Alaric Sagara, tiba tiba hidup nya berubah setelah istri yang di cintainya pergi untuk selama lamanya karena malahirkan bayi mereka ke dunia.
Kepergian sang istri menyisakan trauma mendalam di diri Aric, pria yang semula hangat telah berubah menjadi dingin melebihi dingin nya salju di kutub utara..
Faza Aqila, sepupu mendiang sang istri sekaligus teman semasa kuliah Aric dulu kini statusnya berubah menjadi istri Aric setelah 3tahun pria itu menduda. Faza telah diam diam menaruh cinta pada Aric sejak mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah.
Bagaimana kehidupan pernikahan mereka dan akankah Faza mampu membuka hati Aric kembali...
Happy Reading 💜
Enjoy ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratu_halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 32
Tiga bulan sudah berlalu. Usia kandungan Faza sudah masuk tiga belas minggu. Perutnya mulai terlihat buncit. Faza duduk di kursi panjang di tepi danau. Setiap sore Faza di temani Bunda menikmati suasana tenang di sana.
"Za...." Bunda bersuara
"Iya, bun..." Jawab Faza menoleh sekilas lalu kembali menatap lurus ke arah danau..
"Bunda semalam menghubungi kedua orang tua Aric." Faza menoleh lagi, kali ini dengan dahi yang mengkerut...
"Ternyata Aric belum melayangkan gugatan ke pengadilan. Kata Mama nya, sampai sekarang pun Aric masih mencari kamu, Za.." Sambung Bunda Zilla membuat Faza kembali mengalihkan pandangan nya. Matanya mulai berkaca-kaca. Ada getaran hebat yang sulit Faza jelaskan dengan kata-kata.
"Meskipun belum melayangkan gugatan ke pengadilan, tapi Aric sudah menalak Faza, bun.. Bukankah sama saja ?!" Faza menatap langit untuk sesaat, menahan buliran bening jangan sampai jatuh membasahi pipi nya di depan bunda..
"Za, jika masih talak satu, itu bisa 'dibatalkan' atau di rujuk kembali dengan cara yang mudah selama masih dalam masa tunggu. Kamu kan sedang hamil, masa tunggu (iddah) kamu sampai melahirkan.."
"Bun.... Maaf, Faza nggak mau bahas ini. Faza mau fokus sama kehamilan Faza." Ucap Faza sambil mengusap perut nya dengan lembut
"Za... Mama Dian dan Papa Surya malam ini akan sampai."
"Maksud Bunda ?"
"Bunda dan Ayah memutuskan untuk memberitahu kebar kehamilan kamu ke mereka. Mereka berhak tahu karena mereka orang tua kamu juga, Za.. Mama Dian dan Papa Surya sangat menyayangi kamu seperti anak mereka sendiri.."
Faza terdiam. Benar. Faza sampai lupa pada kedua mertua nya, bahkan pada si kecil Alena.
"Ayo kita pulang sekarang, Za. Sudah gelap, nggak baik ibu hamil terlalu lama di luar menjelang magrib." Kata Bunda sembari membantu Faza untuk bangun
Menjelang malam, Pintu rumah di ketuk tiga kali. Faza dan kedua orang tua nya sedang berada di kamar mereka masing-masing.
Mbok Rum membukakan pintu.
"Maaf, cari siapa ya Bu ?" tanya Mbok Rim dengan sopan. Mbok Rum memang belum tahu akan kedatangan kedua mertua Faza, terlebih lagi Nyonya Besar nya alias Bunda Zilla lupa memberi pesan bahwa akan datang tamu.
Mama Dian tersenyum, "Saya mertuanya Faza.."
"Oh..Maaf, bu.. Mari silahkan masuk dulu.." Mbok Rum mempersilahkan kedua orang tua Aric serta Alena yang tertidur di gendongan Papa Surya untuk masuk ke dalam.
Mbok Rum segera memanggil ketiga majikan nya.
"Mama......" Faza tak bisa lagi membendung air matanya saat melihat Mama Dian sudah di depan mata.
Begitu juga dengan mama Dian yang langsung memeluk Faza dengan deraian air mata.
"Mama Kangen sekali dengan kamu, Za.." Kata mama Dian dengan suara tersendat-sendat karena menangis..
Papa Surya menyeka air matanya, Faza adalah menantu kesayangan mereka, tentulah Papa Surya juga merasakan kesedihan yang sama dengan yang di rasakan sang istri.
Cukup lama mereka berpelukan, dan kini ke lima orang itu sudah berada di ruang keluarga, sementara Alena sudah di pindahkan untuk tidur di kamar Faza.
Mama Dian duduk di samping Faza. Tak henti-hentinya Mama Dian mengucap syukur atas kehamilan Faza. Tangan nya terus bergerak mengusap perut Faza.
