Setelah menangkap basah suaminya bersama wanita lain, Samantha Asia gelap mata, ia ugal-ugalan meniduri seorang pria yang tidak dikenalnya.
One Night Stand itu akhirnya berbuntut panjang. Di belakang hari, Samantha Asia dibuat pusing karenanya.
Tak disangka, pria asing yang menghabiskan malam panas bersamanya adalah CEO baru di perusahaan tempat dirinya berkerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Putusan Cerai
Tuk! Tuk! Tuk!
Tiga kali ketukan palu hakim menggema memenuhi ruang persidangan, mengesahkan putusan final sidang, sekaligus menutup sidang secara resmi.
Samantha duduk membeku di tempatnya, bola matanya sudah berkaca dengan tatapan sayu.
Kini, ia telah sah bercerai dari Elias, mantan suami yang selama enam tahun telah ia dampingi dengan setia. Dan selama itu pula ia telah menyimpan semua keluhannya untuk dirinya sendiri, berharap Elias akan lebih memperhatikan rumah tangga mereka. Kini, semua harapannya itu tinggal kenangan masa lalu yang mulai hari ini akan ia kubur dan lupakan.
"Tuhan, ampunilah anakmu yang berdosa ini, tidak bisa mempertahankan pernikahan.... Terlalu sakit bila bertahan dengan mas Elias...."
"Bu Samantha, Anda baik-baik saja?" tanya Richardo Lorenz, lawyer yang beberapa bulan belakangan ini sudah banyak membantu Samantha sebagai penasihat hukumnya, terlihat cemas melihat kliennya itu.
"Saya... tidak baik-baik saja, Pak. Tapi putusan perceraian hari ini telah membuat saya lega," jujur Samantha sendu, sambil berdiri.
"Saya antar bu Samanta pulang?" tawarnya, ikut merasa prihatin. Sebagai lawyer yang sudah berpengalaman menangani kasus perceraian ia dapat mengerti perasaan kliennya sekarang ini.
Sekalipun para kliennya menginginkan perceraian, tetap saja momen putusan pengadilan seperti saat ini akan membawa mereka pada kilas balik kenapa dahulunya mereka memutuskan untuk menikah.
"Tidak, terima kasih, Pak. Saya masih bisa pulang sendiri." Tolak Samantha memaksakan senyumnya. "Terima kasih atas segala bantuan pak Richardo selama ini hingga perkara ini selesai."
"Sama-sama, bu Samantha." Richardo menjabat tangan kliennya itu.
"Selamat ya, hari ini kamu resmi menyandang status janda."
Samantha dan Richardo sama-sama menoleh, menemukan presisi Olin berdiri tidak jauh dari mereka dengan senyumannya yang penuh ejekan.
Samantha menarik nafas lalu menghelanya pelan. Tak habis pikir pada perempuan itu, setelah kejadian di hotel malam itu, bahkan pertemuan terakhir di kantor beberapa waktu lalu, sama sekali tidak menunjukan rasa malunya sama sekali.
"Sepertinya kamu sangat bahagia atas status baruku," Samantha menatap datar tanpa ekspresi, melirik sekilas pada Elias yang datang mendekat bersama ibunya.
"Tak lama lagi, senyum ejekan yang menghiasi wajah tidak tahu malumu itu akan berbalik mengejekmu," ucapnya lagi.
"Benarkah?" Senyum ejekan Olin kian menjadi.
"Jangan senang dulu kamu, Samantha," suara cempreng ibu Elias ikut mengudara, napasnya sedikit lelah karena putusan harga gono-gini tidak sesuai keinginannya.
"Elias akan segera naik banding, karena rumah yang kamu tempati sekarang adalah rumah bersama! Wajib dibagi dua! Putusan tadi tidak adil! Benar begitu, Elias?!" imbuhnya sembari menyenggol tubuh kerempeng putranya yang hampir saja terjengkang karena lengan besarnya.
"I-iya, itu benar, Ma...." Elias meringis, merasa kikuk menerima tatapan datar Samantha.
"Dasar rakus, harta bersama mau diembat sendiri, kurang gajimu di perusahaan besar itu?" Olin ikut menimpali.
"Mas, apa kamu tidak pernah cerita ke Olin kalau sepeserpun uang gajimu tidak pernah kamu berikan padaku, melainkan dipegang oleh Mamamu?"
"Apa maksudmu?" Olin mendelik tajam, sedikit kaget.
"Dari responmu, aku bisa simpulkan kalau kamu baru mendengarnya sekarang. Iya, kan? Selamat ya Olin, kamu sudah menggantikan posisiku." Gantian Samantha yang tertawa pelan penuh ejekan.
"Dan buat kamu, Mas, juga Mama. Silahkan saja mengajukan banding, hasilnya tetap akan sama." Selesai berucap demikian, Samantha langsung berlalu, begitunya dengan Richardo.
"Apa itu benar, Mas?" Olin menatap Elias minta penjelasan.
"Itu benar, Olin. Kamu keberatan?" ibu Elias menjawab ketus.
"Tidak boleh begitu dong, Tante. Gaji suami, ya milik isterinya. Kalau mas Elias menikahi saya nanti, gajinya saya yang atur," sengit Olin.
"Enak saja, Elias jadi pegawai karena saya. Saya melahirkan dia, saya yang ngerawat dan membesarkan dia, saya yang menyekolahkan dia hingga bisa jadi pegawai! Kamu bertemu Elias saat dia sudah dewasa.dan berkerja. Enak saja ngatur-gatur saya ibunya!"
Olin ternganga mendengar perkataan wanita besar dan gemuk itu.
"Apa ini yang Samantha maksud tadi?" Olin rasanya ingin menangis meraung-raung.
...***...
Tit!
Samantha menekan remote kunci mobilnya, untuk membuka pintu secara otomatis.
"Pak Kiano?!" Samantha terlonjak kaget melihat Kiano duduk di belakang kemudi mobilnya.
"Biasa aja dong mukanya, emang saya hantu. Nggak ada 'kan hantu di siang bolong kaya gini?" Kiano menoleh santai, menatap raut Samantha yang masih dalam mode kaget.
"Saya nggak mikir pak Kiano itu hantu atau semacamnya. Saya bingung aja gimana gimana pak Kiano bisa ada dalam mobil saya, sementara kuncinya sama saya?"
"Bingung ya? Saya juga bingung, tiba-tiba saja saya ada disini begitu ingat kamu," Kiano terkekeh pelan.
"Buruan masuk, nanti mantan suami dan mertua gemukmu itu melihat kita. Hari ini saya cosplay jadi sopir kamu lagi untuk merayakan status baru kamu, cepatan duduk di belakang."
Tidak seperti biasanya yang selalu ada drama perdebatannya, kali ini samantha langsung menurut, tidak mau berlama-lama berada di area pengadilan negeri, muak melihat Elias, ibunya, juga Olin.
Bersambung✍️