Terkenal playboy dan sering bergonta-ganti pasangan membuat Dokter Willy mendapat pandangan buruk dari orang-orang.
Suatu hari ia jatuh cinta kepada Elsa, seorang gadis bungsu yang memiliki tiga kakak lelaki posesif dan cemburuan.
Mampukah si Playboy Willy meluluhkan ketiga kakak Elsa?
IG otor : KOLOM LANGIT
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melawan Penjahat Kecil Saja Tidak Bisa ...
“Elsa …” Willy bergumam, memberi kode pada Elsa dengan lirikan matanya. Ia berusaha bangkit, namun pria berbadan besar itu menginjak punggungnya.
“Jadi hanya seperti ini kemampuanmu?” ujar pria itu menekan kakinya di punggung Willy. “Lalu bagaimana kau bisa sok heroik dengan kemampuan seperti ini? Bahkan aku tidak mengeluarkan separuh tenagaku.”
Seakan Willy tidak peduli dengan ucapan laki-laki itu, ia hanya peduli pada keselamatan Elsa saja. “Silakan lakukan sesuka kalian, tapi tolong lepaskan dia.”
“Haha, sudah seperti ini, kau masih saja sok pahlawan. Kau ini bodoh atau apa? Apa dia lebih berharga dari nyawamu sendiri?”
Willy tidak menjawab. Tatapannya tidak sedikit pun berpindah dari Elsa yang duduk bersimpuh sambil menangis. Kini Willy hanya dapat memohon kepada mereka agar melepaskan Elsa, walaupun harus membayar dengan nyawanya.
“Aku akan berikan apapun yang ku punya, asal kalian lepaskan gadis itu. Biarkan dia pergi.”
“Dan bagaimana kalau aku menghabisimu saja dulu. Mari kita bersenang-senang!”
Laki-laki itu hendak melayangkan tendangan ke tubuh willy, akan tetapi sesosok tangan kekar melayangkan kepalan tinju ke wajahnya, sehingga ia terlempar ke belakang.
Elsa diam mematung. Antara percaya dan tidak dengan apa yang terjadi. Baru saja ia akan menyerah, namun bantuan segera datang.
“Kak Zian …” Elsa mengusap air mata, menyambut tangan si Botak yang hendak membantunya berdiri.
“Nona Elsa tidak apa-apa?” tanya pria tanpa rambut di kepala itu.
“Aku tidak apa-apa.” Dengan segera Elsa menghampiri Willy yang sedang berusaha bangkit, lalu membantunya untuk bangun dan duduk di sebuah kursi. Ia mengusap darah yang mengalir di sudut bibir pria itu dengan dengan jarinya.
Pergulatan pun tak terhindarkan. Zian berkelahi dengan ke empat preman jalanan itu, membuat Elsa kembali mengkhawatirkan kakaknya. Ia melirik asisten bosnya itu, yang tampak sangat santai.
“Kenapa kau tidak bantu Kak Zian?” tanya Elsa pada botak yang terlihat tidak bergeming melihat bosnya dikeroyok. Bahkan laki-laki itu sangat tenang berdiri dengan melipat tangan di dada.
“Bos tidak butuh bantuanku. Bahkan dia tidak perlu mengeluarkan separuh tenaganya untuk melawan preman kecil seperti mereka.” Jawaban Botak membuat Elsa bernapas lega. Tidak mungkin ia akan diam saja jika bos nya dalam bahaya. Elsa kembali terfokus pada Willy yang mengalami luka memar di beberapa bagian wajahnya.
“Apa ini sakit?” tanya Elsa.
“Lumayan. Tapi tidak masalah. Kau baik-baik saja, kan?”
Elsa menjawab dengan anggukan kepala, sembari memeriksa beberapa bagian tubuh Willy, memastikan ada luka atau tidak.
Willy memperhatikan Zian yang berkelahi dengan beberapa pria sekaligus tanpa tersentuh sedikit pun. Sedangkan dirinya tadi sampai babak belur karena tidak sanggup menghadapi ke empat pria setan itu. Kurang dari lima menit, preman-preman itu telah tumbang di tangan Zian dengan mudahnya.
Pria berwajah khas Turki itu menatap dingin empat pria yang telah tersungkur di sana. “Pergi sebelum aku membunuh kalian,” ucapnya penuh ancaman, sehingga para preman itu segera bangkit dengan sisa tenaganya, lalu buru-buru pergi dari sana. Ancaman Zian sepertinya berhasil menakuti mereka.
Zian kemudian menghampiri Elsa dan Willy. “Kau tidak apa-apa?” tanya Zian pada willy.
“Tidak apa-apa.”
“Baguslah.” Ia mengulurkan tangan pada Elsa. “Ayo Elsa, kita pulang.”
Elsa menatap kakaknya itu dengan bingung. Kedua matanya masih mengeluarkan cairan bening melihat Willy terluka. “Tapi bagaimana dengan Kak willy? Dia terluka, Kak.”
“Jangan khawatir, itu hanya luka kecil dan tidak akan membunuhnya,” ujarnya. “Ayo Elsa.”
“Aku tidak mau meninggalkannya, Kak! Dia terluka karena melindungi aku.”
Zian menghembuskan napas frustrasi, kemudian menarik pergelangan tangan Elsa dengan paksa, sehingga Willy melepas genggamannya walaupun sedikit tidak rela. Elsa pun segera mengembalikan kunci mobil milik Willy yang tadi diberikan padanya.
“Tidak usah mengkhawatirkannya berlebihan. Dia seorang dokter, dia tahu apa yang harus dia lakukan saat terluka. Lagi pula, itu hanya luka kecil.” Zian melirik Willy setelahnya. “Menghadapi penjahat kecil seperti mereka saja kau tidak bisa. Lalu bagaimana kau merasa mampu menjaga Elsa?” tanya Zian dengan wajah datarnya, lalu kemudian melingkarkan tangannya di bahu adiknya itu.
Cih dasar mafia. Kau pikir enak dipukuli seperti tadi. Gerutu willy dalam batin.
“Tapi, Kak—” Elsa mencoba menyela.
“Tidak ada tapi-tapian! Kalau dia mencintaimu, dia akan berjuang untukmu. Tapi sejauh ini aku belum melihat usahanya untuk menjadi layak bagimu. Dan ingat satu hal, kau sudah dijodohkan dengan Rafli.” Zian berbicara dengan suara lantang, seolah ingin Willy mendengar apa yang ia katakan pada Elsa.
Enak saja, Elsa hanya akan menikah denganku!
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
"Sudah Elsa, berhentilah menangis. Dia tidak apa-apa." Sejenak Zian mengalihkan pandangannya pada Elsa yang sepanjang jalan tidak berhenti menangis.
"Tapi dia terluka karena melindungiku, Kak," ucap Elsa berusaha menahan air matanya. Namun semakin ia berusaha menahan, semakin air mata meluncur bebas.
Menyadari kesedihan adiknya, Zian mengurangi kecepatan, kemudian menepikan mobil.
"Apa kau benar-benar mencintai dokter mesum itu?" tanya Zian curiga. "Bukankah kau bilang tidak memiliki perasaan sejauh itu padanya?"
"Bukan begitu. Aku hanya merasa bersalah," lirihnya. "Lagi pula, aku sudah menyetujui perjodohan dengan Rafli, untuk apa Kak Zian menanyakan aku mencintai dokter itu atau tidak."
Zian menghela napas panjang, menyembunyikan senyum tipis yang hadir di sudut bibirnya, lalu kembali melajukan mobil.
******
pingin tau aja temannya dokter Allan sperti apa...😍
jdi aku seneng banget bacanya 🥰