NovelToon NovelToon
Rojali Dan Ratih

Rojali Dan Ratih

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Ilmu Kanuragan
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

"kamu pembawa sial tidak pantas menikah dengan anakku" ucap Romlah
"aku sudah mempersiapkan pernikahan ini selama 5 tahun, Bagaimana dengan kluargaku" jawab Ratih
"tenang saja Ratih aku sudah mempersiapkan jodohmu" ucap Narti
dan kemudian munculah seorang pria berambut gondrong seperti orang gila
"diakan orang gila yang suka aku kasih makan, masa aku harus menikah dengan dia" jawab Ratih kesal
dan tanpa Ratih tahu kalau Rojali adalah pendekar no 1 di gunung Galunggung

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RR 26

“Jangan... saya mohon, Bu... saya janji berubah...” ucap Sardi, nyaris menangis, kepalanya tertunduk rendah seperti kehilangan harga diri.

Yohana menghela napas, lalu berkata pelan namun jelas, “Baiklah. Kalau kamu sudah paham apa mauku... semuanya akan beres. Tapi pastikan kamu benar-benar mengerti.”

Sardi mengangkat kepala perlahan. Dalam hati, ia berpikir, ternyata wanita ini juga tak sesuci yang kubayangkan. Ia menafsirkan kata-kata Yohana sebagai sebuah kode—permintaan maaf saja tak cukup, harus disertai "amplop".

“Baik, Bu. Terima kasih...” ucap Sardi dengan senyum paksa.

Yohana mengambil secarik kertas, menuliskan angka, lalu melemparkannya ke arah Sardi. “Tiga puluh juta. Jangan kurang satu rupiah pun.”

Sardi menelan ludah. Dengan wajah kelam, ia menyerahkan kertas itu pada Rodiah, istrinya. Dengan berat hati, Rodiah membuka ponsel dan melakukan transfer. Uang 30 juta lenyap dalam hitungan detik—demi menjaga jabatan suaminya yang sudah mulai rapuh.

Setelahnya, Sardi berdiri lemas. Warga yang masih menyaksikan hanya diam. Dengan langkah lunglai dan menanggung malu, Sardi dan Rodiah akhirnya pergi. Bagi Sardi, kehilangan 30 juta tidak seberapa... asalkan gelar ASN-nya tidak ikut melayang.

Yohana mengalihkan pandangan pada Kartika dan Damar. Suaranya kini terdengar lantang dan berwibawa.

“Rojali bukan sekuriti saya. Dia adalah wakil saya. Menyinggung dia... sama saja menyinggung saya.”

Damar mengepalkan tangan. Amarah dan harga dirinya berkecamuk. Tapi sebelum sempat membuka mulut, Kartika membisikkan sesuatu ke telinganya. Wajah Damar berubah—tak jelas antara malu, takut, atau kecewa. Ia pun memilih diam, dan beberapa saat kemudian Kartika menggandeng tangannya dan mereka pun pulang.

Ratih menghela napas lega.

Yohana menoleh ke arah Ratih dan Rojali. “Rojali dan Ratih... saya bawa sekarang. Saya tidak minta izin. Saya hanya memberi tahu.”

Tak ada yang berani menjawab.

Yohana melangkah pergi dengan tenang, diikuti Rojali dan Ratih di belakangnya. Di belakang mereka, kampung yang tadinya dipenuhi suara hinaan dan cemoohan... kini hanya meninggalkan bisu dan tatapan kosong.

Di dalam mobil yang melaju perlahan meninggalkan kerumunan, suasana sempat hening. Ratih duduk di belakang, masih tertegun dengan apa yang baru saja terjadi. Sementara Rojali yang duduk di depan, sesekali melirik ke arah Yohana. Ada kegelisahan yang mengusik rasa penasarannya.

Akhirnya ia tak tahan juga.

“Bu… apa betul Ibu kenal sama Pak Sumitro?” tanyanya hati-hati, nadanya sungguh-sungguh.

Yohana tersenyum tipis, matanya tetap lurus ke depan. “Kenal? Ya... sepintas. Waktu aku urus perizinan proyek tahun lalu.”

“Jadi... bukan kenal dekat?” Rojali mendesak.

Yohana terkekeh pelan. “Nomornya saja aku nggak punya, Rojali.”

