Duda tapi masih perjaka? Loh kok bisa? Percaya nggak? Buktiin yukk cap cuss!
---
Hanya othor remahan yang masih amatiran bukan othor profesional. Masih banyak belajar 😌 harap maklum dengan segala kekurangan❣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Desir angin berembus kuat. Mentari juga semakin menampakkan rona jingga. Gandhi menceritakan semua yang terjadi. Chaca menyembunyikan wajahnya bertumpu di atas kedua lutut yang ditekuk. Deraian air matanya tak terbendung.
Hilang, ia sudah kehilangan semua impiannya. Ia kalah sebelum berperang. Hancur, hatinya bahkan sudah tak berbentuk lagi. Sesak di dadanya kian membuncah.
Ia terus memukul-mukul rongga dadanya yang teramat sesak. Isakan memilukan, bahu yang bergetar hebat membuat Gandhi semakin merasa bersalah. Ia juga sama hancurnya dengan keputusan mendadak yang dibuatnya. Hanya demi menyelamatkan 2 nyawa.
Ingin sekali pria itu merengkuh tubuh Chaca. Mendekap erat dalam pelukannya. Namun Chaca terus menepisnya. Ia benar-benar marah. Sangat marah. Seluruh tubuhnya sudah bergetar hebat, antara sedih, marah, emosi melebur menjadi satu.
"Maaf." Satu kata terucap lirih setelah keduanya saling berdiam diri cukup lama. Kepala Gandhi semakin tertunduk dalam. Menahan sesak di dadanya.
"Pergi," lirih Chaca bahkan nyaris tak terdengar.
Gandhi mengangkat kepalanya, hatinya teramat sakit akan penolakan Chaca begitu tegasnya. Ia sadar, sepenuhnya adalah kesalahannya sendiri. Ini resiko yang harus ia tanggung.
"Aku ...."
"Pergi!" sentak Chaca memotong ucapan Gandhi.
Pria itu menghela napas panjang. Rasanya tak tega meninggalkan gadis di sampingnya itu sendirian. Tapi ia juga tak bisa memaksa agar Chaca bisa mengerti keadaannya.
Perlahan, Gandhi beranjak. Mata sayunya terus menatap Chaca dengan penuh rasa bersalah juga sakit di hatinya. Tangannya menyeka air mata yang berjatuhan dari sepasang manik matanya.
Satu langkah, dua langkah, ia meninggalkan Chaca. Berhenti, lalu kembali berbalik melihat Chaca yang masih menyembunyikan wajahnya. Tidak menoleh sedikit pun pada pria itu.
Helaan napas berat Gandhi hembuskan, tenggorokannya kering kerontang hingga kesusahan menelan saliva. Ia kembali melanjutkan langkahnya yang terseok.
Tiba-tiba Chaca berdiri dan berlari mengejarnya. Tubuhnya menubruk punggung Gandhi. Tangan kurus itu melingkar erat di perut Gandhi. Kepalanya tenggelam di sana, bersandar dengan nyaman. Bahkan kemeja putih pria itu sudah basah dengan air mata Chaca. Tubuh Gandhi terpaku, ia bergeming tak bergerak.
"Bolehkah aku egois, Om? Aku ... aku enggak mau kehilangan kamu. Bisakah kamu melepaskannya demi aku suatu saat nanti? Kamu ... kamu sudah membawa separuh hatiku, Om. Dan kini tiba-tiba kamu hancurkan separuh lagi hatiku. Kamu jahat, Om. Bahkan lebih jahat dari Daddy." Chaca berucap dengan nada bergelombang dan serak karena terlalu banyak menangis.
Kepala Gandhi menunduk, ia semakin frustasi dibuatnya. Bagaimanapun perceraian adalah hal yang sangat buruk dalam agamanya. Apalagi jika tak ada alasan yang kuat. Namun di sisi lain, ia sudah jatuh cinta dalam pesona gadis kecil itu sejak lama. Tak pernah ia merasakan hal yang sama pada wanita manapun selain Chaca.
