Berkisah tentang seorang wanita yang terbangun sebagai karakter game yang pernah ia mainkan, Putri Verxina. Seorang putri Kerajaan yang terpaksa menjadi pemimpin pasukan yang memerangi Raja Iblis dan pasukannya. Verxina memiliki dua rekan yang bersamanya sejak dia masih kecil, yaitu Lukasz dan Maria.
Verxina sering dijuluki sebagai Putri Gila karena berbeda dengan para bangsawan gadis seusianya, ia memilih jalan hidupnya sebagai seorang pejuang. Bahkan tanpa penyelidikan yang mendalam, ia menyanggupi menjadi pemimpin pasukan pertahanan dari Monster dan Iblis yang nantinya akan menjadi jalan hidupnya.
Setelah menyelesaikan pertempuran pertamanya yang membuat korban jiwa dalam jumlah besar, dia bertemu dengan Ivory yang menyatakan sebagai dewa dari dunia ini dan meminta untuk Verxina dapat mencapai babak akhir tersembunyi dari dunia ini tentunya dengan sebuah imbalan. Verxina menyanggupinya dan meneruskan perjuangannya dalam mempertahankan dunia ini dari serangan pasukan Raja Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azurius07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Hari Biasa
“Anda bertemu dengan Putri Verxina yang asli di dunia mimpi anda?” tanya Ivory yang menuangkan teh hangat ke gelas minum Verxina.
“Benar, dia terlihat seperti sedang gelisah saat itu, belum lagi aku melihat sendiri masa lalu Verxina saat ibunya meninggal karena penyerangan tiba-tiba itu,” jawab Verxina yang meminum teh hangatnya perlahan.
“Apa menurutmu itu adalah Verxina yang mencoba memberitahuku sesuatu, sesuatu yang cukup buruk akan terjadi disini?” tanya Verxina balik, sekarang cukup khawatir dengan yang akan terjadi.
“Bukankah semuanya yang terjadi adalah hal buruk disini?” tanya Ivory yang melihat laporan korban dan kerusakan Kota.
“Penyerangan Wyvern yang dipimpin oleh Wyvern Lord dan Ksatria Drag, lalu Tiga Orc Champions dengan kekuatan yang tidak masuk akal menyerang. Bahkan aku khawatir jika selanjutnya adalah serangan dari salah satu Jenderal Raja Iblis,” ucap Ivory yang merasa seluruh hal ini tidak seperti di permainan sebelumnya.
“Kan kau direktur game ini, kenapa kau tidak tahu akan hal ini?” ucap Verxina yang makin pusing dengan situasi mereka kali ini.
“Setiap 3x serangan pasukan Raja Iblis, serangan ke-4 adalah serangan salah satu dari Jenderal mereka kan? Seharusnya serangan selanjutnya adalah serangan normal pasukan mereka kan?” tanya Verxina ke Ivory.
“Itu benar Yang Mulia, tapi ini bukanlah permainan, ini adalah dunia asli Yang Mulia,” ucap Ivory yang kembali menyadarkan Verxina dengan segala kemungkinan terburuk yang dapat ia bayangkan.
Serangan Drag The Vicious adalah salah satu serangan yang tidak dia perhitungkan. Serangannya terllau kuat sehingga memerlukan satu tim penuh dengan senjata terbaik untuk membuatnya terpojok. Itu juga karena senjata utama Verxina, pedang Starfire Sword of Slicer yang memiliki kemampuan untuk menembus segala macam zirah dengan perlindungan utama secara fisik.
“Tapi apa kau benar-benar tidak bisa melakukan sesuatu? Ini kan secara teknis adalah dunia milikmu?” tanya Verxina ke Ivory kembali.
“Saya tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut Yang Mulia, jika saya memiliki kemampuan seperti itu, saya tidak akan memanggil anda ke dunia ini,” balas Ivory yang mengeluarkan sebuah kalung dan memberikannya ke Verxina.
“Kalung apa ini?” tanyanya saat menerima kalung tersebut.
“Kalung histori Yang Mulia, anda dapat melihat jumlah musuh, korban dan kerusakan yang di derita saat penyerangan musuh-musuh anda,” ucapnya menjelaskan. Verxina memakainya dan melihat seluruh statistik penyerangan musuh mereka.
“Penyerangan Pertama, Demon Mantis Legion dan Ratu mereka, tingkat kesulitan: Mustahil,” ucap Verxina yang masih terkejut dengan yang diberitakan.
“Sudah kuduga, serangan itu adalah serangan mustahil dimenangkan, tapi kita berhasil memenangkannya,” ucapnya. Selain itu, dia melihat bahwa serangan kedua oleh para Wyvern memiliki tingkat kesulitan tinggi dan serangan Orc memiliki tingkat kesulitan tinggi juga.
