Alona gadis introvert yang mulai merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya ketika bertemu dengan Vier pemuda tegas yang cuek di tempat tugasnya didaerah terpencil. Di daerah perbatasan Indonesia dan Kalimantan.
Apakah cinta seorang dokter spesialis penyakit dalam dengan seorang perwira angkatan darat yang tegas dan cuek bisa terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisye Titiheru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Masa Lalu Vier
Seperti biasa hari ini Alona melayani kembali melayani diklinik. Pasien kali ini sangat banyak sampai Alona memeriksa oma Marice pada pukul dua siang. Oma sudah ngamuk anak - anak dan cucunya karena dokter Alona belum datang memeriksanya sampai jam dua siang.
Pukul dua siang lewat lima belas menit, Alona baru ke ruangan oma Marice, waktu tiba oma sedang ngomel keluarganya.
"Selamat siang oma?"
"Selamat siang dokter."
"Oma ngak boleh marah - marah anak dan cucunya. Kasihan mereka yang merawat oma."
Oma hanya terdiam dan menikmati sentuhan dokter Alona. Selesai memeriksa Alona pamit kepada oma dan keluarga diruangan. Namun Alona kaget dengan sosok seorang Clara.
Alona mencoba tersenyum kepada Clara, namun tidak direspon oleh yang bersangkutan. Sementara di tempat Vier bertugas, sedari siang dia mendapat pemberitahuan dari teman - temannya untuk mengunjungi orang tua dari teman yang sakit. Jadi mereka janjian untuk menjenguk sehabis mereka bekerja.
Clara, Vier, Jefry dan Chris adalah teman waktu mereka sekolah mulai dari sekolah dasar sampai menengah atas. Sejak sekolah Clara tinggal bersama neneknya yaitu nenek Marice, mama dan papa Clara sibuk bekerja. Sebagai seorang diplomat di Amerika tepatnya di California, Selama orang tuanya bertugas disana dia sekolah di Indonesia karena pada saat itu nenek Marice sudah tinggal sendiri. Opanya orangtua dari mamanya sudah meninggal. Tidak diajak ke Amerika karena Clara mempunyai penyakit alergi atas cuaca yang akut. Sebagai anak dari papa dan mama seorang diplomat, kehidupan Marice di Indonesia sangat berlimpah harta.
Rombongan alumi sudah ada di rumah sakit, Waktu Alona keluar dari ruangan oma Marice dirawat dia tidak sengaja bertemu dengan Vier, dan kawan - kawan.
"Eh, Nyonya Anthonio. Selamat siang." Dengan muka tersenyum Alona menyapa mereka.
"Silahkan masuk." Teman Clara yang terdiri dari dua belas orang salah satu diantaranya adalah Xavier Anthinio suaminya.
"Pulang sama mas."
"Ade tunggu di kantin rumah sakit mas." Vier tersenyum. Belum ada lima menit, Alona duduk dirumah sakit. Pesanan kopi arennya baru tiba dari kejauhan suaminya sudah ada di kantin rumah sakit. "Kok, cepat mas?"
"Mereka masih didalam. Mas alasan ijin ke toilet."
"Ngak enak loh. Sana balik."
"Kamu ikut."
"Itu pasienku mas, ade sudah melihatnya tadi. Nanti omanya manja ke saya."
"Sekarang datangnya sebagai istri dari Vier, nyonya Anthonio." Alona tersenyum. Kopi aren yang dia pesan akhirnya di tenteng ke ruangan pasien. Sambil tangannya digendeng suami tercintanya.
"Lama amat ke toilet bung." Itulah panggilan tersayang Clara kepada Vier. Sama seperti Usi dan papa mertuanya memanggil di bung.
"Eh dokter manis adalagi, kangen ya sama oma." Alona hanya tersenyum.
"Istri saya oma, tadi saya keluar sebentar menjemput dia biar sekalian pulang."
"Oooooo sudah menikah ya? Kok ngak undang oma bung."
"Undang oma, omakan sakit." Clara menjawab omanya dengan jutek. Semua teman sekolah Clara sudah tahu watak darinya, sehingga di ruangan itu mereka hanya berdiam.
