Dunia Isani seakan runtuh saat Yumi, kakak tirinya, mengandung benih dari calon suaminya. Pernikahan bersama Dafa yang sudah di depan mata, hancur seketika.
"Aku bahagia," Yumi tersenyum seraya mengelus perutnya. "Akhirnya aku bisa membalaskan dendam ibuku. Jika dulu ibumu merebut ayahku, sekarang, aku yang merebut calon suamimu."
Disaat Isani terpuruk, Yusuf, bosnya di kantor, datang dengan sebuah penawaran. "Menikahlah dengaku, San. Balas pengkhianatan mereka dengan elegan. Tersenyum dan tegakkan kepalamu, tunjukkan jika kamu baik-baik saja."
Meski sejatinya Isani tidak mencintai Yusuf, ia terima tawaran bos yang telah lama menyukainya tersebut. Ingin menunjukkan pada Yumi, jika kehilangan Dafa bukanlah akhir baginya, justru sebaliknya, ia mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari Dafa.
Namun tanpa Isani ketahui, ternyata Yusuf tidak tulus, laki-laki tersebut juga menyimpan dendam padanya.
"Kamu akan merasakan neraka seperti yang ibuku rasakan Isani," Yusuf tersenyum miring.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Bi Wati masih terus bercerita tentang kehidupan keluarga Yusuf. Tak ada lagi kehidupan Damai di rumah itu sejak ada Erna. Wanita itu mengatur segalanya, berusaha mengambil alih kekuasaan Anika meski statusnya hanya selir. Dia hanya dinikahi siri oleh Tuan Pandu karena Anika tidak mau tanda tangan persetujuan poligami. Tanpa persetujuan istri pertama, mereka tak bisa menikah sah secara negara.
Setiap hari selalu ada saja pertengkaran, kalau bukan Anika dan Erna, pasti Yusuf dan Papanya.
"Tuan Yusuf benar-benar berubah sejak Papanya datang bersama Erna. Anak laki-laki yang biasanya ceria, semangat, dan selalu membanggakan orang tua dengan prestasinya, mendadak berubah jadi anak pembangkang. Setiap hari, ia bertengkar dengan Papanya. Mereka bukan lagi seperti ayah dan anak, melainkan seperti musuh. Bibi benar-benar kasihan melihatnya, ia tumbuh dilingkungan yang buruk. Sorot matanya penuh kebencian. Setiap hari ia harus melihat ibunya didzolimi, namun tak berdaya untuk membantu."
"Kenapa Nyonya Anika tidak meminta cerai saja?" tanya Sani yang bisa membayangkan seperti apa beratnya kehidupan ibunda Yusuf tersebut.
Bi Wati menggeleng. "Nyonya tidak mau, ia memilih bertahan meski setiap hari batinnya tersiksa. Ia tak ingin kalah dari pelakor, itu prinsipnya. Dia juga tak mau, pelakor itu menguasai apa yang seharusnya menjadi hak Tuan Yusuf. Ia tetap bertahan meski Tuan tak pernah lagi menyentuhnya sejak ada Erna. Tuan bilang, ia tak akan menyentuh Nyonya sebelum Nyonya tanda tangan, setuju dipoligami. Akhirnya Nyonya memberi syarat, ia akan setuju dipoligami jika Erna punya anak dari Tuan."
"Apa Mamaku akhirnya punya anak? Aku dan Yusuf punya adik?"
Bi Wati menggeleng. "Erna tak pernah hamil anak Tuan."
"Astaga!" Sani terkejut. Mungkinkan ini karena kuasa Allah, juga karena doa istri yang terdzolimi, sampai akhirnya mamanya tak bisa hamil lagi? Padahal jika dirunut, Mamanya tak mempunyai masalah kesuburan, terbukti dengan adanya dia, pun dengan Papa Yusuf, dia juga bisa punya anak. Tapi kenapa saat keduanya bersama, mereka tak bisa punya anak? "Apa ini karma? Doa istri yang teraniaya menembus langit?"
"Mungkin," Bi Wati menyeka air matanya. "Em... " ia melihat sekeliling sebelum lanjut bercerita.
"Ada apa, Bi?" Sani jadi penasaran. "Bi, tolong ceritakan semua padaku. Jangan tutupi sedikitpun keburukan Mamaku. Aku disini juga korbannya Bi, dia membuangku demi bersama Tuan Pandu."
"Ada satu hal, yang hanya saya dan alm. Nyonya Anika yang tahu."
"Apa itu?" Sani makin penasaran.
Bi Wati menggenggam tangan Isani yang ada di atas meja, wajahnya terlihat begitu serius. "Tolong maafkan Bibi."
"Maaf, apa maksudnya?"
Bi Wati menghela nafas panjang, "Sebenarnya... "
"Sebenarnya apa, Bi?" Sani makin tak sabar ingin tahu.
"Nyonya Anika meminta saya menaruh obat di makanan Erna. Obat tersebut berbentuk cair, dan hanya butuh satu tetes saja untuk dicampur di makanan Erna."
Nafas Sani mendadak berat, ia meremat celananya. Mungkinkah ibunya mati karena diracun ibunya Yusuf?
"Awalnya saya menolak, takut, tapi Nyonya bilang, obat itu tidak berbahaya. Sampai akhirnya, saya nekat menaruh obat tersebut setiap hari ke makanan atau minuman Erna. Mungkinkah karena obat tersebut, Erna tidak bisa hamil?"
