Kubuat Kau Bertekuk Lutut

Beberapa minggu usai kejadian di hotel, Diska mengalami mual dan muntah saat bangun tidur. Keadaan yang menyiksa itu nyatanya malah mengukirkan senyum di bibir Diska.

Apa aku hamil? Ah, semoga saja ini keberuntunganku. Sekali melakukan dan langsung hamil.

Diska mengambil alat tes kehamilan yang telah lama ia siapkan sejak lama. Sebelumnya ia memang sangat yakin akan hamil karena malam itu ia sedang dalam masa suburnya. Wanita itu pun mulai melakukan tes dengan air seninya. Beberapa menit kemudian, dua garis merah muncul dari alat tes itu.

Diska sangat bahagia. Hatinya bagai dipenuhi ribuan bunga yang bermekaran. Dengan kehamilan ini, orang tua Xavier pasti akan mengizinkan mereka menikah tanpa menunggu Kiara. Ia tidak perlu takut lagi sekali pun nantinya Kiara hamil, karena Diska yang akan menjadi istri sah Xavier.

Diska mendatangi apartemen Xavier untuk memberitahukan kabar bahagia kehamilannya. Senyum cerah tak lepas dari bibirnya.

Akhirnya, Diska sampai di unit apartemen Xavier. Ia mengeluarkan alat tes kehamilan itu dari tasnya, lalu mencet bel. "Surprise. Beb, kamu akan jadi seorang ayah. Aku hamil." Diska langsung memeluk Xavier begitu pintu apartemen terbuka.

Xavier melepas pelukan Diska, lalu membawanya masuk. Ia menatap tunangannya itu dengan berbagai pertanyaan.

"Kamu hamil?" tanya Xavier.

Diska mengulurkan alat tes kehamilan itu dan Xavier langsung meraihnya.

"Aku nggak bohong, Xav. Ini anak kamu. Kita harus menikah." Diska sudah berbunga-bunga, tapi Xavier masih terperangah.

"Menikah!? Kamu beneran hamil, 'kan?" tanya Xavier yang terlihat ragu.

"Iya, Xavier. Buat apa aku bohong. Kalau kita nikah dan aku bohongin kamu, pasti ketahuanlah. Ayo kita cek ke dokter biar kamu yakin!" ajak Diska tanpa ragu karena ia memang sedang hamil.

Xavier mengangguk, lalu mereka pergi ke dokter kandungan yang dipilih Xavier. Diska tidak mempermasalahkan itu karena ia sendiri sangat yakin kalau sedang hamil.

Sampai di klinik, Diska diperiksa dan ternyata memang dia sedang hamil.

"Kandungannya baru enam minggu dan masih sangat lemah. Jadi, harus dijaga dengan sangat hati-hati ya, Bu."

Diska mengangguk cepat sambil mengusap perut ratanya. "Baik, Dok. Saya akan menjaganya dengan sangat baik."

Xavier membantu Diska turun dari tempat tidur. Lalu, setelah mendapat resep vitamin dan penguat kandungan, mereka pun pulang.

Sampai di mobil, Diska mulai merengek. "Kamu udah lihat kan tadi, meskipun masih sangat kecil dan lemah, tapi di perut aku ada anak kamu, Xav. Kapan kamu mau menikahi aku?"

Xavier menatap Diska sembari tersenyum dan menggenggam tangannya. "Kalau kamu mau menikah, aku akan menikahimu secara hukum. Kita isi formulir pernikahan, tapi untuk akad nikah dan resepsinya tunggu sampai anak ini lahir. Kamu mau?"

Diska mengerutkan kening. Belum mengerti maksud perkataan Xavier. "Maksud kamu, kita nggak nikah secara agama juga?" tanya Diska.

"Yang aku pikirkan itu anak dalam kandungan kamu. Dia masih sangat lemah, aku nggak mau kehilangan dia. Jadi, kalau kamu setuju, aku akan suruh orang buat urus, kita tinggal isi formulir dan tanda tangan aja. Setelah itu, pengadilan yang akan menerbitkan buku nikah kita. Jadi, di mata hukum kamu tetap istri sah aku dan punya hak penuh sebagai istri. Kamu setuju?" Xavier terus menggenggam tangan Diska, ia lalu mengusap perut rata itu dan kembali berkata, "Aku cuma nggak mau kehilangan dia. Aku lakuin ini semua buat dia. Aku sayang dia, Diska."

Mendengar ungkapan Xavier itu, Diska pun terharu dan mengangguk. "Baiklah, kita akan melakukannya, tapi setelah anak kita lahir, aku mau resepsi yang sangat mewah."

"Tentu saja. Aku bisa mewujudkan itu untukmu."

🦄🦄🦄

Neng Kiara masih aku suruh nyamperin babang ichang. Harap bersabar ya beberapa bab lagi mungkin pulang wkkkkk

🍭🍭🍭