“Mustahil dan dua tinggi, apakah selanjutnya akan berada di level mustahil lagi?” tanya Verxina yang melihat Ivory berdiri disebelahnya.
“Jangan berucap seperti itu Yang Mulia, bagaimana jika itu benar-benar terjadi?”
“Kita akan musnah jika seperti itu,” ucap Verxina membalasnya.
(***)
Dua hari berlalu, demam yang membuat Verxina hanya berada di kamarnya kini telah berakhir. Hal pertama yang dia lakukan adalah mendatangi jendela dan melihat benteng pertahanan di kejauhan.
“Hari yang baru, tujuan pertama kita, Serikat Pandai Besi,” ucap Verxina
“Ivory! Maria!” ucapnya dan dua orang langsung muncul dibelakangnya.
“Apa yang anda butuhkan Yang Mulia?” tanya Ivory dan Maria secara bersamaan.
“Aku ingin kalian pergi ke Gereja dan berikan uang sumbangan untuk minggu ini. Sekalian untuk urusan pemakaman yang akan diadakan dalam 3 hari lagi,” ucap Verxina untuk keduanya.
“Lukasz!” Lukasz langsung muncul di dalam juga.
“Ikut denganku untuk hari ini,” ucap Verxina mengajak Lukasz yang dimana Lukasz menunjukkan wajah ‘aku menang’ ke Maria yang sedikit cemberut.
“Siap Yang Mulia,” ucap mereka bertiga dengan nada yang berbeda setiap individu.
Sesampainya mereka di Serikat Pandai Besi, mereka diperlihatkan dengan keadaan yang sangat ramai. Suara penempa pedang yang merubah logam ke persenjataan dan peralatan menggema bagaikan musik di telinga Verxina.
“Yang Mulia, ada yang bisa saya bantu?” tanya ketua serikat ke Verxina yang mengangguk.
“Bagaimana dengan perbaikan persenjataan yang kuminta dan untuk persenjataan yang kemarin sudah rusak?”
“Saya kira anda telah lupa dengan itu Yang Mulia, ini untuk Wyvern Slayer,” ia mengeluarkan sebuah pedang dan sarung pedang barunya. Perbaikan peralatan akan memangkas beberapa ketahanannya, namun itu juga dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatannya. Perbaikan terus menerus dapat menjadikan perlengkapan menjadi sebuah meriam kaca yang artinya akan meningkatkan kerusakan, namun membuatnya rapuh.
“Aku dapat merasakan ini semakin kuat,” ucap Lukasz saat melihat pedang tersebut.
“Iya itu benar Tuan Lukasz, namun saya tidak menjaminnya dengan pedang baru anda,” ucapnya saat melihat pedang baru Lukasz.
“Nah Yang Mulia, untuk perisai tuan Elano setidaknya akan memakan waktu sekitar 2 minggu untuk perbaikannya. Perisainya terbelah menjadi dua bagian, selain itu kami harus menambahkan permata sihir untuk dapat memperbaiki kemampuan pertahanannya,” ucapnya ke Verxina yang mengangguk mengetahuinya.
“Perisai itu kuat, aku mau perisai itu diperbaiki berapapun biayanya. Nah untuk Pedang dan Zirahku, apa sudah selesai?” tanya balik oleh Verxina.
“Pedang anda tidak menderita kerusakan berarti, kami mampu menyelesaikan peningkatannya dan menambahkan kekuatannya, sementara untuk zirah anda,” sebelum dia membalasnya,Lukasz telah menggelengkan kepalanya dengan kencang, Verxina menoleh dan Lukasz pura-pura diam saja.
“Zirah anda memerlukan perawatan yang lebih mendalam Yang Mulia,” ucapnya yang diberi anggukan oleh Verxina.
“Nah jika begitu mungkin aku dapat lebih santai, tinggal menunggu zirah itu selesai saja,” ucap Verxina dengan hati yang merasa lega, tidak mengerti jika Lukasz yang tidak ingin Verxina mengenakan zirah itu kembali.
“Aku juga ada permintaan kembali, perisai sihir dan senjata sihir dari beberapa permata sihir murni ini,” ucap Verxina menunjukkan beberapa permata sihir kelas atas dari Orc Champion yang pernah mereka kalahkan.
“Anda tahu yang kami impikan,” keduanya terlihat senang dengan yang mereka lakukan, namun Lukasz hanya melihat mereka seperti dua orang maniak bersenyum lebar.
“Lukasz, kau tadi bertingkah cukup aneh disana?” tanya Verxina ke Lukasz dengan wajah khawatirnya.
“Ah, saya tidak bertingkah aneh Yang Mulia,” balas Lukasz dengan senyuman.
