Amira, wanita cantik berumur 19 tahun itu di jodohkan dengan Rayhan yang berprofesi sebagai Dokter. Keduanya masih memiliki hubungan kekerabatan. Namun Amira dan Rayhan tidak menginginkan perjodohan ini.
Rayhan pria berumur 30 tahun itu masih belum bisa melupakan mendiang istrinya yang meninggal karena kecelakaan, juga Amira yang sudah memiliki seorang kekasih. Keduanya memiliki seseorang di dalam hati mereka sehingga berat untuk melakukan pernikahan atas dasar perjodohan ini.
Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin Aprilian04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Rayhan
Amira sudah menelfon Rayhan dari tadi, namun pria itu tak kunjung menjawab. Amira pun gak punya pilihan lain, teman-temannya yang lain sudah menunggunya untuk pergi ke salah satu cafe di sekitaran daerah Alun-alun kota Bandung.
"Mir ayo bareng gue aja!" ujar Safira. Wanita itu sudah siap dengan helm dan juga motor scopynya.
Amira bingung harus mengiyakan atau tidak. Sudah lama ia tidak pernah naik motor lagi. Selama ini orang tuanya selalu berpesan untuk tidak naik motor karena ia memiliki penyakit Asma yang lumayan parah.
"Hey kebiasaan Lo malah ngelamun!" Safira melambaikan tangannya di depan wajah Amira.
"Ma-maaf!"
"Mau ikut gak?"
"Mmm... Kok Lo kaya bingung gitu sih, Mir!" Safira mengerutkan keningnya.
"Gue sebenernya gak bisa naik motor, Fir. Gue punya asma yang lumayan parah!" ucap Amira.
"Oh Astagfirullah, terus gimana, Mir?"
"Gak tahu. Yaudah deh aku mau pesen grab mobil aja yaa!"
"Gak usah lama lagi!" ujar Safira.
"Qiill... Sini!" Safira memanggil Syaqil. Pria itu pun menghampiri keduanya dengan semangat.
"Eh mau apa, Fir?" Amira panik menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju.
"Shuutt tenang aja."
"Apa, Mir?" ucap Syaqil lembut menatap Amira.
"Gue yang manggil!" ujar Safira sebal.
"Iyaa apaa?"
"Amira bareng Lo yaa. Dia punya asma jadi gak bisa naik motor!"
"Eh Fir, apa-apaan si. Engga gak!" Amira melambaikan tangannya menolak.
"Gapapa sama gue aja, Mir. Tenang aja gue kan temen Lo!" Syaqil tampak sumbringah.
Amira memejamkan kan matanya bingung. Ia menggigit bibir bawahnya bingung. "Tapi... "
"Udaahh sana!" Safira mendorong pelan tubuh Amira. Membuat Amira mau tidak mau harus mengikuti keinginan sahabatnya itu. Ia tak punya pilihan lain, karena di kelasnya satu-satunya yang punya mobil hanya Syaqil.
Amira memasuki mobil berwarna hitam itu, ia duduk di kursi depan di samping Syaqil. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang. Membelah jalanan kota Bandung yang sedikit macet karena bertepatan dengan kepulangan para pekerja.
Amira terdiam memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil. Hatinya penuh rasa bersalah karena merasa mengkhianati suaminya sendiri. Ia pergi dengan pria lain tanpa persetujuan Rayhan. Namun ia tak memiliki pilihan lain.
"Mir!" Syaqil menoleh menatap Amira dengan senyuman hangat.
"Apaaa?" Amira menjawab dengan nada tegas.
"Sewot amat!"
"Iya apaa, Syaqiil?"
"Lo udah punya pacar belum sih?"
Amira menghela nafas, ia sudah tahu kemana arah pembicaraan pria itu. Sejak pertama kali bertemu Syaqil sudah menunjukan bahwa pria itu menyukai dirinya. Hanya saja Amira pura-pura tidak mengerti.
"Gak punya, karena dalam Islam gak boleh pacaran. Dosa!" Jelas Amira.
"Weyyysss, makin kagum gue sama Lo!"
"Ya emang gitu kan, banyak juga cewe yang gak pacaran bukan cuman gue aja. Safira juga ngga."
"Tapi kan gue sukanya sama Lo." Syaqil menggoda Amira dengan di iringi candaan.
"