Kisah tragis harus dialami oleh wanita bernama Bilqis Adara Alkyara Putri, disaat usianya yang masih berusia 20 tahun ia harus menerima kenyataan pahit, hidupnya hancur akibat ulah kekasih dan Sandra Oktaviani, wanita yang sudah ia anggap sudah seperti saudara kandungnya sendiri.
Mengandung darah daging dari Lelaki bernama Rahendra Wijaya, tapi nasib malang menghampiri wanita itu sadar sang kekasih tak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya, dibenci bahkan tak dipedulikan keluarga akhirnya wanita itu memilih pergi meninggalkan kota dimana ia dilahirkan.
Memutuskan menetap dan memulai kehidupan baru di kota ( J ) siapa sangka ia dipertemukan dengan sesosok nenek yang sangat baik sudah menganggapnya seperti cucu kandungnya sendiri.
Tak hanya bertemu nenek, ia juga bertemu Elgar Kenanndra Putra, lelaki menyebalkan yang siapa sangka ia cucu kandung dari nenek tersebut.
Akankah cinta Adara akan berlabuh pada Elgar, ataukah malah bersatu kembali dengan Hendra?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 [ Akankah Mereka Terbebas? ]
SATU HARI KEMUDIAN
Dilain sisi Elgar dan Adara hanya termenung meratapi nasib berharap ada seseorang yang bakal menemukan keduanya. Duduk tanpa beralas, yang keduanya lakukan hanya memandang lautan megah memerhatikan adanya seseorang yang menyadari akan keberadaannya.
"Sampai kapan kita akan terus terjebak disini? Kita sudah satu harian, minum seadanya bahkan untuk makan kita hanya menahan perut dari rebusan tumbuhan liar, aku sungguh ingin makan ayam goreng, ayam bakar pastinya itu akan sangat lezat, bukan?"
Elgar berkata dan menyuarakan kegundahan hatinya, sedangkan Adara ia hanya tersenyum tipis.
"Anda lemah!"umpat Adara pada Elgar, berbalik Elgar beranjak bangkit tak terima atas perkataan gadis disampingnya ini.
"Apa maksudmu? Kamu mengatai ku kalau aku lemah?"tegas Elgar tak terima.
"Iya anda lemah! Baru satu hari tidak makan enak langsung mengeluh layaknya habis ini anda tidak akan pernah memakan makanan enak yang bakal anda santap lagi! Apakah anda tidak memikirkan kondisi para gelandangan? Anak jalanan. Bahkan anak yatim piatu yang sudah sedari kecil ditinggalkan oleh kedua orang tuanya?
Apakah kamu tidak iri mereka kuat yang setiap harinya hanya makan apa yang ada, tak peduli sekalipun itu mengambil dari tempat sampah! Jika hari ini mereka menemukan makanan sisa, menurut mereka itu sudah jadi rasa syukur mereka hari itu diberi rezeki bisa menyantap makanan itu. Sedangkan anda Tuan Elgar Kenanndra Putra? Apakah anda bisa menjelaskan nikmat apa yang sudah anda syukuri?"
Keduanya kini saling bertatapan, mengerti maksud Adara, wajah memelas Elgar sekaligus penyesalan ia tunjukkan, benar nyatanya rasa bersyukur masih belum Elgar syukuri sampai detik ini.
Biarpun ia bergelimang banyak harta tidak pernah sedikitpun ia teringat akan penderitaan yang dirasakan para anak jalanan yang sedari kecil hidupnya terlunta-lunta.
Elgar termenung memikirkannya ia tau kondisi mereka diluar sana lebih menyakitkan ketimbang dirinya.
Kembali duduk tanpa membalas tak se'ucap kata Adara lontarkan lagi, sekali ia tersenyum miring, ia lalu memandang keindahan lautan yang amat indah bisa mencuci mata.
Sudah satu harian keduanya terjebak dalam pulau terpencil ini. Pasrah, mengharapkan keajaiban datang bagi orang yang bisa mengetahui keberadaannya, keduanya termenung memandang luasnya laut berharap ada kapal nelayan yang melihat.
Seakan-akan sudah pasrah, mata indah keduanya terbuka lebar melihat perahu tidak terlalu besar menunjukkan tanda-tanda menuju kearahnya.
Senyum merekah keduanya tak luput hadir, namun kebahagiaan itu berubah setelah ia menyadari bukan hanya satu, tapi banyak perahu kecil yang datang secara bersamaan.