Rojali langsung terdiam. Matanya melebar. Wajahnya antara heran dan kagum.

“Terus… tadi itu... suara siapa?” bisiknya, nyaris tak percaya.

Yohana tertawa kecil, senyumnya penuh kemenangan. “Itu potongan pidato Sumitro waktu acara pelantikan pejabat. Sudah lama aku simpan, berjaga-jaga kalau butuh.”

Rojali menggelengkan kepala pelan, mulutnya menggurat senyum tak percaya.

“Benar-benar perempuan ular…” pikirnya dalam hati.

“Lembut di luar, mematikan di dalam. Sulit ditebak… tapi tak bisa diabaikan.”

..

..

"Bu Ratih," ucap Yohana pelan, memecah keheningan dalam mobil.

Ratih tersenyum sopan. “Panggil saja saya Ratih, Bu.”

Yohana mengangguk. “Kalau begitu, kamu juga harus panggil aku Yohana saja.”

Ratih tertawa kecil, agak canggung. “Rasanya nggak sopan, Bu... Atasan suami saya, berarti juga atasan saya.”

“Enggak, kita ini seumuran kok,” balas Yohana santai. Lalu ia menyeringai kecil, “Lagipula... kalau kamu tetap manggil aku 'Bu', aku pecat suamimu.”

Ratih kaget sejenak, tapi kemudian ikut tertawa. Meski santai, ia tahu Yohana bukan orang yang mudah ditebak. Ada tekanan tersembunyi di balik senyumnya yang manis.

Setelah itu, mereka terlibat dalam pembicaraan yang lebih serius. Yohana, tanpa banyak basa-basi, menawarkan pekerjaan untuk Ratih sebagai juru masak di proyek. Sebuah tawaran yang mengejutkan.

“Gajinya layak, fasilitas cukup. Dan kamu bisa lebih dekat dengan suamimu di lapangan,” kata Yohana sambil menatap Ratih dalam-dalam.

Awalnya Ratih ragu. Ia tidak terbiasa bekerja di proyek besar, apalagi di bawah pengawasan langsung wanita sekuat Yohana. Tapi di balik keraguan itu, ada satu hal yang membuatnya mengangguk pelan.

Rojali.

Di kampung, mungkin hanya Yohana yang bisa menandingi kecantikan Ratih. Tapi Yohana punya sesuatu yang Ratih tak punya—pendidikan tinggi, kecerdasan tajam, dan karier yang cemerlang. Ratih tahu, daya tarik wanita kota seperti Yohana bukan sekadar penampilan.

Ia tak akan biarkan Rojali berpaling. Tidak sekarang, tidak pernah. Apapun risikonya, Ratih akan mempertahankan cintanya—dengan cara apa pun.

..

Yohana tidak langsung membawa Rojali dan Ratih ke lokasi proyek. Sebagai gantinya, ia mengarahkan mobil menuju sebuah rumah bergaya minimalis yang ia sewa selama proyek berjalan. Sebuah tempat yang jauh dari keramaian, tapi nyaman dan bersih. Di dalamnya, aroma kopi dan kehangatan langsung menyambut.

Mereka duduk bertiga di meja makan yang sederhana namun tertata rapi. Di hadapan mereka, tiga cangkir kopi hitam mengepul pelan.

“Rojali, untuk saat ini... hanya kamu yang bisa aku percaya sepenuhnya,” ucap Yohana sambil menyeruput kopinya perlahan. “Dan Ratih, aku minta kamu juga bantu aku selesaikan proyek ini. Aku butuh orang-orang jujur di sisiku.”

Rojali mengangguk mantap. “Tenang saja, Bu. Proyek ini pasti berjalan baik... asal Ibu mau ajarkan satu jurus ke saya.”

Yohana mengangkat alis, heran. “Jali, kamu ini kan yang jago bertarung. Masa minta jurus ke aku?”

Rojali tertawa kecil. “Saya minta diajarin jurus... silat lidah!” ucapnya sambil terkekeh, membuat suasana mencair seketika.

Tawa pun pecah di antara mereka. Untuk pertama kalinya sejak konflik yang memanas di kampung, mereka bertiga tertawa bersama, bukan sebagai atasan dan bawahan, tapi sebagai manusia yang mulai saling mempercayai. Yohana memperlakukan mereka bukan sebagai pegawai, tapi seperti keluarga. Bagi Ratih, Yohana terasa seperti kakak perempuan yang tak pernah ia miliki.

