NovelToon NovelToon
Cinta Setelah Luka

Cinta Setelah Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Obsesi / Poligami
Popularitas:44.5k
Nilai: 5
Nama Author: Shann29

Aliya harus menelan pil pahit saat tunangannya ingin membatalkan pernikahan lalu menikahi Lisa yang tak lain adalah adik kandung Aliya sendiri. Demi mengobati rasa sedih dan kecewa, Aliya memutuskan merantau ke Kota, namun siapa sangka dirinya malah terjerat dengan pernikahan kontrak dengan suami majikannya sendiri. “Lahirkan anak untuk suamiku, setelahnya kamu bebas.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32-Pertemuan Kembali

Hari-hari yang kini dijalani Aliya penuh dengan kebahagiaan. Setiap pagi ia terbangun dengan senyum yang tak bisa ditahan. Ada rasa syukur yang tak habis-habis karena kehidupannya telah berubah begitu drastis. Angkasa selalu memberinya cinta, perhatian, dan rasa aman. Bahkan bukan hanya Angkasa, seluruh keluarga besar Albiru juga mencurahkan kasih sayang mereka pada Aliya tanpa henti.

Meski banyak luka yang pernah ia alami, kini Aliya mulai percaya bahwa kebahagiaan bukan hanya sekadar mimpi. Kehidupan sederhana yang dulu penuh air mata, kini berubah menjadi hari-hari yang hangat.

Siang itu, Aliya meminta Angkasa menemaninya berbelanja di supermarket. Sebenarnya Angkasa termasuk tipe pria yang enggan pergi ke tempat ramai semacam itu. Seumur hidupnya, ia hampir tak pernah menginjakkan kaki di supermarket, karena semua kebutuhan rumah tangga biasanya diurus oleh staf. Namun kali ini, Angkasa luluh hanya karena satu permintaan istrinya.

“Mas, aku ingin pilih sendiri susu untuk ibu hamil. Sekalian aku juga ingin pilih cemilan sehat. Aku ingin tahu rasanya belanja dengan Mas, meski sederhana.” Aliya tersenyum memohon.

Angkasa mengalah. Baginya, permintaan sekecil apa pun dari Aliya adalah sesuatu yang layak untuk dipenuhi. Jadilah siang itu mereka berjalan berdua, menyusuri rak-rak supermarket. Aliya tampak antusias, sementara Angkasa menatapnya penuh kelembutan.

Aliya mengambil beberapa kotak susu hamil, menimbang-nimbang rasa mana yang lebih cocok. Angkasa yang ikut memperhatikan langsung bertanya, “Kenapa tidak ambil yang vanilla? Bukankah rasanya lebih ringan?”

Aliya menoleh, tersenyum kecil. “Aku mual kalau minum susu putih. Sepertinya anakmu lebih suka rasa coklat.”

Angkasa terkekeh. “Kalau begitu sama persis dengan Daddy-nya. Daddy Kasa juga suka rasa coklat.”

Aliya tertawa kecil mendengar kalimat itu. Ada sesuatu yang begitu hangat saat Angkasa mulai menyebut dirinya sebagai “Daddy.” Meski belum lahir, bayi mereka sudah menjadi pusat kebahagiaan baru dalam rumah tangga ini.

Setelah itu, mereka berdua melanjutkan perjalanan ke rak cemilan. Aliya memilih biskuit gandum, kacang-kacangan, juga beberapa buah segar. Angkasa hanya mengikuti dari samping, sesekali membantu mendorong troli, meski sebenarnya ia tidak terbiasa dengan hal itu. Namun di wajahnya terpancar kebanggaan karena bisa menemani istrinya melakukan hal-hal sederhana.

Tiba-tiba sebuah suara memanggil pelan namun bergetar. “Aliya…”

Aliya sontak membeku. Tangannya yang sedang meraih biskuit mendadak terhenti. Jantungnya berdegup kencang, wajahnya berubah pucat. Angkasa yang berdiri di sampingnya menoleh ke arah sumber suara itu.

Seorang pria berdiri tak jauh dari mereka, matanya berkaca-kaca, suaranya tercekat penuh haru.

“Kak… Kak Bimo…” suara Aliya lirih, nyaris tak terdengar.

Dalam sekejap, air mata menumpuk di pelupuknya. Ia melangkah maju dengan gemetar, dan sebelum sempat berkata lebih banyak, pria itu sudah lebih dulu meraih Aliya dalam pelukan erat.

“Aliya! Kamu kemana saja selama ini?” suara Bimo pecah, pelukannya erat seperti seorang kakak yang hampir kehilangan adiknya selamanya.

Sewaktu Aliya diamankan oleh Daddy Samudra ke Villa, bodyguard juga mengamankan ponsel milik Aliya agar Aliya tidak menghubungi siapapun.

Aliya terisak. Tangannya terangkat ragu, lalu balas memeluk tubuh kakaknya. “Kak Bimo…”

Suasana di lorong supermarket itu mendadak penuh emosi. Angkasa hanya diam, menatap pemandangan di depannya. Ia bisa melihat betapa dalamnya rindu yang terpendam di antara dua saudara itu. Namun ia tahu, Aliya pasti butuh penopang.

