 
                            Rossa memeiliki suami yang selalu berpihak kepada keluarganya  karena dia satu-satunya lelaki dalam keluarganya
Dirinya selalu merasa tersisihkan manakala ipar dan mertuanya selalu berusaha memonopoli suaminya dari segala sisi baik keuangan maupun perhatian, 
Dia beruntung dibalik sikap mertua dan ipar bak Seorang madu untuknya, suaminya akhirnya sadar dengan semua perbuatannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Ratih hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya yang tidak pernah berubah.
"Ibu jahat sama aku, kalian semua jahat". Teriak Farah keluar dari rumah itu dengan bantingan pintu yang sangat keras.
Dia mengusap dadanya dan memijat kepalanya yang terasa sangat pusing.
Fani yang berada di kamarnya langsung keluar begitu mendengar bantingan pintu itu dan menatap sang ibu yang tengah memijit pelipisnya kemudian menatap kepergian sang kakak
"Dasar kakak edan, kerjanya hanya bisa menyusahkan orang saja, dasar menyebalkan". Ucapkanlah nya dengan jengkel.
"Sudahlah, lebih baik kamu masuk kamarmu jangan bikin ibu tambah pusing".
Fani tidak menjawab tapi kembali masuk kedalam kamarnya mengikuti perkataan sang ibu tanpa protes. Dia tidak mau membuat ibunya tambah pusing karena dia membuat keributan.
Terjadi keheningan diruangan itu, Ratih hanya terduduk lelah, dia baru menyadari jika selama ini Fatan lah yang menopang hampir sebagian besar hidup mereka terutama dirinya dan juga Fani.
Dan sekarang anak lelakinya itu seolah membatasi dirinya untuk menguasai segalanya seperti dulu, entah bagaimana bisa anaknya itu berubah drastis seperti itu.
"Bagaimana yah caranya aku bisa mengendalikan Fatan lagi, aku sangat pusing dengan semua ini". Ucapnya dalam hati.
Farah yang sampai dirumahnya kini mengamuk, dia masih memegang uang tapi dia sangat sayang untuk mengeluarkan nya, dia selalu mengambil barang ditoko sembako Fatan selama ini, jadi untuk semua yang berada di rumah nya itu stok nya aman karena ditopang dari sana tapi sekarang semuanya sudah berubah, dia tidak bisa lagi melakukannya.
"Sialan kalian semua, kalian semua tidak berguna". Umpatnya kasar.
Dia lupa jika dialah manusia yang tidak berguna selalu menyusahkan orang.
Kadang kesalahannya sendiri tidak dia sadari tapi kesalahan orang seolah sangat besar.
" Aku akan kerumah mas Pras, aku tidak mungkin diam saja jika dia tinggal disana, dia pasti dapat pengaruh buruk dari ibunya". Kesalnya.
Dia segera keluar kembali menuju rumah mertuanya, dia lupa jika untuk sementara waktu suaminya tidak ingin bertemu dengannya.
Sesampainya disana, dia langsung menyelondong masuk tanpa memberi salam, semua yang ada didalam sana menoleh dan menatap tidak suka kepadanya karena tidak memiliki rasa sopan sama sekali.
"Apa orangtua mu tidak mengajarkan sopan santun padamu sampai kau masuk kedalam rumah orang tanpa mengucapkan salam seperti pencuri?". Sang kakak ipar bernama Larasati itu menatapnya tajam.
Suaminya memang memiliki satu saudara perempuan dan mereka tinggal bersama ibu mertuanya karena ayah mertuanya sedang sakit.
Mertuanya bernama Siska itu kini menghela nafas kasar, dia sangat menyayangkan pilihan anaknya itu, tapi mau tidak mau dia harus menerimanya karena anaknya sangat mencintai istrinya itu, dia sungguh tidak senang dengan tingkah laku Farah yang selalu seenaknya pada orang lain, entah bagaimana cara orangtuanya mendidiknya.
"Nak Farah silahkan duduk, lain kali kalau masuk rumah orang lain sebaiknya kamu menyampaikan salam agar orang didalam rumah tahu kamu datang, jangan sampai mereka salah bertindak karena pikir kamu pencuri, kamu paham??". Ucapnya dengan lembut dan juga tenang.
Farah hanya tersenyum kikuk dan tersenyum paksa mendapatkan teguran dari mertuanya.
"Maaf ma, lain kali aku akan salam, tadi aku dengar banyak orang jadi aku langsung masuk saja". Ucapnya cengegesan.
