NovelToon NovelToon
Bukan Berondong Biasa

Bukan Berondong Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Identitas Tersembunyi / CEO / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Berondong
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Semua ini tentang Lucyana Putri Chandra yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucyana berani jatuh cinta lagi?
Kali ini pada seorang Sadewa Nugraha Abimanyu yang jauh lebih muda darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengkhianatan

‎Nama Rumah Sakit Bandung Kiwari terpampang jelas di layar iPad-nya.

‎Lucy mengerutkan kening.

Kenapa Andika ke sana?

‎Rumahnya kan di Jalan Riau, ngapain jauh-jauh sampai ke Citarip?

‎Semakin lama ia menatap titik GPS yang diam di lokasi itu, rasa penasaran bercampur cemas mulai menekan dadanya.

‎Jangan-jangan dia kenapa-kenapa lagi...

‎Hujan di luar turun semakin deras, membentuk pola-pola acak di kaca jendela apartemennya.

‎Lucy menggigit bibir bawahnya, menimbang sejenak. Logika bilang ia harus tunggu kabar, tapi hatinya menolak diam.

‎Tanpa pikir panjang, ia meraih payung dan tas kecilnya.

‎“Kalau bener dia sakit, terus gue cuma diem di sini doang, gimana coba?” gumamnya pada diri sendiri.

‎Langkah kakinya cepat menuruni koridor apartemen.

‎Suara hujan menyambut di depan lobby—dingin, berat, tapi tak cukup untuk menghentikannya.

‎Lucy melangkah keluar, menembus malam Bandung yang basah, menuju arah titik GPS: Rumah Sakit Bandung Kiwari

‎Lucy memacu mobilnya cukup cepat, hampir tanpa peduli pada rintik hujan yang terus menampar kaca depan. Wiper bekerja keras, tapi pandangannya tetap fokus pada jalanan yang basah dan sepi.

‎Sesampainya di area basement rumah sakit, mesin mobil ia matikan pelan.

‎Keheningan yang tersisa justru membuat jantungnya berdetak makin kencang.

‎Udara lembap bercampur bau obat yang samar-samar tercium dari ventilasi.

‎Lucy menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri.

‎Ada perasaan aneh di dadanya—campuran antara cemas, takut, dan firasat buruk yang sulit dijelaskan.

‎Tangannya sempat ragu di atas gagang pintu mobil.

‎Kok gue kaya gak enak feeling gini ya...

‎Matanya menatap sekeliling, mencari tanda keberadaan Andika. Tapi yang terlihat hanya deretan mobil parkir dan cahaya lampu neon yang redup.

‎Hujan belum juga reda ketika Lucy akhirnya tiba di depan Rumah Sakit Bandung Kiwari.

‎Payung hitam di tangannya bergetar halus diterpa angin malam. Setiap langkah terasa berat, bukan karena genangan air di bawah sepatu haknya, tapi karena firasat yang terus menekan dada.

‎Begitu mendekati pintu lobby, pandangannya tiba-tiba tertuju pada sosok yang sangat ia kenal.

‎Andika.

‎Pria itu baru saja keluar dari dalam rumah sakit. Bersama seorang wanita berambut panjang, mengenakan cardigan krem.

‎Mereka tertawa kecil, saling menatap penuh keakraban yang nyaris menyakitkan untuk dilihat.

‎Langkah Lucy refleks terhenti.

‎Ia menunduk sedikit, bersembunyi di balik tiang dekat pintu otomatis lobby, payungnya menutupi sebagian wajah. Dari situ, suara mereka terdengar samar tapi cukup jelas menusuk telinganya.

“Sayang, kan aku udah bilang, jangan suka telat makan,” suara Andika terdengar lembut, penuh perhatian.

‎“Lihat, sekarang kamu malah masuk rumah sakit kaya gini.”

‎“Hehe, maaf ya Dika…” jawab perempuan itu manja, “tapi aku seneng kamu dateng. Aku kira kamu gak bakal nyusul.”