"Muka jodoh. Cocok."
"Terima kasih oma." Sementara kelakuan Clara semakin jutek, sebenarnya dia suka kehadiran Vier diruangan ini. Namun dia tidak suka Vier hadir bersama istrinya. Waktu besuknya sudah habis, mereka pun pamit. Semua yang datang menyalam tangan oma dan Clara yang bertugas jaga hari ini karena orangtuanya sudah kembali ke Amerika. Tepatnya mamanya Clara. Ketika Alona mau berjabat tangan dengan Clara dia cuek. Vier yang melihat istrinya di cuekin Clara langsung mengandeng tangan itu dan dicium didepan Clara.
"Dokter cantik mau pulang juga."
"Iya oma. Besok baru kembali. Eh infus oma sudah mau habis." Alona langsung menganti cairan infus oma Marice. "Nanti ada obat yang harus dimasukan lewat infus, bukan Alona yang melakukan tetapi suster yang bertugas. Oma ngak boleh marah ya."
"Iya dokter cantik." Alona dan Vier sudah keluar hanya meninggalkan Clara dan omanya.
"Sama dokter aja nurut. Kalau giliran Clara marah."
"Kamu jutek mukanya rawat oma. Kalau dokter manis mukanya."
"Diakan dokter harus manis dong sama pasiennya."
Vier masih mengandeng tangan Alona menyusuri lorong rumah sakit. Teman - temannya sudah didepan tepatnya di area parkir.
"Mas tadi seperti Kapten Chris ya. Sudah balik penugasan ya?"
"Kenapa hanya Chris yang kamu lihat?"
"Kan selain Jefry, Chris yang ade kenal. Mas, Jefry, Chris dan Clara itu temanan?" Vier sedikit kaget waktu diberi pertanyaan seperti itu.
"Iya, kami temanan. Dari sekolah dasar sampai menegah atas."
"Ooooo, Clara beda ya?"
"Beda gimana? Ooooo dia perempuan." Alona tersenyum. Dia tahu bahwa ada yang disembunyikan sedangkan Vier merasa ragu bagaimana harus menjelaskan kepada istrinya.
"Mas pacar ke berapa buat kamu?"
"Kok tanya begitu sih mas?"
"Mas pengen tahun aja sayang."
"Pasti mas kaget dan ngak percaya kalau ade jawab." Vier mulai berpikir cemas - cemas, jangan - jangan dia adalah pacar pertama bagi Alona. "Sejak remaja, jarang bergaul pulang sekolah pasti temani papa belajar selancar dan menyelam. Makanya saya pintar dan fasih bahasa inggris dari usia sebelas tahun. Gaulku itu laut, papan selancar, tabung oksigen. Sampai sekolah menengah atas bahasa asing yang aku kuasai selain inggris, Jerman dan mandarin. Temanku hanya Anthon dan Sisca yang punya kafe di lokasi pantai sanur. Sepupu kamu."
"Jadi mas ini pacar pertama sekaligus suamimu?"
"Ya kamu. Seperti ngak nikmati masa muda ya mas?"
"Tetapi kamu ngak kaku - kaku amat waktu pacaran."
"Saya penulis buku. Sering membaca makanya fantasiku tentang mempunyai pacar dan pacaran itu tinggi. Dan kadang kala rasa geli waktu menulis. Tetapi puji Tuhan disukai oleh orang."
Mereka sudah berada di sebuah restoran di pusat perbelanjaan besar di kota Jakarta. Vier membeli apa pun yang istrinya suka. Ternyata selera makan Alona kebule - bulean. Sementara Alona makan Vier mengamati istrinya.
"Mas, makan kenapa liat ade terus?"
"Kamu manis kalau makan. Ngak bosan kalau melihat. I love you." Vier langsung menyambar bibir istrinya di dalam restoran itu.
"Mas malu dilihatin orang."
"Cuek aja. Kamu kan istri mas. Mas suami kamu."
"Dasar mesum" Vier hanya tertawa.
"Ade mas mau cerita tentang pertemanan kami."
"Kami?"
