NovelToon NovelToon
Antara Jiwa, Cinta Dan Pembebasan Malaka

Antara Jiwa, Cinta Dan Pembebasan Malaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Perperangan / Ilmu Kanuragan
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dimas riyana

Pagi yang cerah di suatu pulau bagian utara Jawa, desiran ombak dan suara burung-burung pagi sudah menghiasi dermaga, beberapa nelayan yang baru pulang melaut sedang memilah-milah hasil tangkapan, seorang pemuda yang tegap dan gagah terlihat sibuk dengan perahu cadiknya.
“hoooyyy... Wahai laut, hari ini aku akan mengarungimu, aku akan menjadi penjaga laut Kesultanan, kan ku berantas semua angkara murka yang ingin menjajah tanah Jawa, bersiaplah menerima kekuatan otot dan semangatku, Hahahaha..
”Rangsam berlayar penuh semangat mengarungi lautan, walau hanya berbekal perahu cadik, tidak menurunkan semangatnya menjadi bagian dari pasukan pangeran Unus. Beberapa bulan yang lalu, datang Prajurit Kesultanan ke pulau Bawean, membawa selembar kertas besar yang berisi woro-woro tentang perekrutan pasukan Angkatan laut pangeran Unus Abdurrahman, dalam pesan itu tertulis bahwasanya pangeran akan memberantas kaum kuning yang selama ini sudah meresahkan laut Malaka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dimas riyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

QUEEN ANNE WARANGKA

“Namaku Rangsam bin wiya, nama lain ku Raden Warangkakusuma, aku adalah seorang pangeran dari Kerajaan Bintara di tanah Jawa. tujuh tahun yang lalu kami mengadakan ekspedisi untuk membebaskan wilayah malaka dari tangan Portugis, namun kami menelan kekalahan karena ada penghianat, kami tercerai berai, dan aku terdampar di pulau ini”.

Jim terperangah, ia tidak menyangka bahwa anak muda di hadapannya ini adalah orang yang luar biasa.

“begitu terhormatnya aku wahai yang mulia, namamu menggegerkan seantero koloni Eropa di Asia, orang yang hampir saja menggulingkan gubernur Portugis di Malaka, kini ia menjadi penyelamatku di pulau antah berantah, hamba sangat terhormat”.

Jim berdiri lalu membungkuk memberi hormat kepada Rangsam.

“tidak perlu berlebihan seperti itu paman, sudah menjadi sifat kami menolong orang yang lemah, duduklah, dan nikmati teh panasmu sebelum dingin”.

Jim kembali duduk, tak lama kemudian seorang wanita penduduk asli membawakan makanan.

“baiklah, saatnya kita makan, sepertinya putrimu sebentar lagi siuman”, dan benar saja, karena mencium bau makanan yang lezat, Anne terbangun dari pingsannya.

“Ayah, kau kah itu?, dimana ini?, bagaimana kau bisa selamat?” Anne masih bingung dengan keadaan yang banyak ia lewatkan.

“Sudahlah, jangan dipikirkan, mari kita makan dulu” sela Rangsam.

“trimakasih tuan” jawab Jim.

“tidak perlu memanggilku tuan, panggil saja aku Rangsam”.

“baiklah jika itu mau mu, sepertinya aku lebih suka memanggilmu anak muda” .

“Terserah kau saja, tugas kita sekarang adalah menghabiskan makanan ini, mari kita makan sama-sama”.

Mereka bertiga menyantap hidangan, tampaknya Anne masih bingung dan sedikit canggung, namun Jim dan Rangsam tidak menangkap apa yang dirasakan Anne.

Selesai makan Rangsam mengajak Jim dan Anne berjalan-jalan keliling pemukiman, ia sedikit bercerita bagaimana awal mula ia membangun pemukiman ini.

“tujuh tahun yang lalu aku terdampar di pulau ini, entah kau mau percaya atau tidak, aku diterbangkan dari Malaka ke tempat ini”.

