NovelToon NovelToon
Daisy

Daisy

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Romansa / Kriminal dan Bidadari / Chicklit
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Inisabine

Hidup Singgih yang penuh kegelapan di masa lalu tanpa sengaja bertemu dengan Daisy yang memintanya untuk menjadi bodyguard-nya.


Daisy
Penulis: Inisabine
Copyright Oktober 2018

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inisabine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Mobil yang dikemudikan Sofie melambat saat memasuki gerbang apartemen. Ia menurunkan jendela kaca mobil untuk menyapa Pak Satpam yang sedang berada di pos jaga. Pak Satpam balas tersenyum dan menyilakan mobil Sofie lewat.

"Lo yakin mau sewa detektif buat nyelidikin Singgih?" mata Sofie mengedar mencari parkir kosong. "Apa nggak berlebihan, Dis?" ia berhasil menemukan lahan kosong.

Gendis membuka jendela kaca mobil. Kepalanya sedikit melongo keluar untuk melihat bagian belakang, meskipun di mobil Sofie sudah dipasangi monitor canggih untuk melihat sudut belakang mobil.

"Mundur lagi, Sof. Masih banyak," aba-aba Gendis. "Lagi. Dikit lagi. Oop. Oop. Oooop~"

Gendis menutup jendela kaca mobil, melepas sabuk pengaman, lalu melompat keluar. Ia beralih membuka pintu belakang dan menarik dua kantongan belanjaan.

"Kalau Daisy nggak setuju?" Sofie mengambil satu kantongan plastik dari tangan Gendis.

"Diam-diam aja."

"Kalau ketahuan?"

"Nggak bakal curiga. Dunianya kan, hanya webtun."

Sofie mengangguk paham. Sebelah lengannya menggelayut di lengan Gendis. Keduanya melangkah ringan menuju unit apartemen Daisy.

"Masak apa kita hari ini?"

"Yang gurih. Yang manis. Dan, pedas."

"Gue manis. Daisy gurih. Dan, lo pedas."

Gendis mencebik geli. "Mulutmu tuh yang pedas."

"Tapi kan, gue tetap cantik." Sofie mengeluarkan logat ala-ala anak kekinian sembari mengibaskan sebelah rambutnya.

    *

Daisy menuang air putih dalam teko kaca ke gelas. Menenggak tandas minumnya. Hari Sabtu begini enaknya liburan ke Puncak. Tapi apa daya, sirene tenggat waktu harus segera dituntaskan.

Lihatlah. Mata Daisy masih menggantung kantuk. Terpaksa ia bangun lebih pagi untuk menyelesaikan coloring pada panel gambar. Rambut cepol ala kadarnya yang ditusuk dengan pensil sudah menjelaskan betapa capai dirinya.

Bip... bip... bip... biribip...

Suara seseorang mengakses pintu masuk.

Tahu-tahu Daisy merapikan cepolan rambut, lalu memasang senyum untuk menyambut Singgih yang datang usai berolahraga. Sssttth, ini rahasia, yaa. Daisy pernah naksir kakak kelas―seorang atlet basket sekolah―dan ia suka melihat kakak kelasnya itu berkeringat sehabis berolahraga. Menurutnya itu sangat... seksi.

Sayangnya, lengkungan senyum Daisy turun seketika mengetahui siapa yang datang.

"Muka lo kenapa gitu banget?" kecewa Sofie melihat wajah masam Daisy yang menyambut kedatangan mereka. Ia meletakkan kantongan belanjaan ke atas meja dapur.

"Ada yang kamu tunggu, ya?" Gendis mengamati air muka tegang Daisy. Diam-diam menyelidik curiga.

"Ng―er―nggaak," sahut Daisy kaku―yang makin dicurigai Gendis. "Tumbenan amat kalian datang sepagi ini."

"Lha, gimana sih? Kita kan, selalu datang tiap kamu deadline. Mau bantuin coloring."

Mampus. Bagaimana bisa ia lupa?! Ia memang tak memiliki asisten, tepatnya belum, tapi ia punya Sofie yang selalu membantu dalam coloring dan Gendis yang memasak untuk mereka.

Bip... bip... bip... biribip...

Tubuh Daisy mematung mendengar suara pintu kembali diakses oleh seseorang. Air liurnya meneguk kaku. Diliriknya Sofie dan Gendis yang langsung menoleh ke arah pintu masuk. Ekspresi kedua sahabatnya seolah berkata siapa-yang-datang-sepagi-ini-ke-apartemen-Daisy?

