Ini cerita tentang gadis yang periang, cantik dan pintar. Nina namanya, sekarang berusia 17 tahun dan telah masuk Sekolah Menengah Atas, dia tinggal bersama 2 saudarinya dan kedua orangtuanya. Mereka tinggal di sebuah desa kecil dengan pemandangan alam yang indah. Tinggal di sana bagaikan tinggal di surga, penuh dengan kebahagiaan. Namun, ada satu masalahnya. Dia diam-diam suka sama seseorang,....Ayo tebak siapa yang dia sukai yah??...
lanjut baca part-nya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hijab Art, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32
"Tan, aku bisa nggk minjem baju tante satu?", tanya Nina yang dari tadi mau mandi, tapi karena ia tidak membawa pakaian, dia harus minjem dulu sama tante Muni.
" Bisalah, pilih ajah yang mana yang mau kamu pakai, silahkan!", tante Muni membuka lemarinya dan menampakkan baju-baju daster nya yang berukuran besar. Itu karena memang badan tante Muni yang lebar.
Tante Muni hanya tersenyum menyungging. Membiarkan Nina memilih pakaian yang diinginkannya.
"Tan, ada tidak yang lengan panjang?",
Tanya Nina lagi. Dia harus tetap memakai pakaian tertutup. Ini karena bukan rumahnya, tapi rumah orang lain, apalagi ada Roni dan ayahnya di sini.
Jika dirumahnya dia bebas menggunakan baju pendek atau baju tidur. Tapi, tidak dengan sekarang.
"Owh, ada. Tunggu yah, tante carikan!",
Ucap tante Muni dengan lembut. Dirinya begitu baik dan selalu memanja Nina.
Tante Muni terlihat membuka-buka pakaiannya.
" Tada!, lihat deh!, ini pasti cocok denganmu!", ucap tante Muni dengan girang sambil mengeluarkan setelan baju lengan panjang berwarna orange dengan celana yang senada. Tapi, ukurannya terlalu besar buat Nina.
"Eh.., yang ini ajah deh, tan.", putus Nina dan segera mengambil baju itu dari tangan tante Muni. Dirinya tidak bisa menolak dengan wajah tante Muni yang terlihat sangat senang memilihkannya baju itu untuk dipakainya.
" Ok!",
Nina segera kembali ke kamar tamu. Dirinya sudah merasakan badannya yang sudah lengket dan bau. Apalagi dengan aktivitasnya tadi di lapangan, sudah tentu banyak mengeluarkan keringat.
"Khem,...khemm,..Iuh!, bau!",
Nina mencium bau badannya yang sudah tentu bau. Ia pun segera masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamar itu untuk membuat badannya kembali segar.
Keluarga Roni memang dapat dikatakan keluarga kaya. Rumahnya saja lumayan besar dan luas. Dengan tersedia kamar mandi di masing-masing kamarnya. Dan juga beberapa mobil dan motor yang ada diparkiran rumahnya.
Keluarga Roni, memang termasuk salah satu keluarga kaya di desanya.
Tiba-tiba, Roni masuk ke dalam kamar tamu. Dia membawakan susu cokelat yang masih mengeluarkan hawa panas di atasnya.
"Eh!, astaga!. Ngapain tiba-tiba masuk?",
Nina terkejut saat Roni sudah masuk dan meletakkan segelas susu cokelat di meja.
Untungnya dirinya sudah memakai baju pemberian tante Muni.
Nina yang tadinya baru memakai kerudungnya setengah, dengan cepat memperbaiki kerudungnya yang ada dikepalanya dan memakainya secara full.
"Biasa ajah keles. Aku juga selalu lihat rambut kamu waktu kecil.", ucap Roni sambil menatap Nina yang masih melotot padanya.
Nina mengerjapkan matanya beberapa kali sambil memperbaiki ekspresinya.
"Tapi, tunggu!",
Roni melangkah pelan mendekati Nina. Matanya menatap tubuh mungil Nina yang memakai baju kebesaran berwarna orange.
Nina sontak mendekap tubuhnya dan kembali melotot melihat Roni dengan tatapannya. Ia mundur beberapa langkah hingga akhirnya tubuhnya terbentur sudut ranjang kingzise yang ada di kamar itu.
"Heh, mau ngapain natap aku kayak gitu. Jangan macam-macam yah!", waspada Nina sambil mengacungkan telunjuknya pada Roni dan akhirnya naik dan berdiri di atas ranjang karena takut tubuh Roni menyentuhnya.
" Hahaha...",
Ketawa Roni kencang.
"Ngapain ketawa?",
Bingung Nina.
" Kamu kayak kurcaci pakai tuh baju. Mana gede banget lagi, hhh....",
Nina memang tidak nyaman dengan baju itu, dirinya merasa baju itu terlalu besar ditubuhnya yang kecil.
"Biarin kali, udah sana pergi!. Syuh!, syuh!",
Usir Nina pada Roni sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
" Kamu kira aku ayam, pake syuh, syuh!",
"Lagipun, ini rumahku. Suka-suka aku mau masuk ke mana ajah",
Ucap Roni sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Menarik ujung bibirnya tersenyum menyeringai.
Langkah Roni kembali bergerak mendekati Nina.
