Selama ini Tania hidup dalam peran yang ia ciptakan sendiri: istri yang sempurna, pendamping yang setia, dan wanita yang selalu ada di belakang suaminya. Ia rela menepi dari sorot lampu demi kesuksesan Dika, mengubur mimpinya menjadi seorang desainer perhiasan terkenal, memilih hidup sederhana menemaninya dari nol hingga mencapai puncak kesuksesan.
Namun, kesuksesan Dika merenggut kesetiaannya. Dika memilih wanita lain dan menganggap Tania sebagai "relik" masa lalu. Dunia yang dibangun bersama selama lima tahun hancur dalam sekejap.
Dika meremehkan Tania, ia pikir Tania hanya tahu cara mencintai. Ia lupa bahwa wanita yang mampu membangun seorang pria dari nol, juga mampu membangun kembali dirinya sendiri menjadi lebih tangguh—dan lebih berbahaya.
Tania tidak menangis. Ia tidak marah. Sebaliknya, ia merencanakan pembalasan.
Ikuti kisah Tania yang kembali ke dunia lamanya, menggunakan kecerdasan dan bakat yang selama ini tersembunyi, untuk melancarkan "Balas Dendam yang Dingin."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadhira ohyver, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Tania meletakkan cangkir kopinya saat ponselnya bergetar di atas meja. Sebuah pesan masuk dari Rei.
"Tania, saya dengar mobilnya sudah kembali ke kantor. Saya juga dengar ada keributan kecil di bank tadi. Jika Anda butuh tempat tinggal sementara atau bantuan hukum tambahan, Rendi selalu siap. Istirahatlah, Anda pantas mendapatkannya."
Tania menunjukkan pesan itu pada Luna. Luna menyenggol bahu Tania dengan nakal. "Ciee... Bos besar perhatian banget. Kayaknya perjuangan kamu buat cerai ini didukung penuh sama 'malaikat pelindung' ya?"
Tania hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum, menatap langit Jakarta yang mulai menggelap. "Aku belum memikirkan soal itu, Lun. Untuk sekarang, aku hanya ingin menikmati setiap detik kebebasanku tanpa sampah di sekitarku."
......................
Dika duduk di meja kerja dengan tumpukan tagihan yang mulai menumpuk. Tanpa gaji besar Tania, gaya hidup mereka mulai goyah. Farah masuk dengan langkah anggun, membawa ponselnya yang masih menyimpan foto-foto "perselingkuhan" Tania.
"Mas, jangan sedih terus. Kita masih punya kartu as," bisik Farah sambil memijat bahu Dika. "Tania memang mengosongkan rekeningnya, tapi dia lupa kalau reputasi adalah segalanya bagi seorang desainer. Kalau kita sebar foto-foto ini, kariernya akan hancur total. Tidak ada perusahaan yang mau memakai desainer yang punya skandal dengan bosnya sendiri."
Dika menoleh, matanya berkilat penuh dendam. "Kamu benar, Far. Aku ingin dia hancur sesakit yang aku rasakan."
"Tapi Mas..." Farah memasang wajah memelas. "Aku butuh kepastian. Aku tidak mau dihina tetangga terus sebagai 'wanita simpanan'. Nikahi aku secara sah secepatnya. Mari kita buat pesta yang lebih mewah dari pernikahanmu dulu. Kita tunjukkan pada Tania kalau kita tetap bahagia meski tanpa uangnya. Setelah kita sah, aku akan serahkan semua bukti itu padamu untuk menghancurkannya."
Dika yang sudah dibutakan dendam dan takut kehilangan satu-satunya orang yang memujanya, akhirnya setuju. "Baik, Far. Kita akan menikah bulan depan. Pesta mewah."
...----------------...
Tania sedang duduk di ruang kerjanya yang baru di apartemen ketika Luna masuk membawa sebuah amplop tebal berwarna emas dengan wangi parfum yang menyengat.
"Tebak siapa yang baru saja mengirim 'surat cinta'?" Luna meletakkan undangan itu di meja Tania dengan wajah jijik.