Dan, seakan sudah mengetahui seperti apa dan bagaimana reaksi mereka, Daisy pun hanya bisa menyengir canggung saat Singgih menyembul masuk ke unit apartemennya... dengan tubuh yang berkeringat usai berolahraga. Gila. Seksi.

Dalam sekali gerakan cepat, Gendis mencengkeram pergelangan tangan Daisy, dan menyeretnya masuk ke kamar. Sofie mengikuti di belakang. Daisy berasa kamarnya berubah menjadi ruang persidangan. Tertutup dan menegangkan.

Gendis mendudukkan Daisy di tepian ranjang. Dirinya seakan menjelma menjadi jaksa penuntut yang siap menginterogasi saksi.

"Bisa dijelaskan ke kita, Princess Daisy?" Gendis menyilangkan kedua lengan di depan dada.

"Eer... itu..."

"Babang tamvan nginep di sini?" Sofie duduk menjejeri di sebelah Daisy. Mengabaikan situasi tegang.

"Dengan situasi yang berbeda," sahut Daisy takut-takut. Sikapnya layaknya seorang anak gadis yang ketahuan ibunya karena membawa pacar nginap ke rumah.

"Maksudnya dengan situasi yang berbeda?" Gendis menuntut penjelasan lebih.

"Karena dia nggak punya tempat tinggal..."

Sofie tiba-tiba menjentikkan jemarinya. "Lo menampungnya. Sama kayak lo nampung Athan, kan?"

Daisy mengangguk membenarkan sembari mengangguk kaku.

"Daisy." Gendis menggeram menahan marah. "Kamu belum kenal dia banget. Bisa-bisanya kamu masukin dia ke apartemenmu. Gila apa?" ia mengangkat sebelah tangan saat dilihatnya Sofie hendak menyela. "Jangan samakan sama Athan. Athan sepupuku. Dia punya latar belakang yang jelas."

"Lo udah kayak mak tirinya aja." Sofie coba menenangkan sikap berlebihan Gendis.

"Jangan beranggapan orang tua yang marah-marah itu berarti nggak sayang. Justru mereka marah karena mereka masih sayang sama kita. Aku begini karena aku sayang sama kamu, Dai. Kalau terjadi apa-apa sama kamu gimana? Memangnya kamu yakin dia nggak bakal berbuat apa-apa sama kamu?"

Daisy menunduk diam. Membenarkan setengah dari ucapan Gendis.

"Kelihatannya dia baik."

"Kelihatannya?" Gendis melotot mendengar ucapan Sofie.

"Eeeii, gue ini punya banyak pengalaman sama cowok. Mau yang hidung belang; buaya darat; rakyat jelata; semuanya gue pernah. Jadi hanya dengan melihatnya aja gue bisa tahu dia ada maksud apa nggak.'

"Nggak usah banyak omong, deh," sanggah Gendis. "Siapa tuh pacar terakhirmu?" pura-puranya lupa.

Sofie mendesis kesal.

"Lexi," sahut Daisy.

"Baik. Perhatian. Nyatanya dia punya maksud, kan?"

"Ya udah lagi," tandas Sofie mulai kesal. "Nggak usah dibahas bisa nggak?"

Gendis mengembuskan napas cepat. Ia mengusap keningnya kesal. "Sori." Matanya memejam seraya menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk meredam emosinya.

Daisy merasa bersalah karena tanpa sengaja ia malah membuat Gendis dan Sofie nyaris bertengkar.

"Aku... memercayainya."

Gendis membuka mata dan menurunkan sedikit pandangnya mengamati Daisy. Tangannya merogoh ke dalam tas tangannya. "Maaf. Tapi aku nggak bisa memercayainya." Ia mengeluarkan alat kejut listrik. "Gunakan ini saat kamu terdesak."

Ujung bibir Daisy melengkung naik. "Makasih, Mak Gendis." Ia menyambar Gendis ke dalam pelukannya.

"Kalau udah begini aku bisa apa?" Gendis menyerah. "Tapi aku akan tetap mengawasinya."

"Sesukamu aja deh."

Daisy mengeratkan pelukannya. Kepalanya menoleh ke Sofie yang masih bergeming memperhatikan mereka tanpa niatan bergabung.