“Sayang…” panggil Angkasa lembut, berusaha mengingatkan Aliya agar tetap tenang.

Aliya melepaskan pelukan perlahan. Ia menoleh ke arah Angkasa dengan mata basah. “Mas, ini Kak Bimo. Kakakku.”

Mendengar itu, Angkasa langsung mengulurkan tangan. “Senang bisa bertemu denganmu. Aku Angkasa, suami Aliya.”

Bimo menatapnya sebentar, sedikit terkejut, namun ia membalas jabat tangan itu dengan erat. Ada wibawa yang jelas terasa dari sosok Angkasa, namun juga ada ketulusan di balik sikapnya.

Tak ingin pembicaraan berlangsung di tengah keramaian, Angkasa mengajak mereka berdua duduk di sebuah kafe tak jauh dari sana.

Di meja kafe, suasana menjadi lebih tenang. Namun Bimo tampak tak bisa menahan rasa penasarannya. Pandangannya langsung tertuju pada perut Aliya yang sudah membuncit.

“Kamu… kamu sedang mengandung? Apa Kamu sudah menikah?” suaranya lirih, tapi penuh guncangan.

Aliya tersenyum tipis sambil mengangguk. “Ya, Kak. Mas Kasa ini suamiku. Kami menikah delapan bulan yang lalu, dan sekarang aku sedang hamil lima bulan.”

Bimo terdiam lama, lalu menghela napas panjang. Ekspresi wajahnya campur aduk—antara terkejut, lega, dan juga bingung.

“Aliya…” ia hampir tak percaya.

Aliya mencoba mengalihkan suasana. “Kak Bimo, kok bisa ada di Jakarta? Apa Kakak kerja di sini?”

Namun bukannya menjawab, Bimo balik bertanya dengan nada serius. “Al, kamu tidak ingin menanyakan kabar Ayah dan Ibu?”

Pertanyaan itu membuat Aliya tercekat. Tatapannya menunduk. “Ayah dan Ibu tidak akan khawatir padaku, Kak. Mereka hanya peduli pada Lisa…” suaranya getir, penuh luka lama yang belum sembuh.

Bimo menggenggam tangannya. “Tidak, Al. Ayah selalu menunggumu pulang. Pulanglah, Al.”

Aliya menunduk makin dalam. Air matanya hampir jatuh, tapi Angkasa dengan sigap meraih tangannya, memberikan kekuatan dalam genggaman hangat.

Aliya menoleh sebentar pada suaminya, lalu kembali menatap kakaknya. “Kak, jawab dulu pertanyaanku. Kenapa Kakak bisa ada di Jakarta?”

Bimo tersenyum getir. “Kakak sedang mencari pekerjaan di sini, Al.”

Aliya tercengang. “Pekerjaan? Bukannya Kakak membantu Ayah mengelola ternak sapi keluarga kita?”

Bimo menggeleng. Matanya meredup saat mulai menjelaskan. “Banyak hal terjadi setelah kamu pergi, Al. Lisa menikah dengan Haris. Setelah itu, Haris pelan-pelan menguasai peternakan kecil kita. Bukannya berkembang, justru hancur. Haris menjual sapi-sapi kita, bahkan lahan yang kita gunakan. Semua habis.”

“Apa?” Aliya menutup mulutnya dengan tangan. Hatinya seperti ditusuk. “Bagaimana bisa? Lalu Ayah?”

“Setelah itu Ayah marah besar. Tapi Ibu selalu membela Lisa dan Haris. Akhirnya Ayah hanya diam, memendam amarahnya. Itu membuatnya sakit, Al. Tubuhnya makin lemah. Untuk berobat, Ibu menjual sedikit demi sedikit tanah. Tapi pada akhirnya, Haris juga yang banyak menghabiskan uang dari penjualan itu.”

“Keterlaluan!” Aliya menepuk meja kecil di depannya, membuat beberapa orang menoleh. Matanya basah karena amarah dan kesedihan bercampur jadi satu. “Bagaimana bisa mereka melakukan itu…” Aliya terdiam dan sedetik kemudian kembali bertanya. “Kakak sekarang tinggal dimana?”

Bimo hanya menghela napas. “Sekarang Kakak tinggal di kos teman, sambil cari kerja.”

Aliya menatap kakaknya lama, lalu menoleh pada Angkasa. “Mas, bolehkah Kak Bimo tinggal di rumah kita? Sementara saja, sampai Kak Bimo dapat pekerjaan.”

Angkasa tersenyum hangat. “Tentu saja boleh, Sayang. Rumah kita juga rumahmu. Kamu boleh mengajak siapa pun yang kamu mau.”

Namun Bimo buru-buru menolak. “Tidak usah, Al. Kakak di kos saja. Kalau seminggu ke depan Kakak tidak dapat pekerjaan, Kakak akan pulang.”

Angkasa menatapnya sebentar, lalu bertanya, “Boleh aku tahu jenjang pendidikan terakhirmu, Bimo?”

“Sarjana ekonomi,” jawabnya.

