NovelToon NovelToon
Transmigrasi Menjadi Gundik

Transmigrasi Menjadi Gundik

Status: sedang berlangsung
Genre:Era Kolonial / Time Travel / Fantasi Wanita
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: indah yuni rahayu

Kembali hidup setelah dirinya mati terbunuh. Itulah yang dialami gadis jenius bisnis bernama Galuh Permatasari. Ia bertransmigrasi ke era kolonial menjadi seorang gundik dari menheer tua bernama Edwin De Groot. Di era ini Galuh bertubuh gendut dan perangainya buruk jauh dari Galuh yang asli.

Galuh memahami keadaan sekitarnya yang jauh dari kata baik, orang - orang miskin dan banyak anak kelaparan. Untuk itu ia bertekad dengan jiwa bisnisnya yang membludak untuk mengentaskan mereka dari keterpurukan. Memanfaatkan statusnya yang sebagai Gundik.

Disaat karirnya berkembang, datanglah pemuda tampan yang tidak lain adalah anak dari menheer tua bernama Edward De Groot. Kedatangannya yang sekedar berkunjung dan pada akhirnya jatuh cinta dengan gundik sang ayah.

Lantas, bagaimana kisah kelanjutannya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kedatangan Diederik Samson

Juono tidak datang ke tempat persembunyian Karso, ia dan kedua rekannya sudah bekerja sama untuk membuat alibi palsu dan sudah membunuh Karso. Juono sebagai perwakilan dari kelompoknya mendatangi Van Der Meer di kebun kopi.

"Bagaimana, Juono?" tanya Van Der Meer memastikan begitu melihat Juono datang.

"Sudah, Menheer. Karso sudah tidak ada lagi." sahut Juono seolah sudah melakukan pembunuhan.

"Bagus. Kamu sudah melakukan apa yang aku perintahkan. Aku percaya padamu." Van Der Meer tidak menaruh curiga.

"Terima kasih, Menheer. Saya hanya melakukan tugas." Juono menjawab yakin.

"Aku akan memberimu bonus atas pekerjaanmu. Tapi, ingat, jangan pernah membocorkan apa yang terjadi di sini." pesan Van Der Meer sembari megeluarkan bungkusan kain berisi uang.

"Tentu, Menheer. Saya mengerti." Setelah menyampaikan kabar kematian Karso, Juono pun pergi.

Juono yang sudah terikat perjanjian kerja dengan Edward lantas mengabarkan hal ini padanya.

"Tuan Edward, saya sudah memberikan laporan palsu pada tuan Van Dee Meer. Karso aman." ujar pria dengan mata yang tajam dan wajah yang tegas.

"Bagus, Juono. Terus bermain aman, kita akan segera menghancurkan Van Dee Meer." Edward menepuk bahu pria bertubuh kekar dan berkulit hitam itu.

Juono memiliki penampilan yang tangguh dan kuat, namun di balik itu, dia memiliki hati yang baik dan loyalitas yang kuat pada orang-orang yang dia percayai. Penampilannya yang gagah dan kuat sering kali membuat orang meremehkan kecerdasan dan kebijaksanaannya.

Lalu, Edward menemui Karso yang sedang bersembunyi.

"Karso, kamu aman sekarang. Juono berhasil memainkan perannya." ujar Edward memberitahu agar Karso tidak perlu khawatir.

"Terima kasih, Tuan Edward. Saya berutang nyawa pada Juono."

"Jangan khawatir, kami akan terus melindungi kamu. Yang penting sekarang adalah memastikan Van Dee Meer dihukum atas perbuatannya."

.

.

Setelah 5 hari dari waktu pengaduan tentang Van Der Meer oleh Nyai Galuh terkait tindakan yang tidak manusiawi terhadap para pekerja di kebun kopi, Parlemen Belanda memutuskan untuk mengirimkan sebuah komisi investigasi untuk menyelidiki kondisi pekerja di perkebunan kopi dan tindakan Van der Meer.

