NovelToon NovelToon
TRANSMIGRASI KE ERA KOLONIAL

TRANSMIGRASI KE ERA KOLONIAL

Status: tamat
Genre:Time Travel / Dokter Genius / Romansa / Fantasi Wanita / Transmigrasi / Era Kolonial / Tamat
Popularitas:21.4k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Aruna Prameswari tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah dalam sekejap. Seorang dokter muda abad ke-21 yang penuh idealisme, ia mendadak terhempas ke abad ke-19, masa kelam kolonial Belanda di tanah Jawa. Saat rakyat tercekik oleh sistem tanam paksa, kelaparan, dan penyakit menular, kehadiran Aruna dengan pengetahuan medis modern membuatnya dipandang sebagai penyelamat sekaligus ancaman.

Di mata rakyat kecil, ia adalah cahaya harapan; seorang penyembuh ajaib yang mampu melawan derita. Namun bagi pihak kolonial, Aruna hanyalah alat berharga yang harus dikendalikan.

Pertemuannya dengan Gubernur Jenderal Van der Capellen membuka lembaran baru dalam hidupnya. Sosok pria itu bukan hanya sekedar penguasa, tetapi juga lawan, sekutu, sekaligus seseorang yang perlahan menguji hati Aruna. Dalam dunia asing yang menyesakkan, Aruna harus mencari arti keberadaannya: apakah ia hanya tamu yang tersesat di masa lalu, atau justru takdir membawanya ke sini untuk mengubah sejarah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 35. HADIAH

Udara malam yang mengalir dari jendela besar kamar Van der membawa aroma lembap angin malam yang samar. Tirai tipis berwarna gading berkibar lembut, sementara cahaya lampu minyak yang berdiri anggun di meja kayu menebarkan sorot keemasan, membuat bayangan di dinding bergetar pelan seperti napas rahasia. Di dalam kamar itu, keheningan terasa begitu pekat, hanya diselingi bunyi detak jarum jam antik yang berdiri di sudut ruangan.

Aruna berdiri kaku di dekat ranjang luas yang dipenuhi kain linen putih bersih. Ia masih diliputi keraguan yang aneh, tak percaya benar bahwa dirinya menerima undangan dari Van der untuk tidur bersama di kamar itu. Meski sudah mengenal lelaki itu cukup lama, undangan ini bagai sebuah garis tipis yang mengguncang jantungnya. Bukan sekadar karena kedekatan fisik yang ditawarkan, melainkan karena makna dari kebersamaan itu sendiri: kepercayaan, kerentanan, dan mungkin sesuatu yang jauh lebih dalam dari sekadar rasa suka.

Van der, dengan tubuh jangkung dan aura yang selalu memancarkan wibawa, tengah berdiri di hadapan sebuah koper besar berwarna hitam pekat yang tampak asing di ruangan bergaya klasik tersebut. Kilatan cahaya lampu minyak membuat permukaan koper itu berkilau samar. Senyum tipis bertengger di bibir lelaki itu, senyum yang selalu mampu membuat dada Aruna bergetar tanpa alasan jelas.

"Aku ingin kau melihat sesuatu, Aruna," ucap Van der dengan suara berat namun lembut. Ia mendorong koper itu beberapa langkah lebih dekat ke arah gadis itu, suaranya bagai ajakan yang tak bisa ditolak. "Ini bukan sekadar benda, melainkan sesuatu yang kurasa akan berarti besar bagimu."

Aruna mengerutkan kening, pandangannya jatuh pada koper besar yang seolah menyimpan misteri. "Apa ini?" tanyanya, nada suaranya tak mampu menyembunyikan rasa ingin tahu yang memuncak.

Van der tidak menjawab langsung. Lelaki itu justru melangkah mendekat, berdiri di sisi Aruna, menunduk sedikit agar wajahnya sejajar dengan tatapan sang gadis. "Buka saja, kau akan mengerti," bisiknya, dan senyuman itu, senyuman yang bagai matahari di balik kabut kini menghiasi wajahnya.

Dengan ragu-ragu, Aruna menunduk dan meletakkan tangannya di atas pengait logam koper itu. Jantungnya berdetak tak beraturan, entah karena rasa gugup atau karena kehadiran Van der yang begitu dekat. Suara klik terdengar ketika pengait itu terbuka, lalu perlahan ia mengangkat tutup koper tersebut.

Sekejap, udara dalam kamar seperti berhenti berputar. Mata Aruna membelalak lebar, napasnya tercekat di tenggorokan ketika melihat isi dari koper itu, hal yang tidak pernah ia duga akan lihat di zaman ini.