‎“Kamu tuh gimana sih,” Andika terkekeh kecil sambil membenarkan jaket wanita itu, “aku kan selalu dateng kalau kamu butuh. Kamu itu spesial, tahu?”

Lucy mengenal wanita itu, Dea. Dea Amanda teman kuliahnya dulu.

Mulut Lucy menegang.

“Lucy, lo tuh cocok banget sama Dika,” — kalimat lama dari Dea tiba-tiba berputar di kepalanya. Dulu, Dea-lah yang paling bersemangat menyatukan mereka. Yang pura-pura jadi penengah setiap kali Lucy dan Andika bertengkar.

Ironi rasanya menampar.

Yang dulu pura-pura menyemangati, kini diam-diam mengambil alih.

Lucy tersenyum miring, lebih ke geli.

“Selamat ya, Dea. Lo akhirnya dapet juga barang bekas temen lo sendiri.”

‎Payung di tangan Lucy nyaris jatuh.

‎Kata sayang dan spesial dari mulut Andika bergema di kepalanya, seperti pisau kecil yang berputar perlahan di dada.

‎Ia menggigit bibir, mencoba menahan diri agar tidak keluar dan menampar kenyataan itu di depan wajah mereka berdua.

‎Tapi air mata tetap jatuh, menyatu dengan butiran hujan yang menetes di pipinya.

‎“Sialan…” gumamnya pelan, hampir tak terdengar di tengah derasnya hujan.

‎“Andika, ternyata begini ya lo di belakang gue..."

‎‎Hujan masih turun deras ketika Lucy melangkah cepat menuju mobilnya.

‎Tangannya gemetar saat membuka pintu, payung ia lempar begitu saja ke kursi belakang.

‎Begitu mesin menyala, matanya mulai memanas.

‎Suara tawa Andika dan perempuan tadi terus terngiang di telinga.

‎“Sayang…”

‎“Kamu spesial…”

Sayang...sayang t*i emang!

‎Kata-kata itu terasa menjijikkan sekarang.

‎Pedal gas diinjak sedikit dalam. Jalanan licin, tapi Lucy tak peduli.

‎Wiper bergerak cepat, namun pandangannya tetap kabur oleh air mata.

“Tolol banget lo lucy astaga...” Lucy mengumpat dirinya sendiri.

‎“Udah dikasih tanda berkali-kali, tapi masih aja denial.

‎Setiap lampu jalan yang dilewatinya seperti kilatan ingatan—makan malam pertama, tawa di bioskop, janji-janji manis yang kini terasa palsu.

‎Tangannya mengepal di setir.

“Dasar bangsat! Bertahun-tahun sia-sia aja semunya…”

‎Satu tetes air mata jatuh ke punggung tangannya.

‎Hujan di luar seolah ikut menangis bersamanya.

‎Ia mempercepat mobil, seakan ingin melarikan diri dari semua suara di kepalanya.

‎Namun yang tersisa hanyalah gema kesepian dan rasa jijik pada dirinya sendiri yang terlalu percaya.

‎Sesampainya di apartemen, Lucy tak peduli sepatu masih basah, rambut acak-acakan, atau hujan yang masih menetes dari ujung payung.

‎Ia langsung membuka lemari. Menarik satu kotak besar dari bawah tempat tidur.

‎Tanpa pikir panjang, semua benda yang mengingatkannya pada Andika ia lempar masuk ke dalam kotak itu.

‎Boneka hadiah ulang tahun, hoodie abu-abu yang pernah ia pinjamkan, tiket nonton yang masih tersimpan di dompet kecil.

‎“Bego banget, Lucy…” gumamnya di antara napas terengah.

‎“Tiap kali dia bilang sayang, gue malah percaya mentah-mentah.”

‎Ia mengambil foto mereka berdua di pantai, menatapnya beberapa detik, lalu meremasnya sampai kusut.