Komisi yang dipimpin oleh Diederik Samson ini tiba di Semarang ketika matahari mulai terbenam, memberikan cahaya keemasan pada air laut dan bangunan-bangunan di sekitar pelabuhan Semarang. Diederik Samson, dengan langkah pasti dan pandangan tajam, menatap ke depan, siap menghadapi tantangan baru di tanah Jawa ini.

.

.

Edward menerima kabar kedatangan komisi investigasi, ia pun segera menyambut kedatangannya di kantor Residen.

Edwin yang juga mengetahui kabar itu memberitahu nyai Galuh untuk bersiap jika sewaktu - waktu dibutuhkan.

Nyai Galuh tampak khawatir saat mendengar kabar dari Edwin. "Apa yang harus aku lakukan?"

Edwin mencoba menenangkannya. "Jangan khawatir, Nyai. Kita harus siap jika sewaktu-waktu diperlukan untuk memberikan kesaksian atau bukti. Kita harus mendukung upaya Tuan Diederik dan Edward untuk membawa Van Der Meer ke pengadilan."

Nyai Galuh mengangguk, berusaha mengumpulkan keberanian. "Baiklah, saya siap. Saya ingin Van Der Meer dihukum atas perbuatannya."

.

Di tempat residen.

"Tuan Diederik Samson, senang melihat Anda tiba di Semarang dengan selamat." ujar Edward seolah sudah mengenal pria itu.

"Dengan Tuan ?" Diederik belum mengenal pria ini.

"Saya, Edward. Edward De Groot." ujar pria berusia 30 tahun itu.

"Senang bertemu dengan Anda juga, Tuan Edward." balas Diederik dengan senyum hangat. Keduanya saling berjabat tangan. Lalu keduanya mulai membahas masalah serius.

"Saya sudah mendengar kabar mengenai nyai Galuh yang melapor pada parlemen Belanda." ujar Edward.

"Kami terpanggil karena sebuah pengaduan. Jika nyai Galuh tidak melapor, pihak kami tidak akan pernah tahu."

"Saya memiliki bukti tentang kejahatan Van Dee Meer. Dia telah mengeksploitasi pekerja dengan upah rendah dan jam kerja panjang."

"Itu tidak manusiawi. Saya dengar dia juga menggunakan kekerasan fisik dan verbal untuk mengintimidasi pekerja. Banyak dari mereka yang takut melapor karena takut dipecat atau dihukum." imbuh Diederik. "Saya tidak bisa percaya. Bagaimana bisa seseorang seperti Van Dee Meer dibiarkan melakukan hal seperti itu?"

Edward menghembuskan nafas kasar. "Dia memiliki kekuasaan besar di sini dan banyak koneksi. Tapi saya yakin kita bisa menjatuhkannya dengan bukti yang cukup."

"Saya setuju. Kita harus segera mengambil tindakan. Siapa yang bisa kita percaya untuk membantu kita?"

"Saya sudah memikirkan itu. Ada beberapa orang yang bisa kita percaya. Kita harus berhati-hati, Van Dee Meer tidak akan diam jika tahu kita mengincarnya."

Di kebun kopi, Diederik dan Edward terlihat berkeliling seraya melakukan interview pada beberapa pekerja.

Diederik mengeluarkan buku catatan dan pena, sementara Edward mengamati sekitar dengan seksama. "Jadi, Anda bekerja di kebun kopi ini sudah berapa lama?" tanya Diederik kepada seorang pekerja bernama Sukri.

Pekerja itu menunduk, takut berbicara. "Sudah... sudah lima tahun, tuan."

Edward memberikan isyarat kepada Diederik untuk melanjutkan pertanyaan. "Apa yang Anda rasakan tentang perlakuan Van Der Meer terhadap pekerja di sini?" tanya Diederik dengan lembut.

Sukri menelan ludah, lalu berbicara dengan suara pelan. "Dia... dia keras, tuan. Dia tidak peduli dengan kesejahteraan kami. Kami dipaksa bekerja keras tanpa istirahat yang cukup."

