Felisha Rumi adalah seorang siswi SMA yang mendapatkan gelar ratu sekolah. Kecantikan yang kekayaan yang ia miliki sangat menunjang hidupnya menjadi yang paling dipuja. Namun sayang, Felisha merasa cinta dan kasih sayang yang ia dapatkan dari kekasih dan teman-temannya adalah kepalsuan. Mereka hanya memandang kecantikan dan uangnya saja. Hingga suatu hari, sebuah insiden terjadi yang membuat hidup Felisha berakhir dengan kematian yang tragis.
Namun, sebuah keajaiban datang di ambang kematiannya. Ia tiba-tiba terikat dengan sebuah sistem yang dapat membuatnya memiliki kesempatan hidup kedua dengan cara masuk ke dalam dunia novel yang ia baca baru beberapa bab saja. Dirinya tiba-tiba terbangun di tubuh seorang tokoh antagonis bernama Felyasha Arumi yang sering mendapatkan hinaan karena bobotnya yang gendut, kulit yang tak bersih, dan wajah yang banyak jerawat. Terlebih ... dirinya adalah antagonis paling tak tahu diri di novel itu.
Bagaimanakah Felisha menjalankan hidup barunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monacim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BATTLE MASAK
Kue buatan Felya dan Citra pun telah tersaji di atas meja. Sendrio dan Maya yang duduk di depan meja itu pun mulai mencicipi kue buatan mereka. Citra membuat kue bolu cokelat dengan susu vanila. Sementara Felya membuat kue bolu keju dan selai stroberi. Kedua kue itu tampak enak dan cantik dari segi penampilan. Namun, tetap ada kritik dan pujian untuk mereka berdua.
Sendrio mencoba kue buatan Citra, begitu juga dengan Maya. Mereka berdua terlihat menikmati suapan pertama itu sebelum akhirnya memberikan penilaian terhadap dua gadis yang berdiri berdampingan di hadapan mereka.
"Kue bolunya enak. Cokelatnya lumer banget terus kuenya juga cukup empuk. Tapi buat aku sih kemanisan ini. Terus ada sedikit adonan yang belum tercampur rata, ada tepung dikit," ucap Sendrio memberikan penilaian jujur.
Citra yang awalnya tersenyum mendengar pujian Sendrio, melunturkan senyuman itu mendengar kritik dari cowok yang ia suka.
"O-oh, sorry ya, Sen. Keknya nggak ke-mix rata deh."
"Gapapa, tapi enak kok beneran deh. Ini enak banget," sahut Sendro tersenyum.
Giliran Maya yang menilai. "Mama sih sependapat sama Sendrio. Soalnya selera manis kami sama. Cuma dari segi tampilan ini lucu banget. Terus ... nggak ada tepung yang masih tersisa. Mungkin yang dimakan sama Sendrio tadi bagian yang nggak ke-mix rata kali, ya. Tapi gapapa, Tante tetap suka," ujar Maya.
"Terima kasih, Tante."
Maya dan Sendrio menulis nilai di sebuah kertas. Lalu mengangkatnya secara bersamaan. Sendrio memberi nilai 80 dan Maya memberikan nilai 85. Angka yang cukup memuaskan bagu Citra.
"Nah, sekarang kue buatan Felya, ya, yang kita coba. Aduh, rasa strawberry tuh kesukaan Sendrio banget nih. Pasti dia lebih tajem soal menilainya," ujar Maya.
Felya tersenyum senang mendengarnya. Berbeda dengan Citra yang melirik sendru ke arah Felya yang terlihat bangga. Ada getaran aneh yang Citra rasa ketika tahu bahwa Felya lebih mengetahui apa yang disukai oleh Sendrio.
'Ya kan Sendrio itu Randy. Gue taulah apa yang dia suka. Dari awal gue kenal Randy, dia tuh suka banget selai stroberi. Terus Tante maya ... suka banget sama cokelat crunchy. Pas banget deh. Gue yakin, kue gue bakal dapat nilai tertinggi mengalahkan penilaian dari kue yang dibikin sama Citra. Liat nih, Cit. Lo bakal kalah dari gue.' batin Felya.
Sendrio mencoba kue itu. Begitu juga dengan Maya. Kedua mata mereka terbuka lebar sambil manggut-manggut. Maya melirik Sendrio yang tersenyum. Sepertinya Maya tahu nilai yang akan diberikan anaknya pada kue buatan Felya. Felya sih santai saja, berbeda dengan Citra yang tampak khawatir akan penilaian itu. Ia terlihat resah, terlihat dari jemarinya yang saking menyakiti satu sama lain di samping tubuhnya.
"Kue buatan lo bener-bener selera gue banget, Fel. Kok lo bisa bikin kue seenak ini sih? Adonannya lembut, selainya manisnya pas, terus kek ada potongan strawberry gitu. Jadi seger banget. Mau gue habisin satu loyang pun kayaknya nggak bakal gumoh. Sumpah ini enak banget," ucap Sendrio dengan lancar. Tanpa ada kritik sedikitpun.