"Mas, Jefry, Chris dan Clara." Alona duduk menghadap suaminya dan fokus pada apa yang nanti suaminya cerita.
"Mas dan Clara dulu pacaran (Alona tersenyum), Kenapa senyum dek?"
"Kemarin di rumah kebon jeruk, adek ketemu kotak harta karun mas." Vier tahu kotak apa yang di maksud istrinya.
"Kami putus, Clara selingkuh dengan Chris."
"Chris??? Kapten Chris??"
"Ya, Chris yang kamu tahu sayang. Mas benar - benar putus . Karena kepergok mereka di kamar berdua. Clara itu hiperseks sayang. Dia kalau tidak melakukan hubungan dewasa, mungkin sakit orangnya."
"Berarti mas perna berhubungan dengan dia?"
"Perna sayang. Waktu itu mas sayang sama dia. Jadi mas adalah tempat dia melakukan semuanya itu. (Vier tahu istrinya mulai berubah, jadi dia berusaha untuk berbicara terus). Dan dia berjanji kepada mas, hanya melakukannya dengan mas. Namun kenyataan berbeda waktu mas pendidikan militer dia perna melakukkan dengan orang lain dan mas pulang pendidikan hanya percaya saja. Mas tidak bodoh, mas pakai pengaman waktu melakukan hubungan itu lagi pulang pendidikan. Satu minggu kemudian mas tahu dan memergoki dia dengan Chris. Waktu mas mau berangkat sekolah ke China. Saat itu juga banyak orang yang melapor, termasuk usi yang tahu dari temannya. Sebelum berangkat ke China seharusnya jadi hari dimana mas akan melamar Clara, sebaliknya menjadi hari dimana kami berpisah."
"Cincin itu?"
"Mas tukar di toko mas dan mas beli yang baru sumpah deh. Sumpah demi Tuhan. Ngapain mas menyimpan cincin itu satu tahun mas di China. Cincin buat kamu mas beli di China."
"Dari usia berapa mas dan clara melakukan hubungan itu?"
"Menegah atas kelas satu." Seketika Alona merasa mual dan geli, hampir dia memuntahkan seluruh makanan yang sudah dia makan di meja itu. Namun segera diberlari ke toilet di ikut oleh Vier, sambil memegang tas istrinya. "Sayang." tidak ada respon dari Alona.
"Alona Timothy, buka pintu. Jangan sakiti dirimu?" Kebetulan pegawai restoran lewat, Vier langsung meminta agar dibuka kunci toilet itu. Mereka pun membukanya. Vier masuk mendapati istrinya sudah terjatuh di depan wastafel toilet.
"Sayang, Alona. Mas mohon maaf." Dia langsung lewat pintu darurat membawa Alona dibantu oleh pegawai restoran. Untung makanan yang dimakan sudah dibayar sebelum mereka makan. Dia menaruh istrinya, disamping kursi pengemudi sedikit menyetel kursi agar nyaman buat yang tidur. Sampai di rumah sakit dia langsung mengendong istrinya. Cila yang melihat Vier langsung menghampiri dan membawa dokter Alona di ruangan IGD untuk diperiksa. Vier melihat satu dokter sudah memeriksa kemudian diganti dengan dokter lain. Alona sudah sadar. Vier mendekat.
"Dokter Alona, kamu hamil. Selamat pak Vier.Untuk lebih jelasnya kita keruang ginekolog untuk memeriksa kandungan ibu." Muka Vier sangat senang, namun Alona biasa saja. Dia tahu istrinya sedang dalam suasana hati yang tidak baik. Alona didorong oleh Vier ke ruangan kandungan. Hal ini dilihat oleh Clara yang sedang menjaga omanya. Dengan muka tidak sukanya.
"Sudah hamil rupanya perempuan ini."
Sementara di layar monitor terlihat janin yang masih berupa titik. Dokter Rani, sedang menjelaskan kondisi janin di dalam tubuh Alona. Setelah itu dokter menyarankan Alona untuk bad rest karena kandungannya lemah. Semula Alona tidak mau, namun Vier merayunya dan berkeras untuk dirawat karena takut terjadi sesuatu kepada istrinya.