Diederik mengangguk, mencatat sesuatu di buku catatannya. "Terima kasih atas kejujuran Anda. Apakah Anda bersedia menjadi saksi jika diperlukan?"

Sukri terlihat ragu-ragu, lalu mengangguk pelan. "Ya, tuan. Saya ingin keadilan."

Van der Meer mengetahui kedatangan mereka sebelumnya dan sudah menyembunyikan kebenaran tentang kondisi pekerja di perkebunan dan tindakannya yang tidak manusiawi. Dia juga berusaha menyembunyikan bukti-bukti yang memberatkan dirinya.

"Tuan Van der Meer bisa ikut kami ke ruangan sebentar?"

Van der Meer tampak terkejut, tapi cepat menutupi kekhawatirannya dengan senyum palsu. "Tentu, apa yang bisa saya bantu?" ujarnya dengan nada santai, sementara matanya menunjukkan rasa was-was.

Diederik memimpin mereka ke ruangan yang lebih privat, "Mari kita bicara di dalam. Saya rasa ini akan lebih nyaman bagi kita semua."

Suasana menjadi tegang saat pintu ruangan tertutup di belakang mereka.

"Tuan Van Der Meer, berdasarkan bukti yang kami peroleh Anda telah melakukan tindakan yang sangat tidak pantas dan melanggar hukum, termasuk eksploitasi pekerja dan penggunaan kekerasan fisik terhadap mereka," ujar Diederik dengan nada tegas, sambil menyodorkan dokumen-dokumen bukti kepada Van Der Meer. "Kami memiliki saksi dan bukti yang cukup untuk membawa Anda ke pengadilan."

Van Der Meer tampak terkejut dan marah, tapi berusaha untuk tetap tenang. "Ini semua adalah fitnah! Saya tidak tahu apa yang kalian bicarakan," ujarnya dengan nada defensif.

Edward memotong dengan nada dingin, "Jangan membuang waktu, Tuan Van Der Meer. Kami sudah memiliki cukup bukti untuk membuktikan kejahatan Anda. Pilihan Anda sekarang adalah bagaimana Anda akan menghadapi konsekuensi dari tindakan Anda."

"Ini tidak benar! Saya tidak melakukan apa-apa yang salah. Ini semua hanya fitnah dan hasutan dari Nyai Galuh dan pekerja lainnya," kata Van der Meer dengan nada marah.

Apakah Van Der Meer bisa lolos dari tudingan itu ?

1
Yusni
akhitnya ditangkap jg si semir hahHhhhaaaaa
Yusni
uda ngk sabar ne liat aksi galuh .. secara galuh dr dunia modern
Kam1la: oke, kakak mau imajinasi aksi nyai Galuh yang bagaimana ini ?
total 1 replies
Kam1la
iya. sabar ya Kak....
Yusni
lama bgt ne gebrakan nyai galuh.secara nyai kanndr dunua modern
Yusni
keren nyai
Yusni
mengerikan jmn belanda dulu ...semoga galuh bisa membantu kaum pribumj
Yusni
kapok edwin...hhhrhrhf
Yusni
menunggu aksi galuh yg bikin org melonggo..buat galuh jg nelayani sii edwin thor
Yusni
mgk galuh akan bukin kejutan lainnya
Kam1la
terima kasih, tolong dukungan nya...😍
Yusni
jg smpe ngk tamat thor..asliiii ceritanya kerennnnnnn
Yusni
tambah apik ceritanya
Yusni
suka cerita seperi ini....semangat thor
Yusni
keren ceitanya tpi kok sepi yg baca ...
Yusni
mampir baca semoga semakin menarik
Kam1la
selamat datang reader, semoga terhibur dengan cerita tentang nyai Galuh. sekian lama up, belum ada komentar nih dari kalian. Yuk, dukung terus author tercinta ini dengan memberi like, subscriber, hadiah dan yang paling ditunggu komentar kalian.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!