Mengisahkan persahabatan ketiga nya dikampus dengan pekerjaaan sambilan mereka yang akhirnya mengantarkan mereka pada jodoh masing-masing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Sementara dirumah sakit, saat ini Ayu meminta izin pada ustad Yusa untuk mendonorkan darahnya kepada umi Bilqis.
Bahkan Chesty dan Nita tak menyangka bahwa golongan darah yang dimiliki Ayu sama dengan istri ustad Yusa.
Bahkan ustad Yusa pun tak menyangka bahwa gadis lugu yang ngekost ditempatnya itu menawarkan dirinya untuk membantu isterinya.
"Apakah benar golongan kamu sama dengan isteri saya?" Tanya ustad Yusa untuk memastikan apa yang tadi disuarakan oleh Ayu.
"Iya pak ustad." Jawab Ayu penuh dengan kemantapan.
"Bisakah kamu......"
"Bisa.... Ayu bisa donorkan untuk umi Bilqis." Jawab Ayu yang memotong kelanjutan ustad Yusa.
Dan terlihat kemantapan dalam diri gadiss itu, bahkan seakan adanya ketulusan yang terpancar dari wajah cantik nan ayu itu.
"Astagfirullah.....mikir apa aku, maafkan saya ya Allah." Batin ustad Yusa yang tanpa sengaja melihat cukup lama wajah Ayu yang bukan muhrimnya.
"Ustad....kenapa diam?" Tanya Ayu.
Ustad Yusa pun tersentak, lalu ia tersadar akan gad1s itu yang menunggu jawaban darinya.
"Jika memang benar golongan darah kamu sama dengan isteri saya, tolong selamatkan nyawa isteri saya dengan darah kamu." Tukas pak ustad tampan yang usianya jauh diatas Ayu.
"Ya Ayu bersedia pak ustad, Nita....Chesty antar gue ke ruangan suster untuk segera diambil darahnya." Lirih Ayu yang terlihat berani dan penuh kemantapan.
"Iya baiklah, ustad kami tinggal dulu." Pamit Nita.
"Assalamualaikum ustad Yusa....."
"Walaikumsalam." Jawab ustad Yusa pada Ayu yang tadi baru saja mengucapkan salam.
Nita dan Chesty pun mengantarkan Ayu keruangan khusus untuk donor darah, disana Ayu mengisi formulir untuk prosedur yang telah ditetapkan dari rumah sakit.
Tak lama kemudian Ayu dipanggil untuk dilakukan test darah, dan hasilnya golongan darah Ayu memang sama dengan umi Bilqis.
"Gimana hasilnya?" Tanya Nita.
"Cocoklah, ini darah gue mau diambil sama suster." Jawab Ayu.
Lalu suster datang dan mendekati salah satu pendonor darah yaitu Ayu.
"Mbak Ayu silahkan rebahan dulu, nanti darahnya akan diambil. Santai saja ya mbak." Titah perawat itu dengan sopan.
"Oke sus...."jawab Ayu patuh.
Ayu pun mengikuti suster masuk kedalam ruangan, sementara Nita dan Chesty menunggu proses itu diluar dan tidak diperkenankan untuk menunggu.
Suster pun memasang jarum suntik dan dimulailah proses pengambilan darahnya, saat itu terlihat tegang diawajah Ayu, suster pun bisa melihatnya.
Suster itu mengusap lembut punggung tangan Ayu. "Baru pertama kali donor darah ya mbak?" Tanya suster itu pada Ayu."
"Sstt iya sus, jangan kencang-kencang ngomongnya, nanti di denger temen saya. Kan malu nanti......" Bisik Ayu pada suster itu dengan kode menaruh jari telunjuknya ditengah alat ucapnya.
"Oke, maaf....."
"Tidak apa sus, ini bakal lama gak ya?"
"Tidak sebentar kok, memang kenapa?'" tanya suster itu.
"Tidak apa sus, hanya nanti jam 10 ada jadwal kuliah saya." Jawab Ayu dengan tak berani melihat darah yang telah menetes dan terkumpul diwadahnya.
