BOCIL HARAP MENEPI DULU.
*
"
Valencia Remi, seorang gadis muda usia 19 tahun dari desa. Dia memiliki rambut hitam panjang dan mata coklat yang indah. Senyumnya manis dan lembut, membuat semua orang jatuh cinta pada-nya. Cia Pergi ke kota jakarta untuk mengejar impian kuliah di universitas.
*
Cia berteman dengan seorang yang sudah lama tingal di jakarta dan memperkenalkan Kehidupan malam kota yang glamor.
*
Cia mulai terjebak dalam pergaulan bebas dan mengenal Aksa yang menawarkan Kehidupan mewah.
*******
"Jadi Cewek Gue, makan seluruh kehidupan Lo....Gue yang tanggung." Kata Aksa.
*
"Kamu tau kan ? Aku sudah punya pacar." Jawab Cia.
*
*
Penasaran dengan pilihan Cia ? Yuk ikuti kisahnya..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Sisi lain Aksa
0o0__0o0
The Britama Arena Jakarta Jam 10 malam..!!
Lautan manusia sudah memadati gedung arena boxing, mereka semua sudah tidak sabar menantikan pertandingan jagoan mereka masing-masing.
Malam hari ini akan ada duel yang cukup seru dan menegangkan pastinya. Karena dua orang terkenal musuh bebuyutan lama akan adu boxing setelah sekian lama tidak pernah terlibat adu boxing.
Aksa Vs Justin dua orang yang hampir memilik kekuatan yang setara. dan kali ini mereka di pertemuan kembali dalam arena malam ini.
Justin bukan lawan yang bisa di remehkan dan Aksa menyadari itu. Mereka berdua pernah bertanding sekali dan Aksa tetap keluar sebagai pemenang. Namun Justin juga pernah membuat Aksa terluka parah.
"Bro, Lo yakin mau lawan Justin ?" Tanya Jefry.
"Hem" Saut Aksa singkat.
Mereka saat ini lagi di ruangan ganti, di sana semua sahabat Aksa sudah kumpul dan siapa menyaksikan pertandingan sengit yang sekian lama berlalu.
Aksa sudah siap dengan segala atribut-nya yang terpasang rapi di tubuh atletis-nya.
"Lo pasti bisa mengalahkan cecunguk itu" Ucap Bastian.
Mereka semua mengangguk serentak, tanda setuju.
Aksa berjalan di depan memimpin jalan menuju ke arena boxing. Di belakang-nya di ikuti oleh Jefri, Bastian, Ery, Rava, Alexa. Mereka berjalan santai di belakang Aksa.
0o0__0o0
"AKSA..! AKSA..! AKSA..! AKSA..!"
"Hajar, jangan kasih ampun."
Sorakan pendukung Aksa pecah seperti gelombang, saling tabrak dengan teriakan keras pendukung Justin.
Di tengah ring, Justin sudah ngos-ngosan. Nafas'nya seperti mesin rusak, dada naik-turun dan pelipis berdarah. Di depan-nya Aksa menyeringai siap menyerang lagi.
"Cuma segini, huh ?" Tantang-nya menatap remeh ke arah Justin.
BUGH...!
Tinju kanan Aksa tanpa aba-aba melayang ke perut Justin yang maju menerjang ke arah-nya. Sontak Cowok itu langsung terpental ke belakang.
"WOOOOOO.....AKSA KEREN"
Sorak keras dari kubuh Aksa memekik di ikuti tawa meledak dari teman-teman Aksa.
"GOKIL BRO, HAJAR TERUS." Jefri tak kalah keras menyoraki Aksa penuh semangat.
"Ayo Sa, Hajar lagi dia." Alexa ikut bersorak di tengah kerumunan.
"Cih lebay amat Lo." Sinis Ery. Yang hanya dapat dengusan sinis dari Lexa.
Lexa begitu semangat sampai menepok-nepok pagar besi. Mata-nya menyala penuh semangat, tidak peduli dengan sindiran pedas dari Ery.
Penonton di belakang sana bising tidak karuan, ada yang taruhan, ada juga yang teriak nyumpahi. Lautan anak-anak muda, berandal, bertato semua berkumpul jadi satu.
"WOOOOOYYY.... JUSTIN HAMPIR TUMBANG..!"
Teriak Bastian heboh, dia antara mereka semua hanya Ery dan Rava saja yang diam tanpa suara. Namun padangan matanya tetap tertuju ke depan.
"Hancurin cepat Sa. Gue taruhin Lo anjir." Teriak salah satu penonton bertato.
"MATIIN AJA DIA, SA. SEKALIAN."