“memang banyak hal di dunia ini yang tidak kita mengerti”.Jawab Jim sambil mengerutkan dahi.

“berhari-hari aku pingsan di pantai, hingga saat mereka menemukanku, mereka menyembuhkanku, karena fisikku yang berbeda dengan mereka, mereka menganggap aku dewa yang turun dari langit, karena memang ada yang melihatku jatuh dari langit”.

Rangsam berhenti, lalu menunjuk ke satu rumah, “itu adalah rumah ketua suku, awalnya rumah bliau hanya tenda dari kulit binatang, berhari-hari aku di rawat di sana”.

“sungguh baik sekali hati penduduk pulau ini” sahut Jim.

“Setelah aku siuman, aku mulai belajar bahasa mereka, dan aku jelaskan bahwa aku bukanlah dewa.

aku hanyalah manusia biasa yang kebetulan Tuhan berikan kelebihan, aku ajarkan mereka agama Islam, ku ajarkan mereka hidup dengan beradab. tak lupa juga aku ajarkan mereka bertani dan melaut, menenun pakaian, membangun rumah, serta menempa logam, baik emas maupun besi, dan alhamdulillah, dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun, kehidupan mereka sudah semakin baik”.

“sungguh besar jasamu kepada penduduk pulau ini wahai anak muda”.

“semua ini kehendak Tuhan paman”.

Rangsam melanjutkan ceritanya, “tiga tahun yang lalu, terdengar kabar bahwa suku di utara menemukan pria yang terkatung-katung di atas papan, dan sama sepertiku, mereka menganggapnya dewa, sialnya si pria itu menikmati gelar barunya”.

“yang kau maksud adalah Tan hui?” jawab Jim.

“Benar sekali paman, dan hebatnya ia berhasil menyatukan empat suku di pulau Mamosa. kami sempat terdesak, namun dengan pertolongan Allah, kami dapat mengimbangi, dan membuat perjanjian gencatan senjata.

aku mengajukan syarat, bahwasanya bila ada kapal yang terdampar di perairan Pulau Mamosa, maka menjadi milikku, mereka menyetujuinya, dan selama tiga tahun ini kami hidup dengan wilayah kekuasaan masing-masing”.

“jadi, apalah kau menginginkan kapal ku wahai anak muda”. Jim bertanya pada Rangsam.

“Iya paman, izinkan aku mengambil kapalmu, jika kau ingin hidup di pulau ini, kau tidak akan mendapatkan gangguan, insyaallah aku menjamin. jika kau ingin ke selatan seperti tujuan awal mu, aku dengan senang hati mengantarkan” Rangsam meminta dengan penuh sopan santun kepada Jim, Jim pun tersenyum.

“Baru kali ini aku menemui seorang yang jika mau pasti ia dapat mengusai jiwa dan harta kami, namun ia memilih untuk memohon”.

Tampaknya Anne sedari tadi memperhatikan Rangsam, dalam hatinya bertanya, orang seperti apakah ia sebenarnya, mengingat banyak kejadian yang ia alami, rasa waspada membentuk sifat dan kepribadian baru bagi Anne.

“baiklah paman, jika boleh, aku akan mengutus teman-temanku untuk mencari kapalmu, mungkin belum jauh dari sini”.

“baiklah, ku berikan kapalku untukmu, tapi sudikah kau mengantarkan kami ke negeri mu, kami ingin memulai hidup baru”.

“dengan senang hati paman” Rangsam membungkuk tanda Terima kasih.

Tiga hari sudah berlalu, Rangsam dan penduduk pulau sudah menemukan kapal milik Jim Watson. Mungkin karena cuaca, kapal Jim perlu beberapa perbaikan.

penduduk pulau bahu membahu memperbaiki kapal Jim. Nampaknya hanya perlu perbaikan di lambung kapal dan layar. mungkin butuh waktu seminggu agar semuanya siap.

tak lupa juga mereka menyiapkan perbekalan makanan, dan juga beberapa peti emas, batu mulia ikut mereka bawa, siapa tau berharga di suatu tempat.