"Paling sebentar lagi selesai, tunggu aja bentar." Jawab suster itu lagi.
Akhirnya untuk mengurangi kejenuhannya, Ayu membuka ponselnya dan berselancar di dunia Maya itu. Tepat 20 menit kemudian proses pengambilan darah itu telah selesai.
"Sudah selesai ya mbak, silahkan istirahat dulu sebentar biar tidak pusing."
"Iya sus."
Suster pun mulai mengambil jarum itu dan mengambil kantong itu yang ia taruh di samping bed Ayu yang sedang rebahan.
Nita dan Chesty akhirnya boleh masuk ketika telah selesai.
"Udah selesai?" Tanya Chesty.
"Udah dong....."
"Gimana rasanya?" Tanya Nita.
"Biasa aja sih." Jawab Ayu dengan santainya.
"Udah jam 8 nih, kita langsung ngampus yuk!!" Ajak Nita pada kedua temannya.
"Ayok ....." Seru Ayu yang kemudian turun dari bed nya.
Suster pun membantu Ayu turun, lalu tanpa sengaja pandangan Ayu menangkap apa yang dipegang oleh suster itu."apa itu sus?" Tanya Ayu.
"Ini kan darah kamu?" Jawab suster itu memperlihatkan kantong bungkusan darah yang tadi diambil dari dirinya.
"Darah aku?" Tanya balik Ayu.
"Iya...."
"Sebanyak ini sus?"
"Iya mbak....." Jawab suster itu lagi.
"Kenapa gue mendadak pusing ya?" Lirih Ayu sembari memegangi kepalanya yang pening.
Entah Ayu merasa kepalanya dikelilingi banyak burung yang berterbangan memutari dirinya, hingga ia berulang kali mengerjapkan matanya.
"Nita, Chesty.....kayaknya gue mau pingsan dech?" Lirih Ayu yang masih memegangi kepalanya.
Dan grep.....
Akhirnya tubuh Ayu lunglai dan jatuh dilantai, sedangkan Nita dan Chesty yang terbengong pun langsung terkejut melihat Ayu telah berada dilantai.
"Ayu....."
"Ayu ......"
Seru Chesty dan Nita bersamaan dan berusaha memanggil temannya itu, suster pun ikut panik.
"Suster bisa tolong kesini, ada yang pingsan." Seru suster itu saat baru keluar dari kamar dan melihat suster yang lain sedang melewati ruangan.
"Iya baik suster...." Seru isteri yang lainnya.
Untungnya ada tiga suster yang membantu Chesty dan Nita untuk mengangkat badan Ayu, walaupun badan Ayu terbilang kecil dan mungil namun cukup berat.
"Gilee ini orang makannya apa sih, berat amat?' seru Chesty berusaha mengangkat temannya.
"Udah jangan banyak ngedumel, buruan angkat!!" Jawab Nita.
Akhirnya tvbuh Ayu pun direbahkan lagi diatas brankar, dan tak lama dokter datang dan memeriksa kondisi Ayu.
"Gimana kondisi teman saya Ayu, dokter...." Cemas Nita.
"Iya dokter, mengapa wajahnya pucat begitu?" Tanya Chesty yang tak kalah cemasnya dari si Nita.
"Keadaan teman kalian baik-baik saja kok, sangat wajar sehabis diambil darahnya badan akan terasa lemah." Jawab dokter itu.
"Iya dok, tadi saya sudah bilang sama mbak Ayu untuk istirahat dulu sehabis donorin darahnya. Tapi mbaknya keburu mau kuliah katanya." Ucap suster tadi.
"Oh begitu......saya berarti yang salah ya karena langsung mengajak Ayu untuk langsung cabut." lirih Nita yang merasa bersalah pada temannya.
"Lo sih asal ajak-ajak Ayu cepet berangkat aja, jadi begini kan?" Cerocos Chesty.
"Iya maaf deh, gue kan karena dipikir dah selesai aja." Jawab Nita.
"Ya sudah ditunggu saja dulu temen kamu, nanti kalau sudah tidak pusing boleh pergi." Terang dokter wanita itu pada Nita dan Chesty.
