NovelToon NovelToon
Pengasuh CEO Cacat

Pengasuh CEO Cacat

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO
Popularitas:197.1k
Nilai: 5
Nama Author: Era Pratiwi

Membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk pengobatan orang yang sangat ia sayangi, membuat seorang Fiorella harus merelakan sebagian kebebasan dalam kehidupannya.
"Pekerjaannya hanya menjadi pengasuh serta menyiapkan semua kebutuhan dari anaknya nyonya ditempat itu, kamu tenang saja. Gajinya sangat cukup untuk kehidupan kamu."
"Pengasuh? Apakah bisa, dengan pendidikan yang aku miliki ini dapat bekerja disana bi?."
"Mereka tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan Dio, yang mereka lihat adalah kenerja nyata kita."
Akhirnya, Fio menyetujui ajakan dari bibi nya bekerja. Awalnya, Dio mengira jika yang akan ia asuh adalah anak-anak usia balita ataupun pra sekolah. Namun ternyata, kenyataan pahit yang harus Fio terima.
Seorang pria dewasa, dalam keadaan lumpuh sebagian dari tubuhnya dan memiliki sikap yang begitu tempramental bahkan terkesan arogan. Membuat Fio harus mendapatkan berbagai hinaan serta serangan fisik dari orang yang ia asuh.
Akankah Fio bertahan dengan pekerjaannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Era Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PCC. 32.

"Selamat pagi." Arabella masuk ke dalam ruangan milik Elio di perusahaan.

Akan tetapi, kedua matanya melebar tatkala mendapati ruangan itu kosong. Sebelumnya, Arabella sangat yakin jika Elio masih mencintainya. Makanya ia begitu sangat semangat untuk mendekati Elio kembali, melupakan Zayan yang sudah membuatnya terluka. Akan tetapi, dirinya seakan melupakan jika dirinya lah melakukan hal tersebut terlebih dahulu.

"Eh, ada setan! Eh setan bukan ya, kok kakinya Napak lantai."Max yang baru saja tiba, ingin mengambil sesuatu diruangan tersebut menjadi kaget.

"Sembarangan kamu, manusialah. Mana ada setan cantik seperti ini, dimana Elio?" Dengan sangat percaya dirinya, Arabella berbicara.

"Manusia berbentuk setan, ya cantiklah. kan kerjaannya merusak hidup orang, apalagi mantan." Mulut Max sudah tidak bisa dikontrol.

"Apa katamu, hah? Dasar orang tidak tahu diri, masih untung kamu kerja disini. Akan aku bilang sama Elio, biar kamu dipecat." Dengan ketusnya, Arabella mencaci Max.

"Hahaha, setan memang setan." Dengan penuh kekuatan, Max tertawa.

Melupakan kehadiran Arabella disana, Max menyegerakan tugasnya untuk ngambil beberapa barang dan berkas yang diperlukan. Sebenarnya, Elio sudah tiba di perusahaan. Hanya saja ia sudah mengetahui kehadiran Bella disana, ia lebih memilih untuk berada di ruangan Max. Yang tidak mungkin Bella ingin masuk ke sana, karena ruangan Max adalah ruangan yang sangat-sangat membosankan.

Meninggalkan Arabella yang masih betah bertahan di ruangan milik Elio, Max melangkah menuju ruangannya. Disana, Elio sedang memainkan ponselnya.

"Setan diruangan tuan, sedang bergentayangan tuh." Max meletakkan barang-barang yang ia ambil.

Melalui kamera pengawas yang ada, Elio memperhatikan gerak-gerik Arabella di ruangannya. Wanita itu tidak hanya berdiam diri, ia berjalan mengelilingi setiap sudut dari ruangan tersebut.

"Awasi dia, mencurigakan." Ucap Elio.

"Yakin? Dulu saja, bucinnya minta ampun. Sekarang, sudah sadar bos?" Sindir Max dengan sikapnya.