'Ada apa dengan nih bocah?', batin Nina sedikit bergidik ngeri melihat tingkah Roni. Nina yang takut Roni mau melakukan sesuatu padanya. Akhirnya turun dan melangkah keluar kamar.
"Tante!",
Teriak Nina setelah keluar dari kamar.
" Hm?", senyum Roni melihat gadis itu.
"Tante!",
" Ada apa Nin?",
Tanya tante Muni yang lagi asyik menonton bersama keluarganya.
Awalnya Nina ingin mengadu pada tante Muni, bahwa anak laki-lakinya itu masuk ke kamarnya tanpa mengetuk terlebih dahulu. Tapi, melihat mereka sedang asyik dengan tontonan mereka, akhirnya Nina mengurungkan niatnya dan malah bergabung diantara mereka.
"Tan, dimana Agam?",
" Tuh, lagi main", ucap tante Muni sambil menunjuk anak bungsunya yang sedang asyik bermain sendiri.
"Agam!, main apa cih?",
Nina menghampiri adik kecil Roni itu. Agam tidak merespon. Dia malah asyik dengan mainannya.
Sadar dirinya tidak dianggap, Nina malah mengambil mainan Agam yang lain dan mengajak Agam turut bermain bersamanya.
" Halo!, aku kak Nina. Aku punya mobil yang besar. Apakah Agam mau ikut naik mobil bersama kak Nina?",
Ucap Nina berbicara seperti anak kecil.
"A... Aku mau!",
Jawab Agam comel.
Nina mengambil mobil-mobilan yang tak jauh dari tangannya. Itu adalah milik Agam sendiri, tapi namanya juga berusaha untuk dianggap, dia hanya pura-pura mengklaimnya sebagai miliknya disitu.
" Brum...brum!",
Ucap Agam dengan bibir yang sengaja ditautkan ke atas, membuat beberapa air keluar dari mulutnya.
'Astaga, muncrat!',
Nina bahkan sampai agak menjauhkan dirinya agar tak terkena badai hujan yang keluar dari mulut Agam.
"Hhh!...",
Roni yang sedari tadi memperhatikan mereka bermain, tertawa melihat Nina yang berusaha menggeser tubuhnya jauh dari adik kecilnya berada.
Roni kira, Nina sudah mengadukan dirinya pada ibunya. Tapi, tak ada respon dari ibunya itu. 'Mungkin dia nggk jadi ngadu', pikir Roni sambil melihat Nina yang tidak menyadari kedatangan Roni dibelakangnya.
"Kakak!",
Panggil Agam pada Roni. Menyadari seseorang berada dibelakangnya, Nina pun ikut menoleh.
Tatapan Nina hanya datar, detik berikutnya kembali beralih pada Agam yang ada di depannya.
'Padahal, aku dari tadi dek. Lambat banget kamu nyadarnya', Roni membatin dan menyalahkan adiknya sendiri. Dia gensi ajah kalau langsung duduk didekat Nina.
"Main yang lebih serulah. Mainan ginian udah bosan, tau". Ucap Roni sambil duduk di dekat Nina. Mengambil beberapa mainan Agam dan meletakkannya kembali.
Agam terlihat tidak suka dengan perkataan kakaknya itu.
Nina melihat ekspresi Agam yang langsung berubah saat kakaknya datang. Ia punya ide,
Nina tersenyum menyeringai,
" Kalau begitu, aku punya permainan yang seru. Agam mau main?", tanya Nina bertanya pada Agam dan tidak mempedulikan Roni yang berada didekatnya.
"Mau!, mau!",
Antusias Agam sambil mengangkat tangannya tinggi, tinggi.
" Tapi, kita butuh seseorang yang besar, kuat, dan berani. Agam harus cari orang yang seperti itu dulu", jelas Nina sambil melirik pada Roni.
"Besar, kuat, dan berani. Itu aku banget.", lagi-lagi kebiasaan Roni yang terlalu percaya diri muncul. Dia memperlihatkan otot kecilnya pada Nina dan Agam.
" Hempht...hh", Nina dan Agam berusaha menahan tawa mereka.
"Hust!", Nina menyentuh bibirnya dengan jari telunjuknya memberikan kode pada Agam untuk tidak tertawa.
" Siapa orangnya yah, Agam?", tanya Nina sengaja mengabaikan Roni.
" Ah!, kak Roni.",
Jawab Agam antusias. Nina sengaja agar Agam memilih Roni.
Roni tersenyum penuh kemenangan. Menunjuk adik kecilnya sambil tos.
"Tos!",
" Oke, kalau begitu.",
"Kita langsung bermain, permainannya orang yang besar, kuat, dan berani itu harus meletakkan kedua tangannya di lantai, dengan badan yang membungkuk dan kedua lutut ditekuk.",
Nina memberi instruksi pada Roni. Sengaja ajah memakai panggilan orang yang besar, kuat, dan berani sebagai kata ganti.
Roni segera melakukan instruksi yang diberikan oleh Nina. Tapi, Roni agak merasa curiga dengan posisi tubuhnya saat ini yang hampir mirip posisi push up. Tapi, kakinya tidak telentang kebelakang, karena kedua lututnya yang ditekuk ke bawah.
"Kemudian, naik!..."
"Ah!"
***Next!