“Benarkah, apa itu benar Lukasz?” tanya Verxina yang makin mendekati Lukasz.
“Benar Yang Mulia,” ucap Lukasz yang juga berjalan mundur saat Verxina mulai mendekatinya.
“Diam dulu!” ucap Verxina yang mencoba merasakan dahi Lukasz, hal ini membuat Lukasz tersentak kaget.
“Apa yang anda lakukan Yang Mulia?!” tanya Lukasz kembali.
“Tidak panas, tapi aku seperti merasakan sesuatu,” ucap Verxina yang merasakan bagian belakang Lukasz.
“Diam Lukasz!” ucap Verxina makin keras saat Lukasz melihat Verxina mendekatkan dahinya ke dahi Lukasz.
“Banyak orang disini Yang Mulia!” ucap Lukasz seperti pasrah dengan Verxina.
“Enaknya jadi muda kembali,” ucap Alessandro yang kebetulan lewat dan tidak tahu apa yang kedua rekannya itu lakukan di tempat umum.
Inspeksi mereka lakukan hingga sore hari, setelah mereka memiliki seluruh data tentang pertempuran yang telah terjadi dan perbaikan yang mulai dilakukan, mereka akan kembali ke kediaman lagi.
Saat mereka sampai di depan gerbang, langkah kaki mereka berdua terhenti saat sebuah anak panah menancap di jalan tepat didepan mereka. Lukasz langsung mengeluarkan pedangnya dan melihat sekitarannya.
Seorang anak, seperti masih di usia sekitar masih SMA turun dari sebuah pohon. Ia terlihat mengenakan sebuah jubah bertudung kepala yang tidak terlalu besar, dibalik itu terlihat sebuah zirah kulit dengan beberapa lempengan besi. Ditangannya sebuah busur panah berwarna hitam dan dua buah belati juga terlihat di sabuknya. Ia melepaskan jubahnya, seorang gadis berambut hitam memperlihatkan wujudnya.
“Kau tidak tahu itu berbahaya?” ucap Verxina yang mencabut anak panah yang menancap di paving jalan.
“Siapa namamu nak?” ucap Lukasz yang menodongkan pedangnya ke anak tersebut.
“Itu seharusnya pertanyaanku pada kalian! Namaku Adeela Braveheart! Siapa dan apa yang kalian lakukan di depan rumahku?!” Lukasz dan Verxina saling menatap, Verxina berpikir dengan kencang siapakah anak kecil di depannya ini.
“Namaku Lukasz Valentine, pengawal Yang Mulia Putri Verxina Cheval. Dan ini adalah Yang Mulia Putri Verxina Cheval, Putri pertama Kerajaan Andalusia,” ucapan Lukasz dikira sebuah candaan oleh anak itu, dia tertawa saat melihat kami.
“Apa maksudmu Putri Verxina? Putri Verxina tidak akan pernah pergi ke tempat antah berantah seperti Northridge. Sekarang katakan dimana penghuni tempat ini, ayahku!” dugaan Verxina benar, ini adalah anak satu-satunya dari penguasa sebelumnya yang kini menghilang dari kota.
“Adeela Braveheart, anak pertama Count Braveheart,” ucap Verxina yang semakin mengetahui jati diri gadis didepannya.
“Itu benar, itulah aku!” ucapnya dengan bangga, Verxina melihatnya dengan memiringkan kepalanya sebentar.
“Kau terlihat lebih pendek dari yang kukira,” perkataan Verxina seperti panah yang menusuk hati Adeela dengan kecepatan penuh. Sebagai perbandingan, tinggi Lukasz adalah 191cm, sedangkan Verxina adalah 172cm, dan Adeela adalah 150cm. Sebuah perbedaan serius diantara mereka.
“Yang Mulia, anda sepertinya telah membuatnya sakit hati,” ucap Lukasz, Verxina yang tidak tahu itu segera menutup mulutnya dan tersenyum sebelum melihat sebuah anak panah melesat ke wajahnya. Lukasz dengan sigap menangkapnya.
“Mau kau itu anak penguasa setempat, kau tidak akan kubiarkan!” Lukasz saling kejar mengejar dengan Adeela. Anak panahnya tidak bekerja dengan kecepatan tangan Lukasz, sementara Lukasz juga tidak bisa mengayunkan pedangnya karena perintah Verxina. Verxina hanya diam mematung melihat kecepatan kedua orang yang sengaja melupakannya.
Verxina menutup kedua matanya dan langsung membukanya sebelum berpindah ke belakang kedua orang tersebut dan sebuah pukulan karate membuat mereka berdua pingsan.
“Itulah kalau kalian mengabaikanku, sekarang bagaimana caraku membawa mereka ya?” ucap Verxina yang akhirnya menggendong Adeela dan menyeret Lukasz kedalam kediamannya.