"Oke Bu dokter, terima kasih." Ucap Nita.
Dokter itu pun keluar dari ruangan bersama suster, dan Nita pun meraih tangan temannya itu dan menggenggamnya.
"Oon bangun dong, maafin gue ya?" Sedih Nita.
Ayu pun membuka matanya lalu melirik pada Nita yang telah duduk di samping ia tidur, lalu pandangan Nita menatap sendu pada Nita yang sedang menautkan tangan Ayu pada wajah Nita.
"Gue gak suka dipanggil tadi?" Lirih Ayu yang merajuk.
"Yang mana?" Tanya balik Nita.
"Oon....." Jawab Ayu kemudian.
Nita pun terkekeh, lalu ia mengangguk.
"Gue sengaja ngomong gitu biar Lo langsung sadar, buktinya Lo sekarang dah sadar." Tawa Nita yang membuat Ayu mencebikkan bibirnya.
"Dasar Lo...." Geram Ayu.
"Sory ya tadi gue langsung ajak Lo cabut aja, gak tahu kalo prosedurnya Lo kudu rehat dulu setelah diambil darahnya." Lirih Nita yang merasa bersalah.
"Gak apa kok, lagian gue pingsan sebenarnya....." Ucapan Ayu pun terhenti demi menatap temannya satu persatu. Lalu ia malah menunduk.
Nita dan Chesty bahkan kini saling menatap satu sama lain kemudian menatap balik Ayu.
"Kenapa yu.....lanjutin." tanya Chesty penasaran.
"Itu karena gue lihat darah gue sendiri, jadinya pingsan." Jawab Ayu dengan sipuannya.
"Apa....!! Lo takut lihat darah Lo sendiri?" Tanya Chesty.
"Bukan hanya darah gue aja, darah yang lain juga." Kini Ayu malah terkikik dengan tangan mengaruk rambutnya sendiri.
"Ya ampun Ayu, dah tau gitu kenapa Lo sok-sok an mau donorin darah Lo ke uni Bilqis?" Tawa Nita yang malah memgetawai temannya itu.
"Iya aneh nih bocah." Timpal Chesty.
"Ya itu karena gue gak tega liat umi Bilqis kritis, sebagai warga indonesi yang baik wajar dong gue membantu. Apalagi golongan darah gue sama dengan umi." Seloroh Ayu.
"Iya deh, Miss paling baik hatinya...." Kini Nita langsung mengacungkan jempolnya kepada Ayu, disusul oleh Chesty yang ikut juga.
"Dah sekarang Lo rehat aja, biar gue sama Nita aja yang ngampus."
"Tapi gue juga mau kuliah."
"Gak usah, lagi pula kita cuma kuliah satu mata kuliah saja. Mending Lo istirahat disini aja, setelah itu baru kita mulai kerja." Terang Nita.
"Kerja....??"
"Lo lupa kalo siang nanti kita dah kerja?" Peringat Nita.
"Iya kenapa gue jadi lupa ya?" Ayu pun memukul pelan kepalanya sendiri.
"Eittzz jangan di pukul, ntar makin oon." Sindir Chesty.
Ayu pun langsung besengut, namun Cesty dan Nita mendeti sobatnya itu. Mereka memeluk Ayu yang sudah duduk posisinya.
"Gue sayang Lo Ayu....." Ucap Nita.
"Gue juga...." Lirih Chesty.
Rasanya Ayu begitu terenyuh akan kedua sobatnya itu, tanpa sadar ia telah berkaca-kaca.
"Makasih ya fren, gue juga sayang kalian." Jawab Ayu yang kini bergantian merengkuh kedua temannya.
Dari kejauhan terlihat sosok pria tampan dengan kemeja koko yang melihat ketiganya, pria itu sempat cemas saat tadi suster mengatakan bahwa pendonor darah tadi pingsan.
Karena Ayu telah berbaik hati mendonorkan darahnya untuk istrinya, otomatis sang ustad tampan itu ingin tahu keadaan Ayu.
Namun ia hanya bisa melihat dari kejauhan saja, pria itu tersenyum melihat kedekatan mereka dengan persahabatan yang haqiqi.