Kematian Winarsih sungguh sangat tragis, siapa sebenarnya dalang di balik pembunuhan wanita itu?
Gas baca!
Jangan lupa follow Mak Othor, biar tak ketinggalan updatenya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKW Bab 2
Tok! Tok! Tok!
Kali ini ada yang mengetuk jendela kamarnya, Winarsih yang sedang merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur langsung menolehkan wajahnya ke arah suara. Dia menatap jendela yang tertutup hordeng.
Lalu, wanita itu menajamkan pendengarannya. Takut-takutnya dia salah dengar, tetapi tak lama kemudian dia kembali mendengar ada yang mengetuk jendela kamarnya.
Tok! Tok! Tok!
"Siapa sih? Jangan iseng dong!" ujar Winarsih kesal juga.
Winarsih turun dari tempat tidur dengan begitu hati-hati, tentunya karena dia takut kalau kandungannya akan kenapa-kenapa. Lalu, dengan perlahan dia melangkahkan kakinya menuju jendela kamarnya. Dia buka gordennya dan terlihatlah sosok wanita yang sedang berdiri seperti sosok wanita yang tadi ada di depan rumahnya.
"Ini beneran apa nggak sih? Takutnya kaya tadi, salah lihat."
Winarsih memperhatikan sosok wanita yang ada di depan jendela kamarnya itu, wanita itu berdiri sambil membelakangi jendela kamarnya. Rambutnya panjang dengan bajunya yang terlihat putih lusuh.
"Kok penampilannya kusut banget ya?" tanya Winarsih kepada dirinya sendiri.
Cukup lama Winarsih memperhatikan wanita yang ada di balik jendela itu, hingga tidak lama kemudian dia dikagetkan dengan wanita itu. Kepalanya tiba-tiba saja memutar tetapi tubuhnya tetap berdiri menghadap ke arah lain.
Wajah wanita itu nampak cantik sekali, tetapi tetap saja hal itu membuat Winarsih kaget karena tidak mungkin ada manusia yang bisa memutar kepalanya seperti itu.
"Ini--- ini pasti halusinasi," ujar Winarsih.
Winarsih mengucek matanya beberapa, dia merasa yakin kalau dirinya hanya berhalusinasinya saja. Karena tak mungkin ada manusia yang bisa memutarkan kepalanya dengan tubuhnya yang hanya diam saja.
Namun, berkali-kali dia mengucek matanya, sosok wanita itu masih ada dan terus menatap dirinya dengan keadaan kepala yang seperti itu.
"Hiih!" ujar Winarsih sambil bergidik ngeri.
Winarsih dengan penuh rasa ketakutan menutup gorden tersebut, dia berharap tidak akan ada lagi gangguan dari makhluk yang mengerikan itu.
"Mending aku rebahan di ruang keluarga saja, lagian mas Bagas mana sih? Kenapa dia belum pulang?"
Winarsih segera keluar dari dalam kamarnya, dia menyalakan tv dengan suara yang cukup kencang. Lalu, dia duduk di atas sofa sambil mengirimkan pesan kepada suaminya.
Namun, suaminya tidak membalas pesan darinya. Saat Winarsih mencoba untuk menelpon, tetap saja pria itu tidak mengangkat teleponnya.
"Mas Bagas, pulang dong. Dek Win takut," ujar Winarsih.
Sebenarnya Winarsih merasa sangat ketakutan, tetapi dia mencoba untuk menguatkan diri sambil mengusap perutnya yang begitu besar.
"Dedek jangan takut, Bunda akan berusaha untuk melindungi kamu. Kita harus tenang," ujar Winarsih.
Wanita itu menghela napas panjang, kemudian mengeluarkannya dengan perlahan. Hal itu dia lakukan berulang-ulang, hingga akhirnya merasa tenang.
Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama. Karena tiba-tiba saja lampu di rumahnya padam, Winarsih sampai menjerit karena ketakutan.
"Argh! Kenapa lampunya mati?!" teriak Asih.
Wanita itu menyalakan senter di ponselnya, tetapi tetap saja cahaya sedikit itu tak mampu membuat dirinya tenang. Winarsih merasa sangat takut sekali.
"Pulang dong, mas. Adek takut," ujar Winarsih.
Brak!
Prang!
Winarsih kembali menjerit ketakutan, karena tiba-tiba saja jendela rumahnya pecah. Seperti ada orang yang melemparkan batu, pecahan kaca itu sampai mengenai tubuhnya. Untungnya dia tak terluka.
"Astagfirullah! Tolong aku ya Allah," ujar Winarsih dengan tubuhnya yang bergetar hebat.
Lututnya bahkan terasa kopong, untuk berdiri saja dia kesulitan. Tak lama kemudian Winarsih bahkan merasakan perutnya begitu tegang, sepertinya itu karena reaksi ketakutan yang dia alami.
"Aduh! Keram," ujar Winarsih sambil mengelus perut besarnya.
Dia merasa punggungnya begitu sakit, pinggangnya panas. Perut bagian bawahnya juga begitu kencang dan sangat sakit, Winarsih mengerang penuh kesakitan.
"Tolong! Ini sangat sakit," ujar Winarsih dengan panik karena tiba-tiba saja ada cairan bening yang keluar dari inti tubuhnya.
Kriet!
Brak!
Di sela kesakitannya, Winarsih kembali dibuat takut karena pintu rumahnya terbuka dengan begitu kencang. Angin dari luar berhembus dengan sangat kencang, Winarsih tentunya kesulitan untuk menutup pintu rumahnya tersebut.