Sani bernafas lega, ternyata dugaannya salah, ibunya tidak mati diracun. "Bisa jadi Bi, mungkin itu obat pelemah kandungan atau sejenisnya." Ternyata dibalik izin poligami dengan syarat punya anak, Anika telah menyusun rencana lebih dulu. "Tapi, kenapa Tuan pandu tidak menceraikan Nyonya Anika? Bukankah jika mereka bercerai, dia bisa menikahi Mamaku secara sah?"
"Saya tidak tahu apa alasan pasti Tuan tidak mau menceraikan Nyonya, bisa jadi, Tuan tak mau hartanya dibagi dua."
"Mungkin," Sani menghela nafas panjang.
"Saat Tuan Yusuf lulus SD, Papanya memaksa mengirimnya ke Amerika, melanjutkan sekolah disana. Alasannya, karena nilai Tuan Muda semakin hari semakin turun, juga perilakunya yang semakin hari semakin susah dikontrol."
"Apa ini yang dimaksud Yusuf, jika dia dipaksa berpisah dengan ibunya?"
"Mungkin."
Flashback
"Enggak, aku gak mau ke Amerika," Yusuf memeluk Mamanya. "Aku mau disini, jagain Mama. Aku gak mau Mama terus disakiti penjahat itu. Aku mau terus disamping Mama."
Anika menyeka air matanya. Berat juga baginya untuk berpisah dengan anak semata wayangnya, namun rumah ini, rumah ini sudah terlalu toxic, tak bagus untuk perkembangan Yusuf.
"Pergilah, Nak."
"Enggak, aku gak akan pergi kemana-mana," Yusuf mengeratkan pelukannya pada sang Ibu.
"Belajarlah dengan baik di Amerika. Tunjukkan pada Papamu, jika kamu bukan anak nakal dan bodoh seperti yang akhir-akhir ini dia katakan. Kamu harus jadi orang sukses Yusuf," Anika menyeka air mata Yusuf, mengusap kepala putranya tersebut. "Kamu pewaris satu-satunya semua kekayaan Papa dan Mama. Kamu harus jadi orang yang sukses, melebihi kesuksesan Papa kamu. Bikin Mama bangga, Nak."
Yusuf terus menggeleng. "Enggak, aku gak mau ninggalin Mama. Aku mau jagain Mama. Aku takut Mama dikurung lagi, aku takut Mama dipukuli Papa lagi. Aku... aku.. "
"Mama bisa jaga diri sendiri," Anika memeluk Yusuf. "Mama kuat, Mama gak akan kalah. Yusuf hanya perlu belajar, gak usah khawatirkan Mama. Berjanjilah, kamu akan jadi orang sukses. Doa Mama menyertaimu, Nak."
Flashback off
"Nyonya Anika berusaha untuk kuat, tapi dia akhirnya kalah dengan penyakitnya. Dia menderita maag kronis, dan akhirnya meninggal dunia setelah Tuan Yusuf 5 tahun di Amerika. Yang membuat Tuan Yusuf makin marah, Papanya langsung meresmikan pernikahan dengan Erna setelah 40 hari kematian Nyonya Anika. Tak ada raut kesedihan sedikitpun diwajah Papanya saat ditinggal wanita yang memberinya anak, ia justru terlihat bahagia. Tapi Tuhan maha adil, Erna dan Tuan, tak bisa menikmati kebahagiaan mereka lama."
"Maksudnya?"
"Satu tahun setelah kematian Nyonya Anika, Tuan dan Erna mengalami kecelakaan."
"Jadi, Mamaku sudah meninggal?"
Bi Wati menggeleng perlahan.
Air mata Sani menetes, bagaimanapun Erna, wanita itu tetap ibu kandungnya.
Bi Wati beranjak dari duduknya, mendekati Sani lalu memeluknya. "Bibi yakin, Nyonya Sani wanita yang baik, Nyonya berbeda dengan Erna meski darah wanita itu mengalir dalam diri Nyonya. Tuan Yusuf, sebenarnya ia laki-laki yang baik."
"Baik?" Sani tak terima. "Dia itu psikopat. Bi, bantu aku keluar dari rumah ini. Aku harus segera pergi dari rumah ini."
"Bibi mohon, bertahanlah dengan Tuan Yusuf, bantu dia menyembuhkan traumanya."
"Enggak!" Sani langsung berdiri, menatap Bi Wati yang ada di sebelahnya. "Yang ada bukan menyembuhkan dia, tapi saya yang mati. Enggak, Bi, saya masih mau hidup, belum siap bertemu malaikat Izrail."
"Tuan Yusuf tidak sekejam itu. Buktinya, ia tak sampai mengurung Nyonya dua hari dua malam, 24 jam saja tak sampai. Saya akan selalu ada dipihak Nyonya Isani. Saya akan bantu semaksimal mungkin. Saya mohon, tetap bertahan Nyonya."
Sani menggeleng cepat. "Enggak, saya tak mau hidup dengan seorang psikopat."
"Siapa yang kamu bilang psikopat?"
Sani dan Bi Wati langsung menoleh mendengar suara Yusuf.
Tinggalkan rumah Ucup
ayo Sani....kamu pasti bisa....ini br sehari....yg bertahun tahun aja kamu sanggup
gimana THOR