"Ayo, dong, Sof. Nggak usah ngambek gitu." Tangan Daisy mengulur.

"Maaf." Sesal Gendis. "Aku terlalu ikut campur." Tangannya ikut mengulur untuk Sofie.

"Kesal aja tadi... karena emang benar." Sofie lalu mengembangkan senyumnya. "Karena kita lebih dari sekadar sahabat." Ia menyambut uluran tangan Daisy dan Gendis.

"Karena kita saudara," sambung Daisy.

"Karena kita tertawa dan menangis bersama," sambung Gendis melengkapi makna persahabatan mereka.

Ketiganya kemudian berbaur dalam pelukan dan tawa bersama.

    *

"Lo suka, kan?"

"Hm?"

Daisy sibuk menggambar panel cerita untuk episode selanjutnya. Sementara, Sofie duduk di seberang Daisy sembari mewarnai panel gambar. Tenang saja. Karena Daisy tak lupa mencantumkan nama Sofie Nugraheni di credit title.

"Suka kan, Dai?"

"Siapa?"

"Elo-laaah. Suka sama Singgih, kan?"

Daisy mendongak pelan. Langsung mengerti kalimat tanya itu. Ingin membantah, tetapi jelas ia tak pandai berbohong.

"Tauk, Sof. Terlepas dia ada di sana karena kebetulan apa nggak," jeda Daisy. "Aku hanya merasa aman karena dia menyelamatkanku."

"Hanya itu?" Sofie tertarik mengenai perasaan sahabatnya.

Daisy mengangguk.

"Sebenarnya gue setuju sama Gendis," aku Sofie. "Udah banyak cowok yang gue kenal. Dan kalau pun gue tertipu oleh cinta mereka, gue nggak akan begitu terluka. Udah biasa. Gendis pun walau dia anak rumahan, tapi dia tipe yang sulit percaya sama orang asing. Sangat teliti. Sedangkan elo―"

Daisy menggenggam pen erat. Seakan tahu apa yang hendak dikatakan oleh Sofie.

"―elo terlalu naif kalau berurusan dengan cinta."

"Berharap boleh, kan?"

Sofie hanya mengulas senyum pendek. Lalu berkata, "Bagi lo, cinta seperti yang lo gambar ini." Pen digenggaman tangannya menunjuk ke tokoh utama pria dalam webtun yang digambar Daisy.

Sikap diam Daisy seakan membenarkan tebakan Sofie.

"Yang kuinginkan nggak muluk. Bukan CEO kaya nan tampan. Bukan yang populer. Apalagi yang gombal. Cukup yang sederhana... yang mampu menggetarkan hatiku."

"Itu sih mau lo. Tapi papa lo pasti akan nyari yang sepadan dengan lo. Angga Djubroto ganteng, lhooo."

Daisy memasang raut masam.

"Hidup lo bakal sempurna kalau nikah sama Angga Djubroto. Lo tinggal shopping; duduk syantik di rumah sambil ngasuh anak. Bikin webtun."

"Yaah, dan pernikahanku bakal jadi pernikahan bisnis."

Pintu ruangan terbuka. Gendis yang hanya mendengar setengah ucapan Daisy lantas bertanya ingin tahu.

"Siapa yang nikah?"

"Daisy sama Angga." Sofie menahan tawa.

Gendis jalan mendekati Daisy dengan kilatan mata berbinar. "Akhirnya. Kamu nerima juga. Selamat ya, Dai. Aku ikut senang deh."

"Nggak ada yang nikah," sanggah Daisy. "Fokusku saat ini webtun. Nikah urusan belakangan."

Kedua ujung bibir Gendis melengkung turun sembari angguk-angguk kepala jenaka. Tampak tak yakin dengan kelakaran Daisy. "Dia belum ketemu aja sama yang klik di hati."

"Kalau dia gimana? Udah klik di hati belum?" Sofie mengerling jenaka ke Daisy.

Daisy terdiam. Ia tak bisa berbohong kalau hatinya saat ini memang telah menghangat oleh kehadiran Singgih.

    *

1
elica
wahhh keren bangettt🤩🤩
mampir di ceritaku juga dong kak🤩✨
elica
hai kak aku mampirrr🤩✨
Inisabine: Haii, makasih udah mampir 😚✨
total 1 replies
US
smg aksyen baku hantam /Good//Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!