"Ya Allah, ada apa sebenarnya ini?" tanya Winarsih dengan tubuhnya yang bergetar dengan begitu hebat.
Jeder!
Guntur terdengar begitu kencang, bahkan kilatnya seakan membelah bumi. Winarsih sampai memejamkan matanya karena takut, dia lebih takut lagi ketika mendengar suara cekikikan seorang wanita.
Wanita yang tadi dia lihat di luar kini masuk ke dalam rumah, wanita itu terlihat begitu cantik dengan rambut panjangnya. Namun, suara cekikikan dari wanita itu membuat Winarsih begitu ketakutan.
Jeder!
Suara guntur bercampur kilat terdengar dengan begitu kencang, cahaya dari kilat itu membuat Winarsih bisa melihat siapa wanita yang ada di hadapannya.
Wanita itu memang terlihat berparas cantik, tatapi baju yang dipakainya begitu lusuh seperti sudah terkena air tanah. Kaki wanita itu tak menapak.
"Se--- setan! Pe--- pergi!"
Karena begitu ketakutan Winarsih sampai tergagap dalam berbicara, dia sampai seperti patung yang begitu kesulitan untuk bergerak. Kakinya seakan ada yang memaku, tubuhnya seakan ada yang mengikat.
Winarsih benar-benar kesulitan untuk bergerak, terlebih lagi ketika sosok wanita cantik itu berubah menjadi mengerikan, Winarsih berteriak dengan sekencang-kencangnya.
"Argh! Mas Bagas, tolong Adek!"
Sayangnya tak ada Bagas yang datang, justru wanita cantik yang berubah mengerikan itu kini melayang di udara dan mengelilingi tubuh Winarsih.
Wanita itu semakin panik dan juga ketakutan, sayangnya dia tak bisa menghindar dari wanita yang kini berubah menjadi buruk rupa itu.
"Jangan!" teriak Winarsih ketika wanita itu mencekik lehernya.
Cekikannya begitu kencang sekali, Winarsih sampai kesulitan untuk bernapas. Untuk meminta tolong saja tidak seakan tak sanggup, Winarsih rasanya mau berhenti bernapas.
"To--- tolong," ucap Winarsih dengan suaranya yang sudah melemah.
Sosok mengerikan itu melepaskan tangannya dari leher Winarsih, dia tertawa dengan suaranya yang begitu menakutkan. Tubuh Winarsih ambruk ke lantai, dia memegangi perutnya yang semakin tegang.
"Sabar, Sayang. Ayah pasti pulang," ujar Winarsih berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri.
Winarsih mencoba menenangkan diri dengan menarik napas panjang, lalu mengeluarkannya dengan perlahan. Perutnya terasa begitu mulas sekali, tetapi dia tak tahu harus berbuat apa.
"Hihihi! Waktu kematian kamu sudah dekat," ujar sosok mengerikan itu.
Winarsih menggelengkan kepalanya, air mata langsung terurai di kedua pipinya. Winarsih ingin hidup dengan bayi yang akan dia lahirkan, dia tidak mau meninggal dalam keadaan seperti ini.
"Bersiaplah untuk mati!"
Sosok mengerikan itu mengulurkan kedua tangannya, kuku-kuku tangan sosok mengerikan itu tiba-tiba saja berubah menjadi panjang. Winarsih benar-benar sangat ketakutan, apalagi ketika kuku yang begitu tajam itu menancap di perutnya dan membelah perutnya.
"Argh!" teriak Asih ketika dia melihat bayi keluar dari dalam perutnya.
Bayi itu masih terbungkus rapi oleh pelindungnya, masih ada cairan bening di dalam pelindung bayi itu. Winarsih menangis, dia sedih, takut dan juga merasa tidak becus sebagai seorang ibu. Dia tidak bisa melindungi dirinya dan juga bayinya.
Bayi itu nampak lemas, matanya terpejam dan tak bersuara karena memang masih terbungkus rapi. Namun, Winarsih bisa melihat kalau keadaan bayi itu tak baik-baik saja.
"Ma-- maafkan ibu, Nak."
Winarsih meregang nyawa, perutnya yang terbelah tak mampu membuat dia bertahan. Sungguh Winarsih meninggal dalam keadaan yang sangat mengenaskan.
"Tugasku sudah selesai," ujar wanita yang begitu mengerikan itu. Tak lama kemudian sosok mengerikan itu langsung menghilang dari pandangan.
**
Janga lupa koment ya🥰
wis kapok mu kapan bjo gaib mu wis modyarrr
hadiahnua bisa diambil dirumah kk othor ya...😂😂😂
Bu Tuti syok berat ini.. udah beli segala macam perlengkapan pemujaan lagi.. /Facepalm//Facepalm/
secara suami gaib nya musnah tp apakh nnti akan menuntut blas yg lebih kejam lagi ga yaaa /Smug//Smug//Smug//Smug/
trus kalau bi Tuti pulang nanti bagaimana ya....
Bagas kok masih bisa menahan emosinya saat melihat bi Tuti... keren banget kamu bagas
setanya marah yaaa tp.klo marah masa iya g bisa sih dinlwan dgn doa
minta sm yg esa gtu 🤔
dan si tuti dpt karmanya
undg pak uztad ngajiin biar keluar tuhh mahkluk gaib biar aman rumah
Halah... paling geh nanti Bagas juga suka sendiri sama Wati. 🤭