Saga, sang CEO dengan aura sedingin es, tersembunyi di balik tembok kekuasaan dan ketidakpedulian. Wajahnya yang tegas dihiasi brewok lebat, sementara rambut panjangnya mencerminkan jiwa yang liar dan tak terkekang.
Di sisi lain, Nirmala, seorang yatim piatu yang berjuang dengan membuka toko bunga di tengah hiruk pikuk kota, memancarkan kehangatan dan kelembutan.
Namun, bukan pencarian cinta yang mempertemukan mereka, melainkan takdir yang penuh misteri.
Akankah takdir merajut jalinan asmara di antara dua dunia yang berbeda ini? Mampukah cinta bersemi dan menetap, atau hanya sekadar singgah dalam perjalanan hidup mereka?
Ikuti kisah mereka yang penuh liku dan kejutan di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beauty and The Beast 31
Malam itu, Rafael baru saja sampai di apartemen nya, ia nampak sangat lelah karena mengerjakan berkas yang menumpuk di meja kerjanya.
Berkas yang tidak dapat di tangani langsung oleh asistennya, dalam artian harus menunggu persetujuannya.
Ponsel di saku celananya bergetar, ia bergegas mengambil ponsel nya, mengusap layar dan menempelkannya di telinga.
Rafael menerima telepon dari seorang informan yang suaranya serak dan tergesa-gesa. "Tuan Rafael, saya punya informasi penting tentang orang yang mencoba membunuh Nirmala saat bayi."
Rafael menajamkan pendengarannya, jantungnya berdebar kencang. "Siapa dia?" tanyanya dengan suara rendah.
"Dia seorang politisi korup, Tuan. Namanya Damar Jovanka. Dia adik dari Tuan Jovanka sendiri."
Rafael terkejut mendengar nama itu. Damar Jovanka adalah seorang politisi yang cukup berpengaruh di kota itu. Ia dikenal licik dan ambisius.
"Apa motifnya?" tanya Rafael.
"Dia iri pada Tuan Jovanka, Tuan. Dia merasa selalu berada di bawah bayang-bayang kakaknya. Dia ingin merebut semua yang dimiliki Tuan Jovanka, termasuk kekuasaan dan kekayaan keluarga."
"Jadi, dia mencoba membunuh Nirmala untuk menyakiti Papa?" tanya Rafael, mencoba memastikan.
"Benar, Tuan. Dan sekarang, dia berencana untuk menghabisi Nirmala untuk menutupi jejaknya. Dia tidak ingin ada yang tahu tentang kejahatannya."
"Di mana dia sekarang?" tanya Rafael, nadanya penuh dengan kemarahan.
"Saya tidak tahu pasti, Tuan. Tapi, saya dengar dia sedang merencanakan sesuatu yang besar. Anda harus berhati-hati, Tuan. Dia sangat berbahaya."
Sambungan telepon terputus. Rafael menggenggam ponselnya erat-erat, pikirannya berkecamuk. Ia tidak menyangka bahwa orang yang mencoba membunuh Nirmala adalah orang yang begitu dekat dengan keluarganya.
Ia harus bertindak cepat untuk melindungi Nirmala.
Rafael menggeram frustrasi. Di saat genting seperti ini, ponselnya malah kehabisan daya. Ia melirik jam dinding, sudah pukul dua pagi. Terlalu larut untuk membangunkan Saga.
Namun, ia tidak bisa menunggu sampai besok pagi. Setiap detik sangat berharga. Damar Jovanka bisa saja bertindak kapan saja.
Rafael mondar-mandir di apartemennya, mencoba mencari solusi. Ia bisa saja pergi ke mansion Saga sekarang juga, tapi itu terlalu berisiko. Ia tidak tahu apakah Damar memiliki mata-mata di sekitar mansion. Jika ia terlihat, Damar bisa saja menculik atau bahkan membunuh Nirmala.
Akhirnya, Rafael memutuskan untuk menunggu sampai pagi. Ia akan berangkat ke mansion Saga sesaat setelah matahari terbit. Sementara itu, ia akan mencoba untuk tetap terjaga dan waspada.
Rafael mengambil secangkir kopi hitam dari dapur dan duduk di sofa. Ia menyalakan televisi dan mencoba untuk fokus pada acara yang sedang tayang.
Pagi pun tiba. Rafael segera bersiap-siap dan berangkat ke mansion Saga. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran.
Pada saat sampai di parkiran mansion, ia melihat mobil yang biasa digunakan Nirmala tidak ada. Pikirannya kacau dan dadanya berdegup kencang, ia langsung berlari ke arah pintu masuk mansion, ia berharap Nirmala masih di mansion.
Saat tiba di depan, Rafael melihat Saga berdiri di depan pintu, wajahnya santai. Tanpa basa-basi, Rafael menghampiri Saga.
"Di mana Nirmala?" tanya Rafael dengan nada mendesak, napasnya tersengal.