Ini pertama kalinya Chaca berbicara aku-kamu. Yang artinya dia memohon dengan lembut. Tangisan yang tak juga mereda semakin membuat Gandhi sulit bernapas.
"Aku mencintaimu, Om. Meski selama ini aku sering punya pasangan, namun di hatiku cuma ada kamu. Enggak pernah bergeser sedikitpun sejak dulu. Aku cuma mau kamu, Om," pintanya lagi. Bahkan suaranya hampir menghilang.
Seketika Gandhi berbalik, memeluk tubuh Chaca dengan erat. Menciumi puncak kepala Chaca. Keduanya larut dalam kesedihan dan kekecewaan. Takdir telah mempermainkan keduanya.
"Aku juga mencintaimu, Cha. Sangat. Tapi, inilah jalan hidup yang harus kita jalani. Jika kita memang berjodoh, Tuhan akan kembali mempersatukan kita dengan caranya. Namun jika kita tidak berjodoh, aku selalu berdoa agar kamu mendapat penggantiku yang lebih baik dalam segala hal. Bersabarlah, aku yakin kamu gadis yang kuat." Suara Gandhi yang berat dan terbata, semakin menusuk gendang telinga Chaca hingga menghujam jantungnya.
Chaca menggelengkan kepala. Semakin menenggelamkan kepalanya di dada Gandhi. Lengannya mencengkeram kuat kemeja Gandhi. "Aku enggak mau! Aku cuma mau sama kamu, Om. Jangan tinggalin aku," isak Chaca.
Tangan lebar Gandhi membelai lembut rambut panjang Chaca yang terurai. "Berjanjilah satu hal," ucap Gandhi setelah lebih tenang.
"Apa?" tanya Chaca dengan nada manjanya.
"Fokuslah pada sekolahmu terlebih dahulu. Kamu harus bisa lulus dengan hasil yang bagus. Buat orang tuamu bangga. Sekalipun mereka tidak melihat, tapi aku yakin suatu saat mereka akan menyadarinya." Tidak ada suara bantahan dari gadis itu.
"Masa depan kamu masih panjang, aku menunggu kabar baik itu tiba. Dan, aku akan memutuskan apakah kamu layak menjadi ibu dari anak-anakku, atau tidak."
Gandhi sengaja berucap seperti itu. Ia tidak tahu lagi bagaimana membesarkan hati gadis yang masih labil itu. Ia merasa, alasan itu cukup logis agar Chaca tidak putus asa melanjutkan pendidikannya. Karena memang masa depannya masih panjang.
Pria itu tidak mau, Chaca hancur dan terpuruk hanya gara-gara dia. Meskipun ia sendiri ragu bagaimana nasibnya selama beberapa bulan ke depan.
"Bagaimana?" tanya Gandhi ketika Chaca tak bersuara.
Bersambung~
Tapi sekalinya baca novel atau nonton drama tentang ditinggal pergi selamanya oleh sesorang, rasanya seperti ngalamin kejadian itu sendiri 😭😭
sakit banget ini hati...
air mata juga ampe ngalir 😭
ampe merinding bacanya tuh
bener banget
hati-hati sama orang penyabar dan pendiam 😄
sekalinya kecewa langsung keluar dari mulut talak tiga...
kan kan kan
dasar buaya!
jeburin aja ke danau 😊
sombong amat!
kasihan sama orang lain tapi gk kasihan sama diri sendiri dan chaca...
kesel sama si gandhi 😤😡
eh pas disamperin udah jejer sama cewe lain 😭
sakitnya luar biasa
Bapak kandung apa bukan sih?
setidaknya kalau gk bisa beri perhatian ya gk usah main tangan lah 😭😭
kemarin kan sabtu katanya...
apa iya hari minggu kerja? 🤭