Cassie, seorang remaja yang beranjak dewasa masuk kedalam pergaulan bebas para anak konglomerat, disaat kedua orang tuanya bercerai. Ketika etika dan sopan santun mulai menghilang. Kehidupannya terus mengalami konflik besar.
Ditengah masalah perceraian orang tuanya, Cassie jatuh cinta dengan seorang Duda Perjaka. Tetapi cintanya tak direstui. Cassie pun dijodohkan dengan seseorang yang pernah membuatnya kesakitan karena sakau.
Dapatkah ia menjaga mahkota kewanitaannya, atau terus terjerumus dengan pergaulan bebas? Dan dapatkah Cassie bersama dengan cintanya Om Duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Virus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Monday
Cassie terbangun dengan wajah sembab akibat menangis semalam. Tahukah kamu semalam tadi, Aku menangis...eh jadi nyanyi kan.
Matanya sedikit susah terbuka karena air mata yang mengering membuatnya lengket. Ia pun mengucek pelan seraya menguap udara lewat mulutnya. Lalu mengangkat tangannya disertai dengan tarikan urat leher, tangan, punggung serta pinggangnya. Kemudian ia merenung soal kejadian semalam dengan duduk bersandar pada ranjang.
Cassie lalu mengacak-acak rambutnya sedikit frustasi. Matanya ternodai dengan apa yang ia lihat, yang lebih gilanya Mamanya bervideo s dengan orang lain. Jaman sudah gila.
"Astaga ampuni Cassie Ya Allah, mataku ternodai," Ia pun meraup wajahnya dengan tangan kosong kemudian beranjak ke kamar mandi, membersihkan segala yang perlu di bersihkan, kemudian mengambil wudhu.
Ibadah subuh pun ia jalankan, dan diakhir dengan salam dan doa. Sambil menangis meminta pertolongan pada sang Maha Kuasa. Meminta segala maaf dari apa yang telah ia lakukan, dan juga maaf untuk kedua orang tuanya.
Tenang, itulah yang ia rasakan setelah melakukan ibadah. Seperti mencurahkan segala isi hatinya pada sang Khaliq.
Setelah itu ia merapikan peralatan sholat dan kembali ke ranjang, memainkan ponsel yang bukan miliknya.
Dibukanya aplikasi yang tidak ia mengerti, tidak ada game disana. Apalagi media sosial, hanya ada aplikasi bisnis, mungkin aplikasi yang mendukung pekerjaan si pemilik aslinya. Aplikasi trading, Autocad, Neraca, rancang bisnis dan semuanya membosankan bagi Cassie
Cassie lalu beralih ke galeri, semua foto pun sama tak ada foto pribadi si pemilik. Ia terus menscrool hingga bawah dan ketemulah foto Barra hanya empat foto saja.
"Dia foto di Spanyol, Paris, dah keliling dunia kayaknya nih orang,"
"Ini orang hidupnya membosankan sekali, gak pernah foto selfie, gak ada game. Hemm tampan juga sih, lebih ganteng dari Vinno apalagi Bram. Om Barra brewokmu bikin gemes, pengen rasanya ku cukur haha,"
Visual Barra Ozayn sumber Instagram @flamuruk
Setelah puas melihat galeri milik si brewok, Cassie lalu menaruh ponselnya kembali diatas meja dan pergi keluar untuk berolahraga. Hal yang sudah lama tidak ia lakukan. Berharap dia bisa merefreshkan pikiran dengan apa yang terjadi dua hari belakangan.
Rasanya semua beban berada dalam pundaknya dan sangat berat jika di tanggung sendirian. Beberapa lama berolahraga tubuhnya kembali berkeringat.
"Senin, ahh males banget sekolah, buat apa sekolah kalo ujung-ujungnya jadi ibu rumah tangga," ujar Cassie
Anak itu sudah mulai malas-malasan ke sekolah, biasanya dia selalu semangat. Ia pun beranjak ke kamar mandi lagi dengan langkah berat dan pelan.
Sementara ditempat lain, pukul satu dini hari. Barra ingin menelepon Cassie, "Dijakarta pasti sudah jam 6 pagi, kira-kira tuh anak udah bangun belum ya?"
Waktu di Jakarta lebih cepat 5 jam dari Zurich.
Beberapa menit kemudian Cassie telah menyelesaikan mandinya. Ia keluar sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Lalu berjalan ke arah ponselnya karena sedari tadi berdering.
"Nomer gak dikenal? Siapa ya? Kayanya bukan nomer Indonesia,"
Cassie pun mengangkatnya segera.
"Hallo," dengan ragu Cassie menjawabnya karena akan terasa lancang karena ponsel itu bukan miliknya. Tetapi dia juga berpikir kalau saja di penelepon itu adalah Barra bagaimana? Jadi ia pun mengangkatnya
"Hallo, kamu Cassie ya?" tanya seseorang yang bersuara pria dari seberang telepon.