Sedangkan iparnya itu mendelik tajam kepadanya, beruntung karena ibunya baik dan sabar serta penyayang, jadi tingkah Farah bisa ibunya maklumi.
"Mau apa datang kesini?? ". Tanya Larasati dengan ketus.
Mendengar suara sang anak yang kesannya tidak sopan pun akhirnya ditegur oleh Siska.
"Laras tidak boleh ngomong begitu, biar bagaimanapun dia juga keluarga kita, dia adik ipar kamu nak". Tegurnya dengan lembut.
Laras yang ditegur oleh sang ibu hanya mendengus kasar, dia sudah tahu permasalahan yang terjadi pada adiknya karena semalam Pras sang adik menceritakan semuanya.
"Aku hanya ingin menjenguk bapak dan melihat keadaan mas Pras dan anak-anak ma, sekalian bawah sedikit bingkisan ini untuk mama". Ucapnya pelan.
Hubungannya memang tidak terlalu dekat tapi juga tetap terjalin baik sebatas biasa saja jadi tidak ada salahnya dia mendapatkan dukungan dari mertuanya.
"Dapat uang darimana kamu??, bukannya uang tabungan kalian habis karena ulahmu yang berbuat seenaknya pada adikmu itu??". Sindir sang kakak ipar dengan sarkas.
Sang ibu hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam, anak perempuan dan menantunya itu memang tidak pernah cocok sejak dulu, entah karena apa.
"Apa sih kak, itu seperti nya bukan urusan kakak, itu urusan rumah tangga ku, kok kakak malah ikut campur sih?? ". Sungut Farah tidak terima.
Siska yang sejak tadi diam kini menatap keduanya dengan sendu dan setengah kesal karena mereka tidak bisa akur sejak tadi.
"Sudah, sudah". Tegur Siska menghentikan perdebatan keduanya.
Mereka berdua sambil melempar tatapan tidak suka terutama Farah, dia paling tidak suka ada yang mencampuri urusannya apalagi kakak ipar yang paling dia tidak suka.
Siska kini menatap menantunya itu dengan tatapan teduh khas seorang ibu yang baik dan sabar.
"Nak Farah, Mama dan keluarga bukan ingin ikut campur dengan permasalahan apapun di keluargamu, hanya saja tindakanmu itu tidak baik dan tidak pantas nak, kamu sudah menikah, seluruh nafkah lahir bathin itu adalah tanggung jawab putra ibu si Pras, bukan adik mu, dia hanya pantas memberi ibu dan adikmu karena belum menikah, sedangkan kamu sudah menikah itu beda cerita".
Melihat Farah ingin menyela perkataan nya, Siska mengangkat tangannya agar Farah diam, melihat itu Farah menghentikan aksinya.
"Mama kasihan pada adik kamu jika seandainya Pras tidak punya uang menggantinya, dia akan bangkrut dan tidak punya dana untuk menghidupi anak dan istrinya begitu juga ibu dan adikmu, sebelum bertindak harusnya kamu sadar diri".
"Perbuatanmu itu menyusahkan semua orang, jangan terlalu egois dan memikirkan dirimu sendiri, andai itu milikmu, kamu kasih bangkrut juga tidak masalah, mama sangat kecewa dengan sikapmu itu".
"Mah". Sanggahnya cepat.
Siska menggelengkan kepalanya tanda masih menyuruh Farah diam dan tidak menyela ucapannya.
"Jika kamu tidak merubah sikapmu, anak mama juga tidak akan tahan nak, dia itu manusia biasa, kamu menghancurkan harga dirinya sebagai seorang suami, sikapmu seperti itu seolah mengatakan jika anak mama tidak menafkahi kamu secara layak sehingga kamu menipu adikmu dan berbuat seenaknya, jadi kalau kamu masih mau rumah tanggamu baik-baik saja hentikan sifat dan sikapmu, Mama akan mendukung Pras menceraikan kamu kalau kamu tidak berubah".
Farah menunduk dan mengepalkan tangannya, dia ingin membantah mertuanya tapi mendengar ancaman itu membuatnya ketakutan setengah mati.
"Pikirkan baik-baik Nak Farah, mama tidak mau anak mama menderita hidup dengan perempuan yang menginjak-injak harga diri suaminya, jadi pikirkan perkataan mama".
sekarang sudah tau kan tindak tanduk kakak & ibumu... kasih ketegasan dong fatan. jangan menyudutkan rossa apalagi rani sering sekali di bully oleh keponakanmu... jangan buat mereka makin tertindas harusnya kamu bisa melindunginya...