"Rencana nya Mama sama Papa akan disini sampai empat bulanan kamu, sayang. Mama juga mau ikut mempersiapkan acara demi kamu dan cucu pertama mama ini.."
Ya. Cucu pertama karena bayi yang di kandung Faza murni benih Aric. Tidak ada 'campur tangan' lelaki manapun di dalam nya.
Faza tersenyum, "Iya, mah...
"Ayo kita makan malam dulu, setelah itu istirahat. Jeng Dian sama Pak Surya pasti lelah kan setelah menempuh perjalanan jauh.."
"Iya, Jeng Zila. Saya tidak tahu kalau Jeng Zila dan Pak Ikhsan pinya rumah di daerah terpencil seperti ini."
Bunda Zila tersenyum lalu merangkul mama dian menuju meja makan. "Ini namanya strategi. Anak mu yang katanya hebat saja belum juga bisa menemukan kami, kan ?!"
Mama Dian tertawa lepas mendengar ejekan dari besan nya. Memang benar, daerah ini terlalu Asri hingga tak terbersit sedikitpun dalam benak Aric.
Setelah makan malam, Faza masuk ke dalam kamar nya bersama Mama Dian..
Tatapan kedua nya tertuju pada Alena yang masih tertidur pulas karena kelelahan.
"Kasihan Alena, Za... Semenjak Aric mengetahui kenyataan bahwa Alena bukanlah darah daging nya, Sikap Aric berubah. Mama juga nggak menyalahkan Aric sepenuh nya. Aric pasti sangat kecewa. Anak yang dia jaga dan rawat dari lahir. Apapun Aric berikan untuk Alena karena saking sayang nya Aric pada anak itu."
Faza mengangguk, "Bagaimana keadaan Mas Aric sekarang, Mah ?" tanya Faza pada akhirnya yang tak mampu lagi membendung rasa penasaran.
"Sangat menyedihkan. Mama juga menghukum dia dengan mogok bicara. Mama kasian sebetulnya, tapi mama terlanjur kesal sama anak itu."
Faza tersenyum sambil mengusap bahu Mama Dian..
"Za.... Mama nggak akan meminta kamu untuk kembali sama Aric. Mama juga tahu kamu pasti kecewa dan marah dengan keputusan Aric yang memulangkan kamu tanpa mendengar penjelasan kamu terlebih dahulu. Mama hanya berdoa semoga kamu selalu di lindungi dan selalu di kelilingi orang-orang yang baik meskipun tidak bersama anak mama lagi.."
Faza memeluk Mama Dian..
"Ma.. Faza masih sangat mencintai Mas Aric. Mas Aric adalah laki-laki satu-satunya setelah Ayah yang Faza cintai. Faza nggak bisa dan nggak akan pernah bisa mencintai pria lain lagi.. Faza kangen banget sama Mas Aric, mah.. Faza mau ketemu, tapi Ayah sepertinya nggak akan mengizinkan.." Faza menangis sambil memeluk mama Dian..
Mama Dian mengusap punggung Faza dengan penuh kasih sayang.
Setelah itu, Mama Dian mengeluarkan ponsel nya, menunjukkan foto terbaru Aric yang di ambil diam-diam oleh Papa Surya saat Aric datang kerumah.
"Mah... Kok mas Aric kurus banget.." Kata Faza saat melihat Aric dalam gambar. Raut wajah nya seperti tak punya lagi semangat hidup.
"Iya.. Mama juga sedih lihat Aric sekarang, Za.. Kayanya dia udah lupa cara menikmati makanan. Di rumah aja Aric nggak pernah lagi menyentuh makanan. Aric selalu menolak dengan banyak alasan kalau papa menawarkan makan.."
Faza menatap gambar Aric dengan perasaan sedih dan kasihan.
"Sepertinya hanya kamu yang bisa mengembalikkan Aric seperti dulu lagi.. Apalagi sekarang kamu sedang hamil, mama yakin kalau Aric tahu, pasti dia sangat bahagia.. Bisa-bisa dia mengadakan syukuran tujuh hari tujuh malam, Za..." Kekeh mama Dian membuat Faza ikut tersenyum dan mengiyakan..
Malam semakin larut, Mama Dian pun keluar dari kamar Faza untuk juga beristirahat di kamar tamu.
Mama Dian sudah mengirim beberapa foto Aric ke hape Faza, malam ini rasanya tidak terlalu Rindu seperti malam panjang yang di lalui Faza sebelumnya. Hanya dengan melihat Foto Aric, sedikit banyak bisa mengobati Kerinduan nya pada pria itu...
tolong kasih dia bangun ,biar menyadari kelakuan suaminya, yg merendahkan istri, dn wanita
kasih pelajaran apasi, faza budak laki
🤣🤣🤣
dgn kebaikan, preet ahh🤣
yg jelas bukan aku,yg mengirimkan nya