Sebagai anak perempuan tertua di keluarganya, Ayesha di tuntut untuk segera mencari pasangan hidup. Namun, trauma di masa lalunya, membuat Ayesha tidak jua mencari jodoh di saat umurnya yang sudah mencapai 30 tahun.
Begitu pula dengan Azlan yang merupakan anak tunggal dari keluarga terkaya yang sampai saat ini masih melajang di karenakan sebuah penyakit yang di deritanya.
Bagaimana jadinya, jika kedua insan tersebut bertemu dan melakukan kesepakatan untuk menikah. Akan kah Ayesha menerimanya? atau malah tidak menyetujuinya, karena ia hanya ingin menikah satu kali seumur hidup dan tentunya ingin memiliki keturunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rafasya Alfindra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta bantuan kepada Azlan
"Azlan ...!" Seseorang memanggil Azlan dari kejauhan.
Azlan membalikkan tubuhnya. Matanya menyipit saat menangkap sosok orang yang ia kenali setengah berlari kearahnya.
Azlan mengusap telinganya, ia merasa pendengarannya saat ini sedang bermasalah. Tidak mungkin Ayesha memanggilnya, itulah yang di pikirkan oleh Azlan.
Ya, orang yang memanggilnya adalah Ayesha. Merasa berhalusinasi, Azlan mengedikkan bahunya dan kembali berbalik. Ia berjalan menuju parkiran.
"Azlan ...!" Panggil Ayesha untuk kedua kalinya.
Kali ini, Azlan memastikan kalau Ayesha benar-benar memanggil namanya. Ia lantas berbalik dan menatap kearah Ayesha yang sudah berada dengan jarak dekat.
Azlan memasukkan tangan kedalam saku celana dengan mata lurus kedepan. Ia menatap kearah Ayesha yang tampak kian kacau.
Beberapa menit mereka terdiam tanpa ada yang memulai pembicaraan. Azlan melihat kearah jam tangannya yang sudah menunjukkan jam sepuluh siang. Hari ini ia akan ada rapat dengan kliennya di sebuah cafe yang dekat dengan rumah sakit dimana ia berada sekarang.
"Kau membuang waktuku saja!" Azlan berbalik dan berjalan menuju mobilnya berada. Saat Azlan akan membuka pintu mobil, Ayesha berlari menghentikan.
"Ckckck ... Apa yang kau mau? Jangan mengganggu waktuku!" Azlan tentu marah melihat sikap Ayesha. Sudah jelas ia telah dikejar waktu, namun Ayesha malah memperlambat waktunya begitu saja.
"Azlan, bisakah kita bicara sebentar?" Ayesha memberanikan diri untuk berbicara dengan Azlan. Meskipun ada keraguan di dalam hati Ayesha untuk meminta bantuan kepada Azlan. Namun Ayesha mencoba untuk berpikir positif, barangkali Azlan bersedia membantunya.
Ponsel Azlan menghentikan pembicaraan mereka berdua, ternyata Atika lah yang menghubungi Azlan saat ini.
Azlan mengangkat tangannya sebagai isyarat kalau Azlan sendiri akan mengangkat ponsel yang sudah berada di tangannya. Azlan berjalan sedikit menjauh dari Ayesha. Azlan menekan tombol terima dan mendekatkan ponsel ke telinga.
"Assalamualaikum ..." Terdengar suara seseorang diluar sana mengucapkan salam.
"Hm ... Waalaikumsalam. Sebentar lagi, saya akan menuju sana." Azlan tahu, Atika sudah stand by disana beberapa menit yang lalu. Tentu Atika tidak ingin mengecewakan klien yang akan berkerja sama dengan perusahaan Azlan malah menunggu lama.
"Iya Pak. Klien Kita sudah datang, makanya saya menghubungi Bapak langsung!" Atika langsung saja mengutarakan tujuannya menghubungi Azlan.
"Baiklah, tunggu disana. Saya akan menuju kesana secepatnya!" Azlan setengah berlari menghampiri mobilnya.
Azlan membuka pintu mobilnya dengan segera dan berlalu masuk. Ayesha menghampiri Azlan dengan mengetuk kaca mobil.
Azlan menurunkan kaca mobil. "Saya tidak punya waktu untuk berbicara!" Azlan memutar stir mobilnya dan akan berbelok keluar parkiran. Namun Ayesha malah berlari masuk kearah kemudi depan sebelah kiri.
Azlan menyipitkan matanya dengan keberanian Ayesha yang masuk tiba-tiba kedalam mobilnya. Karena tidak memiliki waktu untuk berdebat, Azlan hanya diam tanpa berbicara.
Mobil Azlan memasuki sebuah cafe. Azlan secepatnya turun dan diikuti oleh Ayesha di belakang.
Dari kejauhan, Ayesha bisa melihat Azlan yang sudah di tunggu seseorang. Ayesha terduduk di kursi yang tidak jauh dari Azlan berada. Ayesha meremas jari-jari tangannya. Saat berada di dalam mobil tadi, Ayesha sudah mencoba untuk berbicara kepada Azlan. Namun Azlan menyuruhnya untuk diam karena Azlan dikejar waktu.