Di dalam koper itu tersusun rapi seperangkat peralatan medis yang begitu asing, begitu modern untuk tahun 1819. Ada pisau bedah dari baja berkilat yang tampak jauh lebih halus daripada yang pernah ia miliki di zaman ini, alat penjepit, jarum dengan desain yang tak biasa, hingga stetoskop kayu ramping, benda yang bahkan hanya pernah ia dengar samar dari kisah-kisah tabib keliling yang membawa kabar dari Eropa. Di antara semua itu, ada pula botol kaca kecil dengan label rapi, dan instrumen lain yang nyaris tak bisa ia kenali, seolah datang dari masa depan.

"I-ini sungguh ...," suara Aruna nyaris bergetar. Jari-jarinya yang mungil menyentuh hati-hati gagang besi yang berkilau, seakan takut bila benda itu lenyap begitu saja bila disentuh terlalu keras. "Ini mustahil ada di sini. Aku bahkan hanya mendengar istilah dokter disebut-sebut oleh bangsawan yang kembali dari perjalanan jauh. Bagaimana mungkin-_

Van der meletakkan tangannya yang hangat di pundak Aruna, membuat gadis itu terdiam. Tatapan matanya lembut, namun menyimpan kebanggaan terselubung. "Itu hadiah untukmu. Aku tahu betapa besar cintamu pada ilmu pengobatan. Kau lebih dari sekadar tabib biasa, Aruna. Kau sudah melampaui mereka, bahkan tanpa memiliki semua ini. Maka aku ingin kau memilikinya. Dengan peralatan ini, kau bisa menolong lebih banyak orang lagi, dan mungkin mengubah nasib mereka," ucapnya pelan.

Aruna mengangkat wajahnya, menatap Van der dengan mata berkaca-kaca. "Hadiah untukku?"

Van der mengangguk. "Aku memintanya langsung dari seorang dokter di Britania. Itu sebabnya beberapa hari terakhir aku jarang terlihat. Aku pergi ke pelabuhan utama untuk mengambil koper ini. Butuh tenaga dan waktu untuk memastikan semuanya sampai dengan selamat. Dan kini, semua ini adalah milikmu."

Aruna terdiam, bibirnya bergetar menahan rasa haru yang mendesak keluar. Ia tak pernah menyangka, tak pernah berani bermimpi, bahwa suatu hari ia bisa menyentuh alat-alat medis yang begitu maju di zaman ini. Selama ini ia hanya mengandalkan pisau kecil, ramuan herbal, dan pengalaman dari uji coba panjang yang seringkali penuh resiko. Kini, di hadapannya terbentang kesempatan baru, jendela lebar menuju masa depan yang tak pernah ia bayangkan.

Tanpa sadar, rasa haru menghangatkan hati Aruna. Ia menutup koper itu perlahan, lalu berbalik dan langsung memeluk Van der dengan erat. Tubuhnya bergetar, bukan karena takut, melainkan karena rasa syukur yang begitu besar.

"Terima kasih, Tuan," bisiknya, suaranya serak namun sarat ketulusan. "Aku tak tahu bagaimana membalas ini, aku tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya."

"Ingat kataku untuk memanggilku dengan sebutan apa saat kita berdua? Aku ingin mendengarnya," pinta Van der.

"Alexander," ucap Aruna lembut.

Van der terdiam sejenak, sebelum akhirnya kedua lengannya melingkari tubuh Aruna, membalas pelukan itu dengan hangat. Senyum lebar merekah di wajahnya, senyum penuh kemenangan dan cinta. Ia bisa merasakan bagaimana tubuh gadis itu begitu rapuh namun juga begitu berharga di dalam pelukannya. Bagaimana Aruna menyebut namanya langsung membuat Van der semakin candu dengan kehadiran gadis ini.

Namun, perlahan senyum itu memudar. Ada sesuatu yang menusuk dadanya, sesuatu yang tak bisa ia ungkapkan. Sebuah fakta yang baru saja ia dapatkan tentang Aruna. Mata Van der sedikit meredup, dan ia menarik napas dalam, seolah sedang berjuang melawan kenyataan yang ingin ia tolak. Ia menatap rambut Aruna yang terurai, merasakan kelembutan tubuhnya, dan mendadak sebuah rasa takut menyergap: rasa takut kehilangan.

"Kumohon, tetaplah di sisiku, Aruna. Aku tidak bisa tanpamu. Akan kulakukan apa pun, kuberikan apa pun asal kau tetap bersamaku. Aku hanya meminta itu," ucap Van der dengan nada khawatir.

"Aku akan selalu berada di sisimu," janji Aruna tanpa ragu.

