melintas dan menabrak mobil yang saat itu dikendarai oleh supir Eric.
Dan braaakkkk
Tabrakan itu tak terelakan, dan saat itu Nita sedang berada di bus, kejadian itu saat hari menjelang Maghrib dan sudah mulai gelap.
Nita melihat suara tangisan minta tolong, saat ia melihat dari kaca spion, lalu Nita meminta supir berhenti dan meminta tolong untuk mengirimkan ambulance.
"Hentikan mobilnya pak, tadi ada kecelakaan dan saya mendengar perempuan meminta tolong."
"Sudah biarkan saja mbak nanti juga ada yang ngurusin." Jawab supir bus enteng.
Padahal saat itu bus berjalan lambat karena insiden kecelakaan itu, Nita pun akhirnya duduk kembali, namun ia tak tenang saat mendengar lagi suara tangisan jerit minta tolong.
Terlebih saat Nita melihat, tangan perempuan itu seakan memberi tanda keberadaannya, Nita pun gak tega dan meminta supir berhenti karena ia ingin turun dari bus.
Dan mobil pun berhenti, lalu Nita dengan cepat melihat kondisi wanita itu yang ternyata telah belumur*n dar4h.
"Astagfirullah, mbak.....anda tidak apa-apa?" Tanya Nita cemas.
Silvy pun memegangi perutnya yang besar, lalu ia menggeleng tanda ia tak baik-baik saja.
"Tolong hubungi suami saya." Titahnya kemudian.
Namun Nita malah membantu silvy terlebih dahulu untuk keluar dari mobil yang telah ringsek kondisinya. Terlihat supir Eric pun terluka parah, bahkan saat Nita mengecek kondisi supir Eric sudah tidak bernyawa lagi.
Saat itulah Nita menghubungi Eric lewat ponsel Silvy yang sedang menahan rasa sakit diarea perutnya.
"Hallo sayang......" Sapa Eric saat ia tahu bahwa yang menghubungi dirinya adalah isterinya.
"Maaf tuan, saya mau mengabarkan isteri anda mengalami kecelakaan, saat ini sedang berada dijalan tol km 23. Mohon segera ketempat."
"Baik saya segera kesana." Jawab Eric yang mulai dihinggapi kecemasan.
Bagaimana ia tidak cemas, ada nyawa isteri dan putera dalam kandungan Silvy yang kini tengah dipertaruhkan nyawanya.
Hatinya mulai tak tenang saat dijalan dan ia sampai mengemudikan mobilnya sendiri dengan tangan bergetar hebat.
Dan untungnya jarak satu kantor dengan tempat kejadian tidaklah jauh, sehingga hanya dalam waktu 15 menit ia telah sampai dilokasi kejadian.
Saat Eric baru saja tiba, mobil ambulance telah sampai 5 menit sebelumnya, dan langsung membawa Silvy masuk didalamnya.
Disana telah ada tenaga medis yang menanti Silvy, sekaligus memberikan pertolongan pertamanya.
Bahkan Silvy telah di infus dan diberikan oksigen karena ia mengalami sesak nafas akut, hingga Eric turun dari mobil dan segera mendekati istrinya yang sedang ditangani.
"Silvy......"
"Mas, maafkan aku....."
"Jangan bicara lagi, yang paling penting kesehatan kamu dan anak kita."
"Mas aku gak kuat lagi, nafas aku sesak." Ringis Silvy memegangi dad4 nya yang terasa sesak menghimpit.
"Mbak maaf saya tinggal dulu ya?" Pamit Nita saat ia mendekati wanita yang baru saja ia tolong tadi.
"Jangan pergi dulu, ikutlah naik mobil ini. Setelah itu kamu bisa pergi." Pinta Silvy.
"Baiklah mbak." Jawab Nita.
Eric menatap Nita dengan tatapan bngung, Silvy yang paham lalu memegang tangan suaminya.
"Dia yang menolong saya tadi mas, dia sampai turun dari bus hanya untuk menolong aku dan anak kita." Terang Silvy dengan terbata-bata karena rasa sakit pada area sekitar dad*nya.
Eric yang paham pun kemudian mengerti maksud ucapan isterinya, akan sulit baginya untuk mendapatkan mobil karena mereka berada dijalan tol.
"Terima kasih atas pertolongan kamu." Ucap Eric dengan tersenyum tipis pada Nita.
"Iya mas." Jawab Nita kemudian.
Dan akhirnya mobil pun membawa mereka langsung kerumah sakit, Eric terpaksa membawa mobilnya sendiri dan mengikuti kemana arah ambulance yang akan membawa istrinya.
Entah mengapa Nita bahkan melupakan Eric, padahal pria yang memiliki 2 pekerjaan itu begitu halal wajah detail g4d1s yang telah menolong Silvy, istrinya.
Atau mungkin Nita benar-benar lupa wajah Eric karena saat itu hari petang, atau mungkin karena ia Nita melupakan hal itu mengingat saat ini posisi dirinya sebagai mahasiswi dikampus tempat ia belajar.
Nanti akan diceritakan penyebab Nita melupakan wajah Eric bahkan kejadian saat ia menolong wanita hamil saat dijalan tol.
Tapi Eric sangat bersyukur akan datangnya malaikat penolong bayi keduanya, walau pun Eric harus merelakan nyawa istri tercintanya pergi meninggalkannya dengan malaikat kecil tampan yang diberi nama Micky itu.
Jika tidak ada Nita dan ketangguhan wanita itu dalam berusaha menolong Silvy, sudah pasti tidak akan ada yang selamat. Dan semua itu adalah takdir yang Tuhan beri padanya.