Ayesha hanya bisa sabar untuk menunggu Azlan selesai. Mungkin waktunya tidaklah tepat. Namun adiknya yang bernama Ayuna sedang membutuhkan pertolongan. Hanya kepada Azlan satu-satunya tempat Ayesha meminta pertolongan sedangkan tante Kinanti sendiri, malah menolak untuk membantu. Bahkan dengan kejamnya, tante Kinanti malah menyuruh Ayuna untuk mati saja, agar tidak menyusahkan.
Sungguh Ayesha tidak menyangka dengan jawaban tante Kinanti. Adakah manusia yang tidak berprikemanusiaan seperti Kinanti? Padahal Ayuna sendiri adalah keponakan dari Kinanti sendiri. Ayuna dan Ayesha adalah anak dari adik tirinya Bahri dan Kinanti. Ayah dan Ibu Ayesha sudah meninggal dunia sedari mereka kecil. Maka dari itu, Ayesha dirawat oleh Bahri dan Ayuna dirawat oleh Kinanti.
Sedari tadi Ayesha berdiam, ia hanya bisa memesan secangkir teh saja. Uang yang ada di dalam dompet Ayesha hanya bersisa satu lembar yaitu uang hasil mengamennya tadi pagi.
Ayesha menatap kearah Azlan, sepertinya rapatnya sudah selesai. Terlihat mereka semua yang akan berdiri dan berjalan keluar.
Ayesha berlari menghampiri Azlan. Ayesha tidak ingin menundanya lagi, adiknya sangat butuh pertolongan.
Ayesha berusaha memegang tangan Azlan. "Bisa kita bicara sebentar?"
Azlan menghempaskan tangan Ayesha, ingatan Azlan tertuju kepada Kinanti tadi pagi yang membuat ulah dengan Mamanya. Seketika ia merasa jijik dengan keluarga Kinanti, termasuk dengan Ayesha juga.
Azlan berjalan keluar tanpa mengindahkan ucapan Ayesha. Ayesha setengah berlari mengejar Azlan, namun ia mesti membayar teh nya terlebih dahulu sebelum menyusul Azlan.
"Tolong bantu adik aku!" Ayesha menghiba dan mencoba memohon kepada Azlan. Apapun akan dilakukan Ayesha demi sang adik, agar bisa segera sembuh.
"Kau mengganggu waktuku saja!" Azlan tidak memedulikan ucapan Ayesha, ia malah masuk kedalam mobilnya begitu saja.
Hati Ayesha begitu pilu melihat mobil Azlan berlalu. Ayesha terduduk ke tanah dan menangis meratapi nasib sang adik. Ia harus mencari bantuan kepada siapa lagi?sedangkan orang yang Ayesha yakini akan mau membantunya malah menolak untuk membantu.
Dari kaca spion depan, Azlan bisa melihat Ayesha. Hati dan pikiran Azlan tidak sinkron. Dengan ragu-ragu Azlan memutar stir kembali dan berbelok ketempat tadi.
"Masuklah ...!"
Azlan membukakan pintu kemudi depan dan menyuruh Ayesha masuk kedalam mobilnya.
Ayesha tersenyum, tentu saja itu adalah pertanda baik. Apakah Azlan sudah berubah pikiran? mudah-mudahan begitu.
"Berbicaralah ...! Apa yang akan kau katakan?" Saat Ayesha baru saja duduk. Azlan langsung meminta Ayesha untuk berbicara.
Ayesha melihat kearah Azlan yang sedang mengemudikan mobilnya. Ayesha meremas jari-jari tangannya, seketika Ayesha menjadi gugup sendiri.
"Katanya kau mau meminta bantuan? Apa yang bisa ku bantu?"
Ayesha mengangguk mengiyakan.
"Katakanlah...!"
"Adikku akan di operasi, ia saat ini sedang kritis dan butuh pertolongan. Aku sama sekali tidak memiliki biaya untuk operasi tersebut."
"Hm ... lalu?"
Azlan sepertinya tidak peka dengan ucapan Ayesha barusan. Ayesha hanya perlu bersabar menghadapi Azlan yang terlihat sangat dingin terhadapnya.
"Aku mau, kau berkenan meminjamkan uang untuk operasi adikku!"
Azlan menghentikan mobilnya dan menatap kearah Ayesha yang juga menatap Azlan. Azlan tersenyum smirk. "Seyakin itukah kau meminta bantuan kepadaku?"
"Tentu saja aku yakin. Karena kau pasti memiliki hati dan berkenan membantuku!" Ayesha terlihat yakin dengan ucapannya.
"Oh ya? Kalau aku tidak mau bagaimana?" Azlan terlihat serius mengucapkannya. Sehingga membuat Ayesha tertunduk.
"Pokoknya kau harus membantuku, Azlan!" Ayesha memberanikan diri untuk memaksa Azlan agar berkenan membantu.
"Apa yang akan kau jadikan jaminannya? agar aku bisa membantumu." Azlan terlihat bernegosiasi, bukannya Azlan perhitungan hanya saja rasa sakit di tolak dan sikap tantenya Ayesha masih berbekas di hati Azlan.
siapa itu pengamen ?
semogga Marco menemukan Ayesha