"Ini ...apa yang telah terjadi? Apakah mereka sungguh penolong kami?"seru Elgar tak mengerti.
Tak lama terdengar suara kegaduhan mereka setelah langkah kaki mereka menginjakkan pasir ini. Layaknya ada seseorang yang sedang berdemo mulai menghampiri arah tempat dimana mereka berada.
Suara kegaduhan dan teriakan semakin terdengar sangat kencang mengejutkan keduanya apa yang sebenarnya terjadi.
Suasana yang tadinya sunyi tiba-tiba suara kegaduhan tambah semakin muncul. Banyaknya para warga yang mengerubungi tempat ini menajamkan sorot mata Adara dan juga Elgar yang masih tak paham dengan situasi saat ini.
"Dasar tukang kumpul kebo! Apa yang kalian lakukan ditempat ini? Apa kalian habis bermalam indah dan mengotori kampung kami?"
Kata-kata bahkan tuduhan yang dilayangkan bertubuh kekar itu .
"Ini ada apa? Kenapa malah jadi ramai gini, ada apa?"tanya Adelia panik.
"Kalian ini kalau mau berzin4 jangan ditanah kami! Kampung kami jadi kotor karena ulah kalian! Cepat bawa mereka, kita nikahkan sekarang!"
"Apa? Apa maksud kalian siapa yang berzina? Jangan asal menuduh kalau tidak ada bukti siapa yang berzina? Kami hanya korban yang terdampar!"seru Elgar.
"Punya bukti apa jika kalian tidak berzina? Bermalam berdua disini apalagi lagi dalam keadaan hujan tadi malam? Apa mungkin tidak ada hal lain yang telah kalian lakukan?"seru warga lain ikut menuduh.
"Kami berani bersumpah kami tidak pernah melakukan tindakan sebodoh itu! Kami mohon percayalah pada kami!" bela Adara mencoba menenangkan mereka.
"Dimana-mana yang namanya penjahat tidak akan ada yang pernah ngaku! termasuk kalian yang sudah berzina! Cepat! Untuk apa kita harus percaya dengan tipuan dan pembelaan kalian. Sudah kita nikahkan saja mereka biar tidak jadi aib dikampung ini, ayo cepat kita nikahkan mereka."
Sorakan kembali menggema, para warga mencengkram pergelangan tangan Adara dan juga Elgar, para warga memaksanya untuk berjalan biarpun secara paksa.
"Tidak! Kita tidak akan pernah mau menikah! Apa yang dikatakan olehnya memang benar! Ini hanya kesalahpahaman!" kata Elgar berusaha menjelaskannya.
Diseret tubuh keduanya dengan paksa, dipaksa menaiki perahu kecil, tak memiliki pilihan mereka hanya ikut menuruti.
*****
Sudah berhasil dibawa dan dikeluarkan di pulau tempat mereka terdampar. Mereka kini sudah berada ditengah-tengah masyarakat yang bisa dikatakan jauh dari arti moderen.
Rumah bahkan atap dedaunan dari pohon kelapa kering meyakinkan mereka jika mereka telah berada ditempat dan wilayah yang tidak aman!
Diarak secara bersamaan, ditempatkan dibawa disalah satu kerumunan orang-orang yang siap menikahkan mereka, wajah ketakutan keduanya kian tak terkendali.
"Kampung kita akan terkena musibah jika keduanya tidak segera kita nikahkan! Ingat, dulu pernah terjadi kejadian seperti ini? Kami lalai dan menganggap remeh tidak menikahkan dan apa yang terjadi selanjutnya? Kalian masih ingat kan?"
Salah satu warga ikut-ikutan memanaskan suasana kian semakin gaduh.
"Iya, kampung ini banjir besar! Mereka telah membuat aib di desa kami, pokoknya apapun yang terjadi kalian harus menikah tepat dihadapan kami, mau tidak mau kalian harus kita nikahkan."
"Tunggu apalagi cepat nikahkan mereka!"perintah salah satu Warga.
"Apa ini? Kenapa nasibku malah jadi seperti ini? Kenapa aku harus menikah dengan seseorang yang sama sekali tidak aku cintai?"
Adara membatin, hatinya hancur impian yang selama dambakan sudah harus ia pendam sadar kesempatan itu tak akan mungkin tercapai.
JANGAN LUPA LIKENYA YA 🥰 🥰 🥰
BERSAMBUNG