Kejadian satu malam dengan pria yang sangat membencinya membuat Vara memutuskan untuk meninggalkan kota dan mengubur harapannya dalam-dalam untuk melanjutkan pendidikan.
Kehidupan baru yang Vara kira akan tenang dan melupakan peristiwa buruk yang dialaminya ternyata hanya sementara saja. Hadirnya dua malaikat kecil di hidupnya membuat Vara mendapatkan cacian dari warga sekitar dari masa kehamilan sampai kedua anaknya lahir.
Setelah empat tahun berlalu Ibu yang mendapatkan tawaran untuk mengelola cafe milik kakaknya mengajak Vara untuk kembali ke kota. Ternyata nasib baik tidak berpihak kepada Vara. Setelah enam bulan ia pun dipertemukan kembali dengan Rangga ayah dari kedua anaknya. Perjalanan hidup baru Vara pun di mulai dengan terbongkarnya rahasia yang diketahui Rangga bahwa ia memiliki anak kembar dari Vara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Didi Kelinci
Kedua mata Yura nampak berkaca-kaca semenjak makan malam. Kebiasaan sang bunda yang menyuapinya makan membuat gadis kecil itu tidak berselera untuk makan walaupun sudah disuapi Mita. Yura ingin pulang malam itu juga tapi tidak bisa mengungkapkan keinginannya. Di kamar Yura tidak bisa lagi menahan air matanya, gadis kecil itu langsung terisak menyebut sang bunda berkali-kali setelah Mita turun ke bawah membuatkan susu untuk Yura.
Aidan yang melihat adiknya seperti itu tidak tega, tapi ia bingung bagaimana untuk membuat Yura berhenti menangis. Rangga sedang di ruangan kerjanya menyelesaikan pekerjaan yang tertunda karena hari ini meninjau proyek di luar kota. Mita yang mendengar isakan dari kamar Yura mempercepat langkahnya melihat apa yang terjadi di dalam kamar cucunya itu.
"Huuuaaaaa... Bundaa... Yula mau bundaa kakk... Mau bundaaa..." tangis Yura semakin kencang.
"Besok kan kita pulang Yura... Jangan nangis dong... Sakit nih telinga kakak..." gerutu Aidan.
"Kakak jahaddd... Yula mau bundaaa... Hikss... Hiks..."
Mita masuk dengan gelas hisap berisi susu untuk Yura di tangannya. Melihat Yura menangis terisak Mita meletakkan gelas di atas nakas yang berada di samping tempat tidur Yura.
"Loh... Cucu nenek kenapa nangis?" tanya Mita heran. Tadi cucunya itu memang terlihat muram. Mita pikir itu hal biasa karena Yura mungkin sudah mengantuk.
"Yura mau bunda katanya nek... Yura sudah biasa disuapin bunda kalau makan... Minum susu sebelum tidur juga bunda yang pegangin gelas isapnya." jelas Aidan yang melihat kebingungan Mita.
Mita baru mengerti atas sikap Yura yang langsung murung waktu makan malam tadi. Ia bahkan tidak berfikir sampai ke sana, karena asiknya menyuapkan Yura makan dan tidak memperhatikan jika Yura sudah mau menangis sewaktu makan malam tadi.
Mita duduk di samping Yura, mengelus rambut pirang cucunya. "Besok kan jumpa sama bunda lagi sayang... Apa Yura tidak senang menginap di rumah nenek?" tanya Mita lembut.
"Sse-nang nekk... Ta-pi Yu-la mau bun-da di si-ni ju-ga..." ucapnya terisak.
"Yura sama nenek dulu ya malam ini... Besok kalau mau nginap di sini lagi bundanya di bawa saja sama nenek Ana yaa... Besok nenek bawa Yura main sama Didi kelinci di belakang mau?" bujuk Mita.
"Didi kelinci?"
"Iya Didi kelinci ada di taman belakang rumah sayang..." ucap Mita tersenyum melihat Yura yang sudah mulai terpancing untuk mengalihakan kesedihannya.
"Yula suka kelinci nek... Ada belapa Didi kelinci?" ucap Yura sambil mengelap sisa air matanya dengan lengannya.
"Didi Kelinci cuma ada satu sayang... Didi kelinci itu binatang peliharaannya onty Lala."
Yura manggut-manggut. "Yula mau liat Didi Kelinci sekalang boyeh?" tanya Yura dengan mata berbinar.
"Tidak boleh sayang... Nanti ayah bisa marah kalau Yura main sama Didi malam-malam."
"Yula mau ayah nek, kenapa ayah belum datang kemali..." rengek Yura.
"Sebentar yah nenek panggilin ayah dulu." Mita bergegas keluar kamar menuju ruang kerja Rangga sebelum Yura merengek dan menangis lagi.
Rangga masih fokus dengan dokumen-dokumen yang ada di atas meja kerjanya. Kedatangan Mita yang tergesa-gesa mengalihkan perhatian Rangga ke arah Mita. "Ada apa ma?" tanya Rangga.