Lirikan mata Elio sangat tajam pada Max, tidak dapat dipungkiri jika dahulunya Elio adalah seseorang yang begitu mendahulukan pasangannya daripada yang lainnya. Bahkan pekerjaan yang penting pun akan ia tinggalkan demi menjumpai pasangannya, dan kali ini Max menyindirnya.

"Diamlah, mulutmu semakin lancang Max." Elio begitu malas menangapi ucapan asistennya itu.

"Ya elah, nggak boleh malu tuan. Tuh, masih cantik tapi nggak yakin masih segel." Max memainkan kedua matanya.

Plak!

"Aduh! Kebiasaan, selalu saja memukul." Max mengusap kepalanya yang terkena pukulan oleh Elio.

Membiarkan Max mengerjakan beberapa pekerjaan yang hari ini harus selesai, Elio memainkan ponselnya. Seakan merasa kesal, ia beberapa kali mengetuk ponsel itu sedang menggunakan jemarinya.

Menunggu, itulah yang kini sedang Elio lakukan. Menunggu seseorang yang sedang ia harapkan untuk memberikan balasan untuk beberapa pesan yang telah ia berikan, namun sayangnya hingga saat ini belum ada tanggapan sama sekali.

"Kenapa tuan?" Max menghampiri Elio setelah mengambil berkas yang akan ia kerjakan.

"Kenapa dia belum membalasnya?" Elio masih memperhatikan ponselnya.

"Dia siapa, tuan?" Max mengkerutkan keningnya.

"Siapa lagi, kalau bukan wanita yang mau mati kemarin." Ketus Elio menjawabnya.

"Huh, tingal telfon atau tidak ke rumah saja kok repot tuan. Khawatir? Jangan-jangan anda suka ya sama nona Fio? Hahaha." Max tertawa dengan sangat puas.

Beberapa benda kecil melayang kepada Max, Elio merasa kesal dengan asistennya itu. Ucapan Max cukup menggangu pikirannya, namun ia masih begitu cukup egois untuk mengakuinya.

Sementara itu, dirumahnya Fio sedang beristirahat. Tubuhnya masih merasakan lemah, Elio memberikannya waktu untuk beristirahat agar tubuhnya pulih. Ia sengaja mengabaikan ponselnya yang sebelumnya ia silent, akan tetapi hal itu adalah awalnya untuk datang suatu bencana.

"Ternyata, sakit itu tidak enak ya. Arsen, kamu harus berjuang ya. Jangan tinggalkan kakak sendiri, huh."

Selesai sarapan dan juga membereskan peralatan yang ada, Fio masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil obat. Cukup banyak obat yang harus ia konsumsi, terasa berat namun harus ia lakukan.

Semua obat untuk pagi itu, sudah ia konsumsi. Bermaksud untuk beristirahat, cahaya pada layar ponselnya membuatnya penasaran.

"Ya Tuhan, kenapa banyak sekali?" Fio kaget, saat melihat laporan yang tertera pada layar ponselnya.

Puluhan pesan dan puluhan panggilan tak terjawab disana, Fio membuka pesan tersebut.

"Tuan, Elio? Kenapa sebanyak ini, dia mengirimiku pesan?" Kaget, itulah yang Fio rasakan.

Pesan-pesan itu berisikan pertanyaan mengenai keadaannya, umpatan untuk lama membalas dan juga panggilan yang terus menerus dilakukan. Dan kini, ponsel itu mendapatkan panggilan dari yang tersebut.

"Bagaimana ini, apa harus aku terima? Nanti bukannya pertanyaan, malah dia yang mengomel." Fio ragu untuk menerima atau mengabaikan nya.

Panggilan terus berlanjut, baru saja layar ponsel itu redup. Langsung bersinar kembali dan bergetar, akhirnya Fio memilih untuk mengabaikannya. Ia melanjutkan untuk memejamkan kedua matanya yang sudah sangat berat, ditambah oleh efek obat yang baru saja ia konsumsi.