Malam itu, Yohana mengajak Ratih ke kamarnya. Sebuah ruangan yang tertata elegan tapi tetap sederhana.

“Besok kamu harus tampil cantik,” ucap Yohana sambil membuka lemari, lalu menyerahkan beberapa potong baju pada Ratih—blus pastel, rok panjang, dan satu gaun kasual berwarna lembut.

Ratih menatap pakaian itu, canggung. “Ini... berlebihan, Ka” katanya gugup. Rasanya kurang sopan jika memanggil Yohana dengan langsung namanya maka Ratih memutuskan memanggil Yohana dengan sebutan Kaka. Yohana tidak keberatan lagian dari dulu dia memimpikan punya adik perempuan.

“Hehe, enggak berlebihan,” jawab Yohana sambil tersenyum hangat. “Kamu karyawanku sekarang. Jangan sampai malu-maluin aku di lapangan.”

Yohana menuntun Ratih duduk di depan meja rias. Ia mengambil sisir dan perlahan membelai rambut Ratih, lalu mulai menata pelan-pelan. Sentuhannya lembut, seperti kakak pada adiknya.

“Kamu benar-benar cantik alami, Ratih. Banyak perempuan kota yang bayar jutaan untuk wajah setenang ini,” bisiknya sambil tersenyum.

Ratih terdiam. Di matanya mulai berkaca. Bukan karena pujian, tapi karena untuk pertama kalinya dalam hidup, ia merasa dianggap, dimuliakan—bukan sebagai istri pegawai kecil atau gadis kampung, tapi sebagai perempuan yang pantas dihargai.

Yohana pun mulai merawat wajah Ratih dengan masker ringan dan pelembap. Mereka berbicara pelan, berbagi cerita, tertawa kecil di sela perawatan, seakan malam itu bukan malam kerja... tapi awal dari sebuah ikatan yang tulus

..

..

Waktu terus berjalan, detik demi detik terasa seperti siksaan bagi Sinta. Ia berjalan mondar-mandir di ruang rias, bukan karena Bagas yang terlambat datang ke pelaminan, tapi karena satu sosok yang belum juga muncul—Ratih.

Bibir Sinta bergetar menahan kesal, matanya terus melirik jam dinding. Gaun putih yang membalut tubuhnya tampak sempurna, riasannya pun tak bercela. Tapi hatinya tidak tenang.

"Kemana sih anak sialan itu?" gumamnya dengan suara rendah, penuh geram.

Yang membuatnya gelisah bukan ketidakhadiran seorang tamu, tapi ketidakhadiran penonton utama dari kemenangan pribadinya. Dalam benaknya, Sinta membayangkan Ratih datang dengan wajah tertunduk, memakai baju lusuh, berdiri di sudut ruangan tanpa seragam keluarga, menyaksikan Bagas—mantan kekasih Ratih—mengucap ijab kabul dengan dirinya.

1
Purnama Pasedu
kerenkan ratih
saljutantaloe
lagi up nya thor
Ninik
kupikir lsg double up gitu biar gregetnya emosinya lsg dapet
Ibrahim Efendi
lanjutkan!!! 😍😍😍
Ranti Calvin
👍
Purnama Pasedu
salah itu
Purnama Pasedu
sok si kamu sardi
Ibrahim Efendi
makin seru!! 😍😍
Purnama Pasedu
pada pamer,tapi jelek
Purnama Pasedu
nah loh
Ninik
edaaannn....kehidupan macam apa ini
saljutantaloe
nah loh pusing si Narti jdinya
ditagih hutang siapin Paramex lah hehe
saljutantaloe
nah gtu dong ratih lawan jgn diem aja skrg kan udh ada bg jali yg sllu siap membela mu
up lg thor masih kurang ini
Purnama Pasedu
telak menghantam hati
Purnama Pasedu
jurus apa lagi rojali
Purnama Pasedu
tapi kosong ucapannya
Purnama Pasedu
kayak pendekar ya
saljutantaloe
widih bg jali sakti bener dah
bg jali bg jali orangnya bikin happy
Sri Rahayu
mantap thor..
sehat selalu
saljutantaloe
seru thor ceritanya up banyak" thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!