Citra murung mendengarnya. Kue buatan Felya selama sekali tak ada cela bagi Sendrio. Sedangka kue buatannya? Citra benar-benar merasa kurang beruntung hari ini. Entah mengapa ia ingin sedikit egois. Ia ingin Sendrio tetap memuji kuenya meski memang ada celanya.
"Tekstur adonannya sih yang Tante suka banget. Fel, kamu cocok lho kalau buka toko kue. Emang enak banget ini. Selai stroberi dipadukan cokelat ternyata enak juga, ya. Biasanya Tante nyoba coeklat keju aja. Ini ternyata rasanya enak. Manisnya juga pas. Hebat lho, kamu," ujar Maya sebelum memasukkan satu suap kue lagi ke mulutnya.
"Ah, Tante bisa aja. Saya sering bikin sama mama—eh, maksudnya sering niruin resep kue mama. Emang enak banget pas dicoba kuenya. Makanya sekali buat, jadi ketagihan banget gitu. Nggak nyangka enak ternyata," sahut Felya tersenyum malu-malu.
"Oh, pantes kamu jago buat kuenya. Ternyata nurun dari ibu kamu ternyata."
Felya hanya mengangguk sopan. Senyumannya terulas menatap wanita paruh baya yang cantik di depannya. Namun, hatinya berkata-kata tentang wanita itu.
'Kok bisa Tante Maya bakal bikin gue masuk penjara di endingnya. Kan dia baik banget sekarang sama gue. Kek nggak ada motif sama sekali. Duh, keknya gue emang harus cari tuh novel deh. Dengan gue baca novelnya, gue tau bagaimana alurnya. Nah, dari sana gue bisa mengubah alur supaya gue nggak dijeblosin ke penjara sama mamanya Sendrio. Ya kali gue di penjara. Ogah!.'
Sendrio dan Maya menuliskan penilaian untuk kue buatan Felya. Tampak Sendrio ragu untuk menulis angka yang sepatutnya ia tulis. Ia melirik ke arah Citra yang memasang tampang datar. Namun, di sisi lain Sendrio juga memiliki perasaan yang memaksanya untuk tetap jujur apapun itu. Maka akhirnya tertulislah angkat yang ingin ia tulis.
"Nilai untuk Felya adalah ... satu ... dua ... tiga ...!" seru Maya membalikkan kertas yang ia pegang hingga menghadap ke arah Citra dan Felya. Sendrio juga melakukannya.
"YEAY GUE MENANG!" teriak Felya bertepuk tangan senang begitu melihat nilainya. Sendrio memberikan nilai 95 dan Maya memberikan nilai 90. Benar-benar nilai nyang nyaris sempurna.
"Gapapa, ini kan cuma seru-seruan aja, ya, kan? Kue buatan Citra juga enak banget," ujar Sendrio menenangkan keadaan. Ketika melihat raut wajah sedih Citra.
"Eh, iya bener. Ini buat seneng-seneng aja," sahut Maya.
"Kalau Felya mau ada hadiahnya, gimana, Tante? Nggak berupa uang atau hal yang mahal kok," ucap Felya tiba-tiba.
Citra langsung menoleh pada Felya dengan tatapan waswas. Ia merasakan perasaan yang tak enak begitu Felya meminta hal tersebut.
"Emang lo minta apa, Fel?" tanya Sendrio.
"Coba sebutkan, Felya. Siapa tahu Tante bisa ngabulin. Tapi Tante minta resep kue yang ini, ya," kata Maya.
"Siap, Tante. Aku bakal kasih resepnya yang varian pandan keju. Itu lebih enak," sahut Felya. "Eumm ... hadiah yang aku pinta ... aku mau Sendrio temenin aku shopping malam ini di mall. Boleh nggak, Tante? Pakek duit aku sendiri kok. Temenin aja," ujar Felya.
Citra hendak bersuara, tetapi rasanya ia tak pantas melakukan hal itu. Ia menatap kesal pada Sendrio yang juga menatapnya dengan tatapan yang dilema.
"Oh, cuma itu. Boleh kok. Mau kan kamu, Sen, temenin Felya belanja di mall? Gapapa, Sayang. Kan Felya juga temen kamu. Kita dapat resep kuenya, lho. Nanti Mama buatin buat kamu, ya," ucap Maya membujuk putranya.
Sendrio terlihat serba salah. Ia bingung harus setuju atau tidak. Namun, melihat kerja keras Felya membuatnya tak tega juga. Felya hanya ingin minta temani shopping, itu saja.
"Oke deh. Ntar malam, ya. Gue jemput di kostan lo," sahut Sendrio. Ia berusaha untuk tak menoleh pada Citra yang benar-benar terpukul hatinya.
"Yeay! Thank you, Sendrio," sahut Felya tersenyum senang.
DING!
[Selamat! Misi kamu berhasil membuat Sendrio luluh dan lebih memilihmu. Hadiah yang kamu dapatkan sebuah kapsul ajaib yang ada di kotak obat kabarmu. Kapsul yang membuat berat badanmu berkurang sesuai dengan keinginanmu.]
Felya sekali lagi ingin berteriak, tetapi ia memilih memeluk Citra saja sambil jingkrak-jingkrak. Citra merasa aneh dengan tingkah Felya, tetapi Sendrio diam-diam tertawa.