"TEKAN-TEKAN JANGAN KASIH NAFAS ! HAHAHA..! MANA PENCIT ? MANA PENCIT ?"
"Ayo, Bro Aksa." Jefri iku meramaikan.
Aksa semakin meng-gila. Cowok itu terus melayangkan tinju kiri, kanan dan serudukan bahu. Sampai Justin sempoyongan di buatnya. Tapi Aksa tidak mau berhenti.
BUGH..!
BUGH..!
Justin terpental mundur, punggung-nya menabrak pembatas ring. Darah muncrat dari mulutnya.
Wasit mulai memukul matras sambil berhitung.
"SATU...! DUA..! TIGA..." Justin belum juga bangun. Wasit terus melanjutkan berhitung di ikuti oleh penonton.
"EMPAT...LIMA...ENAM...TUJUH...DELAPAN...SEMBILAN...
SEPULUH...!"
"OUT..!"
"WOOOOOOOO....!"
Penonton bersorak serempat saat Aksa memenang-kan pertandingan.
Tangan Aksa di angkat tinggi-tinggi oleh wasit. The Britama Arena meledak, uang taruhan melayang-layang di udara. Penonton berteriak keras sambil mendorong-dorong maju ke ring.
"Astaga, Euuwww...! Jangan sentuh gue najis." Sentak Alexa yang ikut tertarik arus. Tubuhnya kesenggol kanan-kiri hampir jatuh.
"Grasak grusuk banget ya ampun, santai woyyy...!" Ery juga ikut teriak.
Orang-orang makin brutal menyerbu, bahkan sampai ada yang melayangkan flare. Namun Aksa acuh dengan semua itu, Ia turun dari atas ring. Berjalan melewati kerumunan penonton.
Aksa berjalan menuju ruang ganti di ikuti oleh para sahabat-nya di belakang.
Aksa melepas semua atribut-nya dan melempar asal ke sembarangan arah. Ia gegas ganti baju dan bersiap-siap pergi dari Arena.
"Habis ini Lo mau kemana Bro ?" Tanya Jefri.
"Pulang" Jawab'nya singkat.
"Hah..Pulang ? Tumben amat. Lo ngak mau ngamar dulu ?" Tanya Bastian.
Mereka semua duduk di sofa menunggu Aksa yang lagi ganti baju.
"Sa, Lo gak mau di obati dulu luka-nya ?" Tanya Lexa khawatir.
Tanpa menjawab semua pertanyaan teman-nya, Aksa melenggang pergi begitu saja. Meninggalkan mereka semua setelah melempar uang hadiah ke atas meja.
Mereka semua tidak heran dengan sikap Aksa yang selalu dingin dan datar, namun kali ini mereka semua terheran-heran karena sahabat-nya itu tidak mau lagi ngamar cewek bayaran.
"Gue rasa tuh kepalan Aksa habis kepentok." Celetuk Bastian tiba-tiba.
"Ya kepentok pala bapak Lo." Saut Jefri sebal.
"Cabut." Sela Rava datar.
Mereka semua langsung pergi meninggalkan area the Britama Arena dan pasti'nya menuju dunia malam. Tempat para anak muda berlabu.
Sayang kan jika uang hadiah hasil Aksa boxing jika di biarkan begitu saja.
0o0__0o0
Mobil Sport hitam Aksa memasuki mansion mewah dan megah dan memarkir-kan mobil-nya asal. Ia turun sambil menenteng jaket kulit di tangan-nya, berjalan memasuki mansion.
"Mama di mana ?" Tanya-nya pada sang pelayan.
"Nyonya lagi di dapur Den." Jawab-nya sopan.
Aksa mengangguk datar lalu membawa langkah-nya menuju dapur.
"Bikin apaan Ma ?" Tanya Aksa lembut. Laki-laki itu berdiri di ambang dapur.
Wanita paru itu langsung menoleh saat mendengar suara Putra-nya. Sontak saja Shena langsung terkejut dan meng-hentikan kegiatan-nya.
"Muka kamu kenapa Aksa ?" Tanya sang Mama menyelidik. Kini Shena berdiri saling berhadapan dengan sang Putra.
"Biasa anak cowok." Jawab-nya santai.
Aksa langsung melenggang pergi menuju sofa ruang tengah dan men-dudukkan diri-nya di sofa empuk. Shena ngekor dan duduk di samping sang Putra.
Shena meng-hembuskan nafas'nya pelan "Kamu masih suka adu boxing ?" Tanya Shena lembut.
Aksa diam memejamkan mata-nya sembari menyender-kan tubuh-nya di sofa. "Maybe."