Mendengar itu, Angkasa langsung merogoh dompetnya, mengeluarkan sebuah kartu nama, lalu menyerahkannya. “Datanglah ke kantor ini. Cari Vino, katakan kamu kakaknya Aliya. Dia akan langsung mencarikanmu pekerjaan.”

Bimo mengambil kartu itu dengan tangan bergetar. Matanya membaca jelas nama yang tertera: Angkasa Sky Albiru — CEO of Arda Karya.

Ia menatap Angkasa dengan kaget. Sosok di hadapannya ternyata bukan sembarangan pria. “Be-benarkah?”

Angkasa tersenyum kecil. “Ya. Kamu kakak Aliya, berarti kamu juga kakak iparku. Jangan panggil aku Tuan. Panggil saja Kasa.”

Bimo hanya bisa terdiam, hatinya berkecamuk. Bagaimana mungkin adiknya bisa menikah dengan pria sebesar ini?

Aliya menggenggam tangan kakaknya. “Kak, aku ingin pulang. Apa Kakak bisa menemaniku?”

Angkasa menatap istrinya. “Sayang, kamu yakin?”

Aliya menatap mata suaminya penuh harap. “Mas, ijinkan aku, ya?”

Angkasa terdiam sejenak, lalu menghela napas. “Baiklah. Tapi nanti kita bicarakan dulu dengan Daddy dan Mommy, ya?”

Aliya mengangguk pelan, menerima keputusan itu.

Setelah itu, Aliya dan Bimo bertukar nomor ponsel. Selama ini, Aliya memang sudah mengganti nomornya sejak pertama kali datang ke Jakarta. Mereka akhirnya berpisah, dengan janji akan segera bertemu kembali setelah Aliya membicarakan kepulangannya dengan keluarga Angkasa.

Aliya melangkah keluar kafe sambil menggenggam erat tangan Angkasa. Hatinya campur aduk: bahagia bisa bertemu kakaknya, sedih mendengar kabar buruk keluarganya, sekaligus takut menghadapi kenyataan yang menunggu di rumah. Namun satu hal pasti—kali ini, ia tidak sendirian. Ia punya Angkasa, dan keluarga baru yang menerimanya dengan penuh cinta.

1
Felycia R. Fernandez
masih dikawasan kantor lho ini Astro
Felycia R. Fernandez
hebat nya dikantor ini para karyawan nya gak ada yang tukang julid n gosip...
boss jalan ma karyawan biasa gak ada tanggapan miring dari mereka
👍👍👍👍👍
Felycia R. Fernandez
sabar ya Astro...
dapatkan dulu restu Daddy Angkasa,
nikahi Elara,baru bisa cap cip cup sepuasnya
Felycia R. Fernandez
wow...ternyata....
Desmeri epy Epy
lanjut Thor
Wulan Dewi
bagus karya nya
Mawar
diam dulu ah nunggu kelanjutannya,selamat ya astro dah dpt restu dr aliya mommymu mmg luar biasa astro memilki hati yg luas seluas samudra setinggi angkasa😁😂makanya deddymu cinta bnget tu ma mommymu..😍
Mawar
beryl mantap,👍
Mawar
semangat astro,jngn pernah tggalkan astro elara klw km mmg bebar2 tulus bertahanlah krn smua masalah pasti bisa diselesaikan asal kalian sama2 terbuka
Desmeri epy Epy
lanjut Thor
Mawar
ayo astro temui kakekmu,keluargamu bukan pemilih asl km bahagia dan tindakanmu tept mka tak akan masalah.
Felycia R. Fernandez
makanya diselidiki dulu...
Cemen...blom apa2 udah parno duluan
Felycia R. Fernandez
perjuangan mendapatkan restu lebih menantang lagi
Jemiiima__: Halo sahabat pembaca ✨
‎Aku baru merilis cerita terbaru berjudul BUKAN BERONDONG BIASA
‎Semua ini tentang Lucyana yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul cowok muda datang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucy berani jatuh cinta lagi? Kali ini pada seseorang yang jauh lebih muda darinya.
‎Mampir, ya… siapa tahu kamu ikut jatuh hati pada perjalanan mereka.
‎Dukung dengan like ❤️ & komentar 🤗, karena setiap dukunganmu berarti sekali buatku.
total 1 replies
Felycia R. Fernandez
🤣🤣🤣🤣🤣
Felycia R. Fernandez
duuuuh ganggu aja
Lathifa Dwy Maulida
selalu keren thor👍👍
Felycia R. Fernandez
Harus saling terbuka dan komunikasi Elara...kamu dan astro harus saling percaya dan saling dukung...
Jangan keburu lari klo masalahnya aja blom tentu pasti..
hadapi bersama sama
Mawar
ini siastro main nyosor aja cr kesempatan ya😊😂😂
Mawar
benar itu elara lebih baik jd dr sendr jngn mau dimamfaatin oleh org lain walwpun itu keluarga sendiri.
Felycia R. Fernandez
jangan mau di hasut ya Elara ,kamu hanya mendengarkan dalam versi Darel bukan versi aslinya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!