NovelToon NovelToon
Bayangan Si Cupu Tampan

Bayangan Si Cupu Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Taufik

Di balik kacamata tebal, kemeja kusut, dan sepatu bolongnya, Raka Arya Pratama terlihat seperti mahasiswa paling cupu di kampus. Ia dijauhi, dibully, bahkan jadi bahan lelucon setiap hari di Universitas Nasional Jakarta. Tidak ada yang mau berteman dengannya. Tidak ada yang peduli pada dirinya.

Tapi tak ada yang tahu, Raka bukanlah mahasiswa biasa.

Di balik penampilan lusuh itu tersembunyi wajah tampan, otak jenius, dan identitas rahasia: anggota Unit Operasi Khusus Cyber Nusantara,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bisik kampus

Pagi itu, Universitas Nasional Jakarta gempar.

Grup chat mahasiswa penuh dengan pesan berantai, video, dan screenshot berita dari berbagai portal online. Judul-judul berita menohok seolah sengaja ditulis untuk menampar harga diri seseorang yang selama ini begitu tinggi.

> "Anak Pejabat Tertangkap: Riko Sentosa Ditahan atas Dugaan Penculikan, Penganiayaan, dan Percobaan Pemerkosaan!"

"KPK Tangkap Pejabat Kementerian Terkait Proyek Kampus—Anak Juga Terlibat Kriminal!"

Mahasiswa Fakultas Ekonomi, tempat Riko tercatat sebagai mahasiswa aktif, langsung membludak pembicaraannya.

> [FakEkonomi2021]: “INI GILA. Baru semalem gue liat dia di parkiran, sekarang jadi headline.”

[UNJ Umum]: “Liat videonya deh. Dikasih blur tapi jelas banget itu Riko.”

[Anak FIK]: “Emang dasar psikopat tuh bocah. Untung aja ceweknya selamat.”

Dalam sekejap, dua video viral menyebar ke seluruh penjuru kampus.

Video pertama, memperlihatkan rumah mewah di kawasan elite Jakarta yang digerebek oleh tim Komisi Pemberantasan Korupsi. Pria paruh baya berbadan tambun, mengenakan batik mahal dan wajah penuh keringat dingin, digiring keluar dengan borgol. Itu ayah Riko, salah satu pejabat tinggi di Kementerian Pendidikan.

Suaranya terdengar samar di balik keributan:

> “Saya bisa jelaskan, tolong, ini hanya salah paham!”

Tak ada yang peduli.

Video kedua, lebih brutal.

Gudang tua di pinggiran kota digerebek dini hari. Para tersangka digiring keluar satu per satu—semuanya dalam kondisi babak belur. Di antara mereka, satu wajah tampak paling jelas walau sudah berusaha ditutupi dengan hoodie dan masker. Riko Sentosa. Wajahnya bengkak, bibir sobek, dan tangan diborgol rapat.

Menurut keterangan polisi:

> “Tersangka Riko Sentosa diduga terlibat penculikan terhadap seorang mahasiswi, serta percobaan pemerkosaan dan penganiayaan berat. Saat ditemukan, korban dalam kondisi trauma dan mengalami luka fisik. Penyelidikan menunjukkan bahwa ini bukan kali pertama Riko melakukan tindakan serupa, namun baru kali ini berhasil dibawa ke ranah hukum.”

Kampus mendidih.

Suara-suara yang selama ini hanya berani berbisik kini menyeruak terang-terangan:

> “Gue udah curiga dari dulu, tapi dia anak pejabat, siapa yang berani lawan?”

“Gue pernah lihat dia maksa cewek di lorong belakang kampus.”

“Jangan-jangan yang lain juga banyak yang bungkam karena takut…”

Para dosen terkejut. Ada yang hanya bisa geleng-geleng kepala, ada yang marah karena merasa dibohongi sistem.

Namun tak satu pun berita menyebut siapa penyelamat korban.

Raka, yang sejak pagi duduk diam di bangku kelas, hanya sesekali membuka ponsel. Tak satu pun ia buka grup kampus. Tak satu pun ia baca komentar yang berseliweran tentang "sosok misterius yang menyelamatkan sang korban".

Ia sudah minta kepada pihak kepolisian agar identitasnya tidak dicantumkan dalam berita atau laporan publik

.

.

Di tengah gemparnya kampus pagi itu, sebuah suara mesin tua meraung pelan di area parkir Fakultas Ilmu Sosial.

Semua mata yang tadi terpaku ke layar ponsel, kini berpaling ke arah suara itu.

Sebuah Vespa hijau kusam, catnya sudah mengelupas di beberapa sisi, meluncur pelan ke halaman parkir mahasiswa. Meski tua dan sedikit batuk-batuk saat distarter, motor itu dikenali banyak orang.

> “Itu... Raka?”

Benar. Raka Arya Pratama.

