Drasha, si gadis desa yang cantik dan polos tiba-tiba diklaim sebagai keturunan keluarga Alveroz yang hilang 15 tahun silam.
Kecuali Nyonya besar Alveroz, tidak ada dari keluarga itu yang menerima Drasha. Bahkan dua orang yang katanya mama papa biologis Drasha lebih mengutamakan sang anak angkat.
Bagi mereka, Drasha adalah putri palsu yang hanya ingin memanfaatkan harta keluarga Alveroz. Sementara itu, sang anak angkat yang pandai mengambil hati keluarga, membuat posisi Drasha semakin terpojok.
Tapi, tanpa mereka semua tahu, Drasha bukan ingin memeras harta keluarga Alveroz melainkan dia membawa dendam dalam hatinya.
Siapa Drasha sebenarnya? Apakah dia memang putri palsu atau justru putri asli keluarga Alveroz? Dendam apa yang membuat Drasha memasuki keluarga Alveroz?
Yuk temukan jawabannya di cerita Drasha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi dan Balas Dendam
Setelah jam pelajaran selesai, Drasha bergegas ke auditorium musik. Dia tidak boleh telat datang, ini hari pertamanya resmi jadi anggota Chamber Orchestra Alveroz Highschool.
Gadis itu berlari melewati koridor lalu taman, laboratorium biologi dan taman lagi untuk sampai ke auditorium musik.
Kalau begini dia memang butuh sepeda atau setidaknya kendaraan kecil lain seperti skuter untuk menyusuri area sekolah elit yang sungguh luas ini.
Drasha ngos-ngosan ketika sampai di depan pintu besar auditorium. Dia meluruskan punggung dan mengatur napasnya sebelum melangkah masuk dengan pelan.
Begitu memasuki ruangan, aroma kayu tua dengan nuansa madu yang lembut, lemari instrumen serta suara denting stem alat musik langsung menyambut gadis itu.
Dia mendongak pelan, menatap lampu kristal yang menggantung di atas sana.
“Ibu, lihat… aku sekarang masuk di orkestra sekolah. Aku akan melanjutkan mimpi ibu yang mau tampil di panggung besar dan menjadi soloist,” batin Drasha.
Di kemudian menatap panggung utama di mana para anggota orkestra yang sudah tiba lebih dulu sedang menyetel instrumen.
“Tapi, ibu… aku juga akan tetap membalas dendam atas kematian ibu. Bagaimana pun caranya aku akan membalas perbuatan dia … orang yang ibu cintai itu … Narendra Alveroz.”
Beberapa kepala menoleh pada Drasha saat dia masuk, ada yang cuma melirik sekilas dan ada juga yang berbisik-bisik. Tetapi, Drasha hanya mengangguk sopan dengan wajah planga-plongo yang ia pasang di depan mereka.
Dari arah depan, seorang gadis cantik berambut cokelat kemerahan menghampirinya.
"Halo, kamu Drasha yang bisa memainkan Paganini Caprice No. 24 itu, kan?" sapa gadis itu.
"I-iya, Kak, ini hari pertama saya gabung di orkestra ini," kata Drasha gugup. Dia tahu siapa gadis ini, dia pernah melihat wajahnya terpampang di ranking 2 kelas platinum tahun ketiga.
Gadis cantik itu mengulurkan tangan dengan lembut sambil mengembangkan senyumnya yang sesejuk ketika melihat bunga sakura bermekaran. "Kenalin, aku, Adeline, first violin dan soloist orkestra Alveroz Highschool."
Drasha menyentuh tangan itu, menjabatnya dengan keterkesanan. Kalau ada yang lebih lembut dari tangan Adeline mungkin itu squishy berbentuk donat yang pernah Drasha sentuh saat pertama kali ke mall.
"Drasha, Kak."
"Semua anggota bentar lagi pada ngumpul, manajer dan konduktor kita berhalangan hadir, jadi aku yang ditunjuk untuk memimpin latihan hari ini."
"Iya, Kak."
Adeline kemudian menoleh pada pada anggota yang sudah hadir, "perhatian semuanya, salah satu member baru yang bergabung dengan kita sudah datang, namanya Drasha. Kalian sudah pasti kenal karena namanya sempat jadi hot topic lagi karena permainan biolanya yang sangat memukau. Saya harap kalian bisa mengakrabkan diri demi keharmonisan musik kita."
Mereka menjawab serempak.
"Siap, Kak."
"Oke, Adeline."
Adeline tersenyum dan menoleh pada Drasha lagi. "Drasha, selamat bergabung, yah, silakan kamu kursi di belakang bagian string section."
"Baik, Kak, terima kasih."
Drasha melangkah naik ke panggung. Begitu tiba di kursi kosong, dia segera duduk dan membuka case biolanya dengan hati-hati. Di dalamnya, biola berkilau berlapis vanish cokelat kemerahan tampak bersinar di bawah lampu gantung.
Tangan Drasha menyentuh biola itu dengan penuh penghormatan. Dia kemudian mengeluarkan biolanya.