Tania membukanya. Sebuah undangan pernikahan mewah atas nama Dika & Farah. Di dalamnya tertulis catatan kecil dengan tulisan tangan Farah: “Datang ya Kak, aku ingin Kakak lihat bagaimana rasanya jadi Ratu yang sesungguhnya di rumah ini.”
Tania tertawa pelan, tawa yang sangat tenang. "Dia benar-benar tidak sabar ingin mengambil alih penderitaanku, Lun."
"Kamu akan datang?" tanya Luna penasaran.
"Tentu saja," Tania berdiri, menatap pantulan dirinya di cermin. "Aku tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengucapkan selamat pada orang yang sudah bersedia membersihkan hidupku."
Malam pernikahan tiba. Pesta digelar di sebuah ballroom hotel berbintang. Dika terlihat gagah dengan tuksedonya, dan Farah tampak sangat angkuh dengan gaun pengantinnya yang mewah, mencoba terlihat seperti nyonya besar.
Tiba-tiba, suasana riuh menjadi hening saat pintu ballroom terbuka. Tania masuk dengan penampilan yang luar biasa elegan—gaun hitam simpel namun berkelas, dipadukan dengan perhiasan berlian asli hasil desainnya sendiri yang kini bernilai miliaran. Ia melangkah dengan dagu terangkat, memancarkan aura yang jauh lebih tinggi dari sang pengantin.
Dika dan Farah terpaku di pelaminan saat Tania melangkah naik. Farah menggandeng lengan Dika dengan sangat erat, seolah takut suaminya akan berpaling lagi.
"Selamat, Mas Dika. Selamat, Farah," ucap Tania dengan suara yang stabil dan merdu.
Farah tersenyum menang, setengah berbisik, "Terima kasih sudah datang, Kak. Sekarang Kakak lihat sendiri, kan? Aku pemenangnya. Aku punya Mas Dika, aku punya rumah ini, dan aku adalah istri sahnya sekarang."
Tania tersenyum tipis, mendekat ke telinga Farah hingga aromanya yang mahal mengintimidasi sang pengantin.
"Kamu salah, Farah," bisik Tania pelan namun sangat tajam. "Aku justru datang ke sini untuk berterima kasih padamu. Terima kasih karena sudah suka rela menjadi tempat sampah untukku. Dika adalah sampah yang sudah tidak aku butuhkan, dan aku senang melihat sampah itu akhirnya menemukan tempat pembuangan yang tepat di tanganmu."
Wajah Farah seketika berubah pucat pasi di balik riasannya yang tebal. Ia ingin membalas, tapi lidahnya kelu. Sementara Dika hanya bisa menelan ludah, menatap Tania yang terlihat begitu bersinar dan tak terjangkau, menyadari bahwa wanita yang ia sia-siakan itu kini telah menjadi sesuatu yang tidak akan pernah bisa ia miliki lagi.
Tania berbalik dan melangkah pergi tanpa menoleh sedikit pun, meninggalkan pasangan pengantin itu di atas pelaminan yang kini terasa seperti tumpukan bara api.
Saat Tania berjalan menuju lobi hotel, Rei sudah menunggu di depan mobil barunya—kali ini mobil yang benar-benar atas nama Tania sendiri.
"Bagaimana pestanya?" tanya Rei sambil membukakan pintu.
"Sangat memuaskan," jawab Tania sambil tersenyum. "Sampahnya sudah resmi diambil oleh petugasnya."
Namun di dalam gedung, Dika menerima sebuah pesan dari bagian keuangan kantornya yang membuat wajahnya memutih: "Pak Dika, audit internal menemukan adanya kejanggalan dalam dana operasional yang selama ini Anda gunakan. Kami butuh penjelasan besok pagi."
Kehancuran Dika baru saja dimulai tepat di malam pertamanya.sementara sang mantan istri melenggang pergi menuju kehidupan barunya yang penuh cahaya.
Bersambung...