Dengan rambut acak-acakan, hoodie lusuh, dan kacamata bulat besar yang sedikit miring, ia tampak kembali ke perannya semula: mahasiswa culun yang tak banyak bicara.

Namun kali ini, ada satu hal yang membuat semua mata sulit berkedip.

Gadis yang duduk di boncengan belakang.

Cheviolla.

Bahkan dalam pakaian kasual—jeans, jaket krem, dan ransel kecil di punggung—auranya tetap memancarkan pesona seorang bintang. Sinar matanya tenang, wajahnya teduh, namun ada kilatan ketegasan yang tak semua orang bisa pahami.

Tangannya melingkar santai di pinggang Raka sepanjang perjalanan, dan bahkan saat turun dari motor, ia tetap berdiri di samping Raka dengan ekspresi tenang dan penuh keyakinan—seolah ia tak peduli tatapan seluruh kampus yang kini menancap ke arah mereka.

> “Mereka pacaran?”

“GILA. Itu Cheviolla, kan? Yang waktu itu dibilang korban penculikan?”

“DIA DIBONCENG RAKA?? Naik vespa tua itu?”

“Cinta buta banget sih…”

“Eh, jangan-jangan Raka yang nyelametin dia?!”

“Nggak mungkin. Mana mungkin culun kayak dia bisa—eh… tapi kenapa mereka jadi nempel begini?”

Raka tak berkata apa pun.

Ia hanya memarkirkan vespa tua itu di tempat biasanya, melepas helmnya, lalu membetulkan sedikit tali tasnya yang miring. Di belakangnya, Cheviolla tersenyum tipis dan mengangguk sopan ke arah beberapa mahasiswa yang mematung seperti melihat hantu.

Seseorang berbisik pelan.

> “Kenapa dia… kayak gak trauma sama sekali?”

“Apa karena dia udah merasa aman sekarang?”

“Atau… karena Raka?”

Tak ada yang tahu pasti. Tapi satu hal yang jelas—Raka bukan lagi bayangan tak terlihat di koridor kampus.

Kini, di tengah sorotan yang membara terhadap kasus Riko dan ayahnya, sosok Raka justru mulai menjadi teka-teki lain yang menggantung di udara.

Dan di sisi kirinya, Cheviolla berjalan dengan tenang, seolah hanya pria bernama Raka Arya Pratama inilah yang pantas ia percayai, bahkan di saat dunia mereka sedang runtuh.

.

Raka melirik ke samping.

“Nanti hari Jumat kan kita ke Surabaya,” ucapnya pelan. “Aku udah pesen tiket, tapi…”

Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

> “Tapi tadi pagi aku mikir… gimana kalau kita naik mobil aja dari Jakarta? Kayaknya seru.”

Cheviolla mengangkat alis. “Naik mobil? Kau yakin? Berapa jam itu?”

“Ya… lumayan,” Raka nyengir. “Tapi kan bisa sambil denger lagu, mampir-mampir makan enak. Kayak road trip.”

Cheviolla mengangguk kecil. “Terdengar menyenangkan… kalau kita punya waktu.”

Raka menghela napas, lalu menatap langit yang cerah. “Tapi kalau dipikir-pikir, itu ide buruk sih. Capek. Kita naik pesawat aja deh.”

Cheviolla tersenyum kecil. “Kau baru sadar? Tapi terima kasih sudah mikirinn opsi paling melelahkan.

Raka terkekeh pelan. “ Tapi Romantis, coba bayangin kita jalan jauh naik Avanza tua ke Surabaya kan keren tu …”

“Aku nggak protes,” sahut Cheviolla ringan.

.

Bagus jika begitu kita bisa ke Surabaya menaiki becak.. ucap raka dengan wajah polos tanpa dosa.

"Deal, kamu yang mengayuh aku duduk di depan,

"Ah apa yang baru saja aku katakan, aku tidak ingat, tolong sepertinya aku gagar otak dan terkontaminasi amnesia,

.

Cheviolla pun memandang raka seperti orang idiot " jika kamu tidak berhenti bersikap seperti itu, aku benar benar akan membuatmu gagar otak.

" Raka berlari dan berteriak, Tolong ada kdrt membuat semua mahasiswa yang melihatnya tertegun tak percaya, raka yang biasanya pemalu, cupu, dan pendiam akan bertingkah seperti itu sejak gosip berpacaran dengan cheviolla menyebar

Cheviolla pun hanya terdiam tertunduk malu dengan tingkah raka yang semakin berani di depan umum.

Mungkin dia lupa bahwa dia sedang menyamar culun atau dia sengaja.

Mereka terus berjalan, obrolan kecil itu mengalir tenang—seolah mereka memang pasangan lama yang sudah terbiasa saling menyelami pikiran satu sama lain.

1
Suyono Suratman
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!