Pelayan meletak-kan kompresan dan juga kotak P3k di atas meja. "Terima kasih Bik" Ucap Shena. Pelayan itu hanya mengangguk sambil tersenyum.
Shena langsung mengompres luka memar pada wajah sang putra. Sontak Aksa langsung meringis merasakan perih pada lukanya.
"Kamu ini hobby banget berantem. Pulang-pulang bukan-nya di bawahkan oleh-oleh, ini malah di bawahkan muka bonyok. Mana jarang pulang lagi." Omel Shena kesal.
"Ck, ngapain pulang jika hanya merepotkan istri Papa." Suara datar Rion nyeletuk.
Laki-laki paru baya itu baru turun dari lantai atas, lalu duduk di sebelah sang istri tercinta. Tangan-nya merengkuh pinggang sang istri dengan posesif.
Aksa hanya mendengus sinis saat mendengar sarkastik dari sang Papa.
Sebagai orang tua jelas mereka khawatir dengan apa yang suka Aksa lakukan di luar sana. Apalagi Aksa memilih tinggal sendiri di apartemen dan jarang pulang ke mansion.
Aksa lebih suka menghabiskan waktu-nya tinggal di apartemen mewah, hadiah dari sang nenek saat ulang tahun yang ke 18 tahun.
"Aksa, Papa tidak pernah melarang kamu yang suka adu jotos, tapi Papa melarang keras kalau sampai kamu terluka seperti ini." Ujar-nya tegas.
"Jangan membuat istri tercinta Papa cemas mikirin berandalan seperti mu ini." Sambung-nya julid.
"Ini tidak seberapa, dulu Aksa pernah lebih parah babak belur sampai patah tulang." Ujar-nya santai.
"Apa ? Tulang kamu patah ? Ya ampun Nak kamu ini bikin mama hampir jantungan aja." Ucap Shena syok.
"Udah lewat Mama sayang." Ujar Aksa terkekeh kecil.
Aksa memeluk erat sang Mama, Ia sangat merindukan wanita yang melahirkan-nya ke dunia ini. Shena membalas pelukan sang putra sama erat-nya.
Aksa selalu dingin dan datar di luar sana, namun saat pulang ke rumah dia akan jadi sosok yang manja. Apa lagi pada sang mama.
"Jangan lama-lama peluk istri Papa." Ujar-nya tak terima.
Rion langsung mengangkat Shena ke atas pangkuan-nya dan mendekap erat. Laki-laki itu melirik sinis ke arah sang putra yang nampak masam.
"Ayo lah Pa, jangan pelit-pelit sama anak sendiri. Lagian Papa tiap hari juga kekepin Mama." protes-nya.
"Atau Aksa tinggal di mansion lagi aja kalik ya..?" Goda-nya menaik turun-kan alis-nya.
"Enak aja, sana balik ke apartemen kamu. Jangan ganggu keromantisan orang tua. Mau jadi anak durhaka kamu, huh..?" Saut-nya sengit.
Shena memijit pelipis'nya pening menghadapi suami dan anak-nya yang tidak pernah akur. Selalu saja merebutkan dirinya dan tidak mau ada yang mengalah.
Dengan cepat Aksa mengangkat tubuh sang Mama lalu di letakkan di pojok sofa.
"Gantian." Sengit-nya pada sang Papa.
Aksa memeluk erat tubuh sang Mama, sambil tersenyum penuh kemenangan. Ia suka sekali meng-goda Papa-nya yang super cemburu dan posesif itu.
SREETT...!
Rion menjambak rambut sang putra sampai kejengkang ke belakang, lalu mendorong tubuh'nya hingga jatuh ke lantai. Dengan cepat Rion mem-bawah kabur istri-nya naik ke lantai atas.
Shena hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku suami dan anak-nya yang seperti kucing dan tikus.
"Balik sana ke apartemen. Dasar pengganggu." Teriak Rion.
"Aaaaa...Dasar laki-laki bangkotan kurang ajar. Gue kutuk Papa jadi batu maling Kundang." Teriak keras Aksa.
"Sial banget nasib gue hari ini, pertama gue di dorong Valen dan sekarang gue di dorong Papa."
"Mantu sama mertua sama aja. Sama-sama hobby dorong."
"AWAS NANTI JIKA AKSA NIKAH TERUS PUNYA ANAK, PAPA AKSA BLACKLIST. TIDAK BOLEH MAIN SAMA CUCU."
Teriak Aksa keras sampai meng-gema di dalam mansion besar itu.
"PAPA BISA CULIK ANAK KAMU." Sautnya keras dari lantai atas. Tidak mau kalah.
0o0__0o0