Di depan sana, Adeline menyambut anggota baru yang lain dan mulai mengarahkan para anggota orkestra.
Sementara itu, Drasha sadar kalau dia tidak bisa lepas dari tatapan dan bisik-bisik sinis. Tapi dia tidak ingin peduli. Intinya dia hanya akan fokus pada tujuan dan misi balas dendamnya.
***
Matahari sore menyusup di sela-sela pepohonan. Area sekolah mulai sepi, sebagaian besar siswa tampaknya sudah pulang setelah melewati kegiatan ekstrakurikuler pada hari ini.
Drasha tidak langsung pulang. Setelah selesai latihan, gadis itu mendatangi area klub panahan. Dia berdiri di sisi luar pagar rendah.
Di depan sana, hamparan rumput hijau sangat memanjakan mata. Di ujung lapangan, deretan target bundar berjajar rapi.
Beberapa siswa berseragam latihan sedang berdiri dalam barisan sambil memegang busur mereka dengan postur fokus.
Salah satu di antara mereka adalah orang yang ditunggu Drasha. Siapa lagi kalau bukan Rachelle, sejauh ini teman Drasha cuma gadis itu.
Jika membandingkan tampilan Rachelle sehari-hari dengan tampilan panahannya tentu terlihat perbedaan yang sangat jauh. Kalau sehari-hari tampilan Rachelle bak cewek kue, ketika memanah dia seperti orang berbeda, lebih maskulin dengan tampilan cewek mamba.
Lihat saja betapa fokusnya Rachelle sekarang. Mengenakan pelindung lengan dan sarung tangan panah, sedang menarik busurnya.
Dan – Thwack!
Satu persatu anak panah meluncur dari para pemanah tersebut.
Anak panah yang melesat dari busur Rachelle menancap tepat lingkaran merah target.
Gadis itu begitu semangat sampai melompat-lompat girang. Para anggota panahan yang lain terlihat suportif dengan bertepuk tangan dan mengajak Rachelle tos.
Selanjutnya, para anggota archery club tersebut berkumpul mendengarkan penyampaian pelatih mereka. Setelah itu mereka bubar.
Rachelle menangkap keberadaan Drasha. Dia melambaikan tangannya semangat.
Dia berteriak. "Drasha! Aku ganti pakaian dulu, yah."
Drasha mengangguk dengan penuh senyuman.
***
Kali ini, Drasha dan Rachelle belajar di kafe yang berbeda, sedikit jauh dari sekolah, tapi pemandangan senja yang menawan menemani mereka.
"Kamu bisa pakai cara ini biar lebih cepat, Rachelle," Drasha sedang menuliskan rumus matematika di halaman buku yang polos. Sementara itu, Rachelle manggut-manggut dengan mata fokus pada penjelasan Drasha.
"Wahhhhh, semudah itu ternyata," celetuk Rachelle.
"Kalau tahu cara singkatnya pasti mudah."
"Drasha, kamu sepinter ini harusnya memang di kelas platinum, sih. Aku penasaran kamu kursus di mana, soalnya cara-cara yang kamu kasih itu semua ada di tempat kursus elit dan mentor-mentor belajar berpengalaman. Cuma aku nggak ngeh kalau mereka yang jelasin."
"Aku nggak pernah ikut kursus, cuma belajar otodidak, Rachelle."
"Keren. Terus, kamu nggak ada niatan ikutan CoC sekolah?"
"Niat banget tapi aku belum tahu mau nantangin siapa dari kelas silver. Setiap siswa punya kesempatan sekali menolak dan kita cuma bisa mengajukan tantangan dua kali seminggu, kalau aku nggak pilih orang yang aku tantang dengan baik-baik, bisa jadi aku harus nunggu minggu berikutnya lagi untuk dapetin kesempatan menantang."
"Iya, juga sih. Kamu harus cari siswa silver yang udah pernah nolak, jadi pas lo challenge dia, dia gak ada pilihan lain deh selain nerima."
"Iya juga, yah, aku sampai nggak mikirin itu," Drasha mengulas senyum.
"Yupsss, minta bantuan lagi aja sama member Roos, kali aja ada yang mau bantu kamu ngumpulin semua data CoC Alveroz Highschool," saran Rachelle, merasa memberikan ide jenius.
Drasha sudah mendapatkan informasi itu dari Adriel. Tapi, sebaiknya dia tidak memberitahu Rachelle. Karena dia mewanti-wanti Drasha untuk tidak terlibat dengan Adriel.
"Iya, entar aku coba, makasih sarannya, yah, Rachelle," kata Drasha. Dia lalu menyesap sedotan dari gelas berisi vanilla milkshake.
Tiba-tiba pikiran liar muncul di otak Drasha. Apa Adriel juga member Roos? Darimana dia bisa mendapatkan seluruh informasi teman seangkatan mereka?
cwo yg di toilet restoran itu jg gk sih
penasaran bangt sm siapa drasha
beneran drasha asli ato plsu