"Yura cariin kamu tuh, cepetan kamu ke kamar nak... Dari tadi Yura nangis terus nanyain bundanya... Mama sampai bingung harus gimana... Untung mama ingat Yura suka Kelinci, jadi mama ajakin saja Yura besok bermain Kelinci di belakang."
"Agh... Iya ma, maaf sudah merepotkan mama. Kalau begitu Rangga ke kamar anak-anak dulu ma..."
"Tidak masalah sayang... Mama malah senang bisa bersama cucu-cucu mama... Ya sudah cepatlah susul anak-anak kamu nanti mama nyusul... Mama mau menelefon Lala dulu kenapa lama sekali pulangnya..."
Rangga mengangguk dan keluar ruangan kerjanya menuju kamar Yura. Sampai di kamar Yura, Rangga melihat anaknya itu masih berlinang air mata sambil memeluk boneka Kelinci. Sedangkan Aidan hanya memandang adiknya itu dengan mencebikkan bibirnya kesal.
"Ayahhh... Yula mau bundaa... Biasanya mimi susu sama bundaa ayah..." adu Yura ketika Rangga sudah duduk di sampingnya.
"Mimi susunya sama ayah aja malam ini yaa... Kita video call bunda saja bagaimana sayang?" ucap Rangga.
"Video call yang bisa liat bunda ayah??"
"Iya sayang... Bentar ya ayah telfon bunda dulu..." Rangga melakukan panggilan video call dengan Vara. Vara yang sedang menangis di kamarnya karena tidak biasa berada jauh dari anak-anaknya tersentak akan panggilan vido call dari Rangga.
Takut-takut Vara mengangkat panggilan dan muncullah wajah Yura di sana.
"Huuuuu... Bundaa... Yula linduuu... Mau di suapin bunda... Dimimiin bunda jugaa..."
"Eh sayang kenapa menangis?? kakak Aidan mana??"
Yura mengalihkan layar ke arah Aidan yang duduk di depannya. "Kaka Aidan jahad bundaa..." adu Yura.
"Hah?? Kakak jahat apa sama Yura?" ucap Aidan kesal.
"Tadi kakak malah waktu Yula nangis..."
"Kamu berisik Yura... Kakak nyuruh kamu diam bukan marah..." cebik Aidan.
"Sama aja kakak malah sama Yula tadi..."
Rangga menggelengkan kepala melihat tingkah dua bocah kecil kesayangannya. Ini kenapa jadi mereka yang bertengkar, pikir Rangga. Dan mengabaikan ponsel yang sudah berpindah tangan ke Rangga.
Suara Vara yang memanggil Yura pun membuat Rangga mengarahkan layar ponsel ke arahnya. Vara dapat melihat dengan dekat wajah Rangga yang terlihat lebih tampan dengan rambut yang sedikit berantakan ketimbang biasanya. Begitupun Rangga yang melihat wajah Vara semakin cantik dengan bando pita di kepalanya. Bando yang melekat di kepala Vara membuat ia seperti anak SMA alih-alih sudah miliki dua anak.
"Ehm, Ranggga coba berikan ponselnya kepada Yura lagi... Aku mau berbicara dengannya." ucap Vara yang melihat Rangga hanya diam saja.
"Yura... Ini bunda mau berbicara lagi dengan Yura..." ucap Rangga yang memutuskan pertengkaran Tom and Jerry dihadapannya.
Kenapa dia semakin cantik saja jika berpenampilan seperti itu... Dia bahkan tidak seperti seorang ibu yang memiliki dua anak... Agh bicara apa gue?!
"Bunda kata nenek besok kalau mau menginap di sini lagi bunda ikut ya dengan nenek... Bial Yula bisa bobo sama bunda dan ayah... Malam ini Yula bobo sama nenek, onty dan kakak di kamal Yula..."
"Kamar Yura??"
"Iya bunda... Ini Yula lagi di kamal Yula... Kakak juga ada kamal juga... Kamalnya lucu bundaa banak kelinci..."
"Yura jangan nakal di rumah ayah yaa sayang.. Jangan bertengkar terus dengan kakak... Tidak boleh mengganggu nenek dan kakek juga yaa... Harus nurut sama ayah di sana yah sayang..." ucap Vara lembut.
"Iyaa bundaa.. Yula nda nackal... Kakak Aidan yang nackal bundaa..." ucap Yura yang mendapatkan tatapan tajam dari Aidan.
Vara terkekeh mendengar ucapan Yura yang selalu saja mengajak perang kakaknya itu.
"Ya sudah kalau begitu sayang... Bunda mau lihat nenek ke kamarnya dulu yaaa.. Bunda tutup dulu telfonnya..."
"Dadahh bundaa..." ucap Yura yang di balas lambaian tangan Vara di layar ponsel dan memutuskan panggilan telfonnya.
RANGGA KAMU SALAH MENILAI VARA YG MSH LUGU SUCI