Anne Masih banyak berdiam diri, ia tak mau bicara, sifat waspadanya membuat ia begini.

“Kulihat sejak pertama bertemu, kau lebih banyak diam Nona”, Rangsam membuka pembicaraan.

“aku sedang membatasi diriku berbicara dengan orang asing”, jawab Anne dengan ketus.

“aku mengerti, aku tau bagaimana kejamnya orang asing” Rangsam menimpali.

“Apa maksudmu, kau menganggap semua bangsa Eropa kejam?” jawab Anne dengan nada sedikit marah.

“Aku tidak bicara begitu” Rangsam berlalu meninggalkan Anne yang masih menahan kesalnya.

“Tapi kau menggiring pembicaraan ke arah itu, wahai pangeran muda” wajah Anne memerah, namun Rangsam dengan santainya meninggalkan Anne tanpa menoleh sedikit pun.

“Aku benci pria itu”, Anne menggerutu sendiri sambil meremas-remas gaunnya.

Jim dan penduduk pulau masih di atas kapal, Jim yang sedikit banyak mengetahui konstruksi kapal berlaku sebagai pengarah, dan tepat pada hari ke tujuh setelah perbaikan, kapal selesai dan siap berlayar, ada beberapa perubahan, yaitu penambahan jumlah meriam.

kolaborasi antara meriam cetbang dan meriam Eropa menghiasi kapal galiung itu. Anne sudah tidak sabar untuk pergi dari tempat ini, tempat yang terpencil dan tidak ada apa apanya.

“hey paman, apakah kita perlu nama untuk kapal baru mu ini?” Rangsam bertanya kepada Jim.

“Sepertinya perlu, karena kita akan memulai sesuatu yang baru, kita perlu nama yang baru” Jawab Jim.

Tiba-tiba Anne menyela pembicaraan mereka, “namanya Anne, Queen Anne, bagus bukan?”, Anne sambil bertolak pinggang menatap kapal yang megah itu.

“Tidak buruk untuk namanya sebuah kapal” timpal Rangsam, “namun lebih baik jika di beri nama sesuai namaku, Warangkakusuma, bagaimana?” Rangsam menatap Anne dengan pandangan meledek.

“nama itu buruk sekali”, Anne terang-terangan berkomentar sambil tersenyum sinis dan ekor mata melirik ke Rangsam.

“sudah-sudah, biar aku saja yang memberikan nama” sergah Jim, “namanya adalah, Queen Anne warangka, bagaimana?, nama yang bagus kan?”

“hey ayah, aku tidak sudi namaku disandingkan dengan nama pemuda sombong ini” Anne cemberut sambil melipat tangannya.

“paman, nama warangka sudah bagus, tapi nama depannya itu loh paman, tidak jantan sama sekali” Rangsam ikut protes.

“Sudahlah, kalian harus saling mengalah, kedua nama itu bagus, apalagi jika disatukan, benar kan kawan-kawan?” Jim tersenyum pada mereka berdua sambil meledek, penduduk pulau pun mengiyakan pemberian nama itu. mereka bersorak-sorai kepada kapal baru mereka, Queen Anne warangka.

HIDUP QUEEN ANNE!!!! HIDUP WARANGKA!!!

HIDUP QUEEN ANNE!!!! HIDUP WARANGKA!!!!

Mereka semua mengelu-elukan nama baru kapal ini. sejarah baru akan dimulai dari sini, dari pulau Mamosa, dari kapal Queen Anne warangka, Rangsam akan memulai kehidupan barunya dan perlawanan barunya terhadap Portugis, bukan sebagai prajurit Bintara, namun sebagai seorang Lanun di Nusantara.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!