‎“Empat tahun. Empat tahun buat orang kayak lo, Dik?! Anjing emang!”

‎Tangannya gemetar menahan amarah.

‎Satu per satu benda itu kembali dilempar masuk—gelas couple, parfum hadiah ulang tahun, bahkan gelang yang dulu sempat bikin dia senyum tiap lihatnya.

‎“Semua cuma dusta!”

‎Tendangan keras meluncur ke kotak itu hingga terguling.

‎Air matanya jatuh satu-satu, tapi kali ini bukan karena sedih. Lebih ke rasa muak dan jijik.

“Lo selingkuh di belakang gue, minta duitnya ke gue, tapi ketawa ketiwi sama perempuan lain??!"

‎“aarrrghh!! Gue yang bego. Gue yang terlalu percaya!”

‎Lucy duduk di lantai, punggungnya bersandar ke kasur, napasnya terengah-engah.

‎Kotak itu tergeletak di depannya, terbuka, isinya berantakan.

‎Untuk malam itu, ia tak ingin menahan apa pun.

‎Biarlah semuanya keluar bersama tangis, amarah, dan semua kata kasar yang selama ini ia tahan demi cinta yang ternyata cuma palsu.

‎Di sela amarah yang belum sepenuhnya reda, Lucy menghapus air matanya dengan kasar. Napasnya masih naik turun, tapi pikirannya mulai jernih.

‎Ia menatap iPad di meja kerja. Masih terhubung ke akun pesannya. Jemarinya mengetik cepat, tanpa ragu sedikit pun.

Lucy: Besok hari Minggu, HP aku ketinggalan di mobil kamu.

‎Anterin ke apartemen aku ya. Aku ada sesuatu buat kamu

Pesan Terkirim

‎Senyum miring muncul di bibirnya—bukan senyum bahagia, tapi getir. Dingin.

...----------------...

Satu kata untuk Andika? Waktu dan tempat mengumpat dipersilahkan 🔥

Jangan lupa vote, like, dan komen ya kawaann 😌

1
nuraeinieni
berarti tiap hari dong nih peneror ganti no;hanya ingin meneror dewa,habis di pake langsung di buang,jd nggak bisa di lacak siapa peneror nya.
Iqueena
orang gak ngapa2in juga 😭. Tapi gppa lah, lebih baik bgtu🤣
Iqueena
kirain lu yang lepas 🤣
Jemiiima__: kali ini dewa msh suci /Facepalm/
total 1 replies
Iqueena
coba lanjut tidur udah mimpi indah itu 😭
Iqueena
Gayamu lucyyyy🤣
Iqueena
huhhhhh, syukur dewa datang tepat waktu
Nuri_cha
Dewa blm bilang sapa2 ya kalo dia dah nikah?
Nuri_cha
mulai berasa cemburu ya Luc?
Nuri_cha
ternyata dewa punya mata batin. bisa liat dgn mata tertutup. wkwkwkwk
Nuri_cha
Aaah, knp bilangnya pas Lucy pingsan. dia gak denger atuh Wa. nnt ulang ya kalo dah bangun
Xlyzy
Ahhh mati aja Lo di penjara situ
Xlyzy
ugh mantep
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝
semngat lucy ☺ semoga keadilan menyertaimu ya🫂
@pry😛
cp sih.... bs jlskn np bgt
Drezzlle
Dewa mana mau nomor bininya di kasih temennya /Facepalm//Facepalm/
Drezzlle
cemburu nggak sih mbak Lucy 🤣
Shin Himawari
seleksi berkasss dulu ya siss kandidat calon pacar🤣
Shin Himawari
untung aja ketauan sebelum nikah kalo ni laki selingkuh ishh sok ganteng luuu
Shin Himawari
mama dea ya 🥲 masih ajaa ngeles
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞 ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
sekuat-kuatnya yg kelihatan diluar setiap orang punya sisi rapuhnya 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!