Van der mengeratkan pelukannya, seakan berusaha menahan agar waktu tak merebut gadis itu dari sisinya. Bibirnya bergerak pelan, menyusuri leher jenjang Aruna dengan kecupan penuh kasih, seolah ingin mengukir janji abadi di sana.

"Aruna," bisiknya nyaris tak terdengar, seakan namanya sendiri adalah doa yang ia takutkan akan hilang bila ia lepaskan.

Van der benar-benar tidak ingin melepaskan pelukannya. Sebuah fakta yang ia dapatkan malam ini justru untuk pertama kalinya membuat Van der takut. Seharusnya ia senang memberikan hadiah ini kepada Aruna, tapi entah kenapa karena satu perkataan dari kenalannya di Britania, membuat Van der menyadari fakta yang tidak ingin ia yakini. Fakta dimana ... mungkin waktu akan mengambil Aruna dari sisi Van der.

1
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
massa sih sudah tamat thorrr😭😭😭😯😯😶😶😶
Archiemorarty: Sudah selesai kakak 🥰
total 1 replies
gaby
Smoga segere naik ke jenjang pernikahan & awet sampai maut memisahkan. Jangan kaya org jaman Now, pacarannya lama bgt, nikahnya cm seumur jagung. Ada jg yg pacaran bertahun2 tp nikahnya sm yg lain/Grin//Grin/
Ai Emy Ningrum: pacaran bertahun-tahun tp nikah nya sama yg lain..jagain jodoh org itu mah jd nya 😋
total 1 replies
Ita Xiaomi
Menegangkan. Benar-benar di bawah tekanan situasi.
gaby
Lukisan inilah jawaban atas bab 1. Yg mana ada wanita tua keturunan Eropa yg menyebut Aruna mirip denganNya. Ternyata maksud dr Dengannya adalah mirip wanita dlm lukisan tua berumur 2abad
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑: iya benar baru ingat aku 😯😯😭
total 2 replies
Ita Xiaomi
Terharu.
Ita Xiaomi
Aku ikut deg-degan berasa ikut ada di sana.
gaby
Kira2 hal apa aja yg di alami Vander ketika di tarik kembali ke Eropa di jaman dulu?? Umur brp Vander wafat?? Ksian kalo wkt itu Vander wafat di usia tua, brarti dia ngerasain penderitaan dtinggal Aruna lama bgt. Kalo Aruna mah enak, cm beberapa bln bangkit dr koma, langsung ketemu Vander lg
Archiemorarty: Di sejarah aslinya Van der meninggal diusia 65 tahun
total 1 replies
gaby
Kalo Alexander bukan di tarik waktu tp bereinkarnasi, brarti Vander yg di jaman dulu nikah dgn wanita lain lalu pny anak dong lalu beranak pinak hingga ke zaman Aruna. Apakah Vander mencintai istrinya di zaman itu??
Archiemorarty: Konsep reinkarnasi banyak kakak, ada yang kayak kakaknya bilang, di cina juga ada reinkarnasi yang dikelahiran selanjutnya mereka nggak ada sangkut pautnya sama diri mereka sebelumnya, bahkan ada yang jadi hewan. Reinkarnasi itu tentang jiwa yang terlahir kembali di tubuh yang baru dan nggak selalu terikat ada hubungan darah, kurang lebih begitu kak 🥰
total 3 replies
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
aduh cerita kan Van der di masa lalu dong 😭😭
gaby: Stuju
total 1 replies
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
ah gimana gimana, Van der ke masa depan kah?
gaby
Y ampuun nggantungnya tepat banget di bagian yg bikin penasaran. Siapa tuh td di bagian terakhir/Sob//Sob/
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
bagaimana keadaan Van der dan Batavia ya 😭😭
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
nangis banget aku baca nya 😭😭, se cinta itu Van der terhadap Aruna😭😶
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
huuuuwaaaaaaa Aruna 😭😭😭😭, kesihan Van der 😭😭😶😶
Archiemorarty: pas nulisnya juga othor nangis /Cry/
total 1 replies
gaby
Kasian Van der, kalo Aruna mati seenggaknya dia bisa mengantarnya sampai pemakaman & berkunjung ke makan setiap saat. Tp kalo Aruna menghilang, apa yg mau di kenang?? Aruna ga meninggalkan keturunan buat menemani Vander. Bahkan sekedar poto pun buat kenangan ga ada
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
huwaaaaa Arunaaa😭😭😭😭
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
apakah mereka akan berpisah? 😭😭😶
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
sedih banget baca nya 😭😭
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
sedih banget baca nya 😭😭😭
RJ §𝆺𝅥⃝©💜🐑
plisss berikan mereka anak 😭😭💪💪😄
Archiemorarty: Ehhh /Chuckle/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!