Saga menghela napas. "Dia sudah berangkat ke perusahaan Raditya sekitar satu jam yang lalu," jawab Saga." Ada apa?" tanya Saga heran.
Rafael memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan diri. Ia tidak bisa menyalahkan Saga. Yang terpenting sekarang adalah menemukan Nirmala secepat mungkin.
"Sial!" umpat Rafael sambil mengepalkan tinjunya. "Aku harus menyusulnya."
Rafael melompat masuk ke dalam mobilnya, menyalakan mesin dengan kasar, dan menginjak pedal gas dalam-dalam. Mobil itu meraung dan melesat keluar dari gerbang mansion Saga.
Saga menyusul dengan mobilnya sendiri, membuntuti Rafael dari belakang. Rafael memasang earphone dan menghubungi Saga.
"Saga, dengarkan baik-baik," kata Rafael dengan nada serius. "Informanku bilang, Damar Jovanka adalah adik dari papaku, dia juga yang mencoba membunuh Nirmala saat bayi. Dia iri pada papa dan ingin merebut semua yang dimilikinya."
Saga terdiam sejenak. "Sialan," umpatnya pelan. "Aku tidak menyangka dia akan melakukan hal seperti itu."
"Dia berencana untuk menghabisi Nirmala untuk menutupi jejaknya," lanjut Rafael. "Kita harus menemukannya sebelum Damar berhasil."
"Aku mengerti," jawab Saga.
Rafael mematikan earphone dan fokus pada jalan di depannya. Pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran dan kemarahan. Ia tidak bisa membiarkan Damar menyakiti Nirmala. Ia akan melakukan segala cara untuk melindunginya, bahkan jika itu berarti mempertaruhkan nyawanya sendiri.
Sementara itu, Saga menghubungi Raditya, sahabatnya, yang juga merupakan pemilik perusahaan tempat Nirmala bekerja.
"Raditya, apa Nirmala sudah sampai di kantor?" tanya Saga dengan nada cemas.
"Belum, Saga. Aku juga heran, biasanya dia sudah datang sejak tadi," jawab Raditya dengan nada bingung.
Saga semakin khawatir. Ia kemudian menghubungi pengawal bayangan yang ia tugaskan untuk menjaga Nirmala.
"Laporkan posisi Nirmala sekarang!" perintah Saga dengan nada tegas.
"Maaf, Tuan Saga, kami kehilangan jejak Nona Nirmala," jawab pengawal itu dengan nada menyesal. "Kami mendapat laporan bahwa mobil Nona Nirmala mengalami bocor ban di tengah jalan. Nona Nirmala kemudian menumpang mobil orang lain."
Saga terkejut mendengar laporan itu. "Siapa yang menumpangi Nirmala?" tanyanya dengan nada panik.
"Kami tidak tahu pasti, Tuan. Mobil itu berwarna hitam dan plat nomornya tidak jelas," jawab pengawal itu.
Saga mengumpat pelan. Ini semakin buruk. Ia tidak tahu siapa yang membawa Nirmala dan apa niat mereka.
"Cari tahu siapa pemilik mobil itu! Lacak keberadaan Nirmala sekarang juga!" perintah Saga dengan nada geram.
"Baik, Tuan," jawab pengawal itu.
Saga mematikan telepon dan menghela napas berat. Ia merasa sangat bersalah karena tidak bisa melindungi Nirmala. Ia tahu bahwa Damar Jovanka pasti berada di balik semua ini.
"Sialan kau, Damar!" geram Saga sambil mengepalkan tinjunya. "Kau akan membayar mahal atas apa yang kau lakukan."
Disisi lain, Rafael tiba di pelataran parkir perusahaan Raditya. Tanpa membuang waktu, ia keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam gedung. Ia menghampiri resepsionis dengan wajah panik.
"Apa Nirmala ada di sini?" tanyanya dengan nada mendesak.
Resepsionis itu tampak bingung. "Maaf, Pak, Nirmala belum datang hari ini," jawabnya dengan sopan.
Rafael menggeram frustrasi. Ia membalikkan badan dan berlari keluar dari gedung. Ia harus mencari Nirmala di tempat lain.
Saat mencapai mobilnya, ponselnya berdering. Ia segera mengangkatnya.
"Saga, apa ada perkembangan?" tanya Rafael dengan nada cemas.
"Aku baru saja mendapat informasi tentang mobil yang ditumpangi Nirmala," jawab Saga dari seberang sana. "Mobil itu milik seorang pengusaha bernama Reno. Dia dikenal sebagai orang yang licik dan sering terlibat dalam bisnis ilegal."
Rafael terkejut mendengar nama itu.
Haiii, terima kasih yang sudah sabar menunggu Nirmala dan Saga update.
Makin seru apa makin nggak cocok?
Yuk, sharing di kolom komentar, jangan lupa tinggalkan jejak, subscribe like dan komen.
See you again ❤️