"Dari mana kamu tahu?"
"Saya Barra. Maaf saya sedikit lancang membuka pesan untuk sekedar tahu nama kamu,"
"Hemm terima kasih sudah jujur,"
"Haha, begini maaf Saya belum bisa mengembalikan ponsel kamu, karena Saya masih berada di Zurich. Mungkin besok lusa Saya baru kembali," Barra pun berhenti untuk mengambil napas dan melanjutkan obrolannya lagi.
Gila sekarang di Zurich, Swiss hemm mau dong dibawa keliling dunia hehe, batin Cassie
"Kalau Cassie tidak sabar menunggu, biar nanti saya kirim asisten saya untuk membuatkan nomer yang sama. Kamu bisa memakai ponsel saya untuk sementara," tawar Barra
"Santuy aja Om, kalau sibuk ya nanti aja dibalikin kalau udah pulang sekalian bawain oleh-oleh dari Zurich ya hehehe,"
Astaga imut banget nih cewek batin Barra
"Hahah, oke nanti saya bawakan. Kamu mau dibawakan oleh-oleh apa?" tanya Barra
"Ih ini serius? Padahal aku cuma iseng loh om ehhehe,"
"Ya serius,"
"Aku mau coklat Swiss yang terkenal itu loh, yang banyak ya om,"
"Yakin mau banyak? Nanti gigi kamu jadi bolong-bolong sama gigis karena kebanyakan coklat,"
"Oh tenang om, aku punya penangkalnya biar gigi gak gigis dan ga bolong,"
"Emang apa penangkalnya?"
"Pepsodent dong Om haha,"
"Haha, lucu ya kamu. Trus apa lagi," tanya Barra yang tidak sadar dia senyum-senyum sendiri di telepon.
"Apa? Emang permintaan ku sedikit ya om? Dah lah terserah om mau bawain apa, yang penting aku pengen coklat dari Swiss,"
"Ya sudah, nanti kalau pulang, saya akan bawakan pesanan kamu. Besok lusa kita ketemu dimana?" tanya Barra
"Di restoran seafood 77 aja ya Om, enak tuh,"
"Oke, untuk jamnya menyusul ya, karena saya tidak tahu bisa sampai jam berapa. Terkadang ada kendala dalam perjalanan,"
"Oke Om Bos,"
Dan pembicaraan mereka pun berakhir.
"Dia beda dari wanita lain yang kalo ditanya mau dibawakan apa, dia cuma bilang coklat haha polos dan kelihatannya Cassie anak yang periang, padahal kita belum kenal tapi rasanya dia mudah akrab," gumam Barra sembari melihat foto Cassie yang cantik di ponselnya
.
.
.
Cassie keluar dari kamar, dilihatnya rumah itu sepi. Dimana Mamanya. Dia pun sarapan sendiri seperti biasa, asisten rumah tangganya sudah menyiapkan sarapan. Diatas meja makan sudah tersedia nasi goreng seafood kesukaannya.
Di meja yang besar itu hanya dirinya seorang. Tidak ada yang menemani.
Setelah sarapan Cassie lalu berangkat ke sekolah seperti biasa dia diantar pak supir. Namun tiba-tiba ada sebuah mobil mewah berwarna merah.
"Itu mobil Bram," gumam Cassie
Benar saja Bram turun dengan seragam SMAnya, dia menghampiri Cassie yang masih berdiri didepan teras rumah.
"Gue antar yuk," tawar Bram
"Gak lah, makasih. Tu supir gue udah siap juga," tolak Cassie
"Yah gue pagi-pagi kesini jauh-jauh pula cuma mau nganterin Lo sekolah masa ujung-ujungnya ditolak sih," ujar Bram
Cassie menimbang lagi, kasihan juga sih kalau ditolak.
"Yaudah deh, tapi lain kali bilang dong kalo mau kesini,"
"Kan nomer Lo lagi dibawa orang, gue juga ga tau nomer Om yang kemarin nabrak Lo,"
"Hehe iya juga ya, Yaudah yuk berangkat," ajak Cassie dan mereka pun berjalan kearah mobil Bram
Sesampainya disekolah, Bram menurunkannya hanya sampai didepan pagar. Karena dia juga mesti cepat-cepat kesekolahnya yang lumayan jauh dari sekolah Cassie.
Sesampai di kelas, ada yang aneh dari sikap kawan-kawannya saat melihatnya.
"Kenapa sih kok ngelihatin gue gitu?" tanya Cassie pada salah satu temannya.
Dan salah satu teman menghampiri bangku Cassie
"Bokap Lo selingkuh ya Cass?" tanya Evvy teman Cassie yang juga ketua kelas di kelasnya.
Tau dari mana dia batin Cassie