Tak lama kemudian, Fio sudah berada di alam bawah sadarnya. Sedangkan yang terus menghubunginya menjadi semakin tidak terkendali, ia terus mengomel tidak karuan.

"Tuan, jika tuan terus mengomel tidak karuan seperti ini. Saya anterin deh kerumahnya, langsung ngomel tuh sama orangnya." Max semakin kesal, karena pekerjaannya tidak bisa selesai karena mendengar omelan itu.

"Ngapain juga kesana." Dengan nada ketusnya, Elio masih terlalu mengutamakan gengsi.

"Huh, terserah tuan saja lah. Tu, wanita setan jangan lupa diawasin. Nanti malah gentayangan." Max sudah terlalu lelah untuk menghadapi sikap Elio.

Mengingat masih adanya keberadaan Arabella di ruangannya, Elio menjadi beralih mengawasi kamera pengawas dalam ruangan Max. Terlihat jika wanita itu masih sibuk berjalan kesana kemari, seperti sedang mengawasi dan memeriksa ruangan tersebut. Akan tetapi, ada sesuatu yang membuat Elio curiga.

...Apa yang dia lakukan? Sepertinya dia mengira jika aku masih menyukainya, dasar g*la. Tidak sadar diri, bahkan aku yang lebih bodoh yang sudah begitu memujanya. Elio....

Pergerakan itu terus mendapatkan pengawasan, dan benar saja. Pergerakan yang sangat jangan itu berhasil tertangkap kamera pengawas dan kedua pria disana, sudah tidak dapat dibohongi lagi. Jika kembalinya Arabella bukanlah tanpa tujuan, dan itu tidak membuat Elio kembali menjadi pria bodoh yang seperti dahulu.

Beberapa saat setelah melakukan aksinya, Arabella keluar dari ruangan tersebut dengan begitu santai dan tenang. Menegur beberapa pegawai yang ia temui dengan sikapnya yang begitu angkuh, hampir semua pegawai disana sudah mengetahui siapa Arabella. Hanya saja mereka menjadi merasa tidak nyaman dengan kehadirannya, karena beberapa rumor yang sudah beredar selama ini mengenai dirinya dan juga Elio.

"Eh, itu kan artis yang pernah dekat dengan tuan Elio?"

"Ya ampun, tu orang pede banget ya datang kemari. Bukannya dia sudah tidak ada hubungan dengan tuan Elio? Ih, ngeri tu wanita."

"Namanya juga artis, banyak akting dan dramanya. Sudah ah, yang penting kita kerja dan digaji sama tuan Elio."

1
Mamath Jahra Tea
🤣🤣 ujung" nya buncin ntar kmu
Hennyy Handriani
Makin seru nih
shena
😍😍😍
Delvyana Mirza
Kadar kali Tuan ini baah,vikin gemes aja
Delvyana Mirza
Jangan ketus2 kalau ngomong Tuan Elio ntar jatuh cinta,baru tau,
Delvyana Mirza
Dadat,sidah di bantu kow kasar dich,
Wance Purba
cowoknya terlalu egois thor😄
Ariany Sudjana
Elio siap-siap saja fio akan pergi tinggalkan kamu, kalau kamu masih seperti ini kelakuannya
Wance Purba
ga usah malu akui aja
Wance Purba
hajar Max ga usa pake izin 😃😃😃
Wance Purba
capek ya ngomong sama batu
Wance Purba
Dosen aneh
Wance Purba
keong beracun ya 🤣
Wance Purba
nyimak
Azizah Sby
bagus ceritanya... meski ada kesamaan dikit2 dr novel lain... tp cerita d sini d kemas apik
Azizah Sby
knp terputus y... pdhl lg seru2nya nih... ayo outhor semangat update nya
Yumma Proling
saya gk suka dengan karakter nya Fio Thor terlalu lemot orang nya
Dinda Anggita: Dia ini tukang curi penulisnya makanya kayak gini tulisannya
total 1 replies
Nadiya Puspita sari
#
Dwi Estuning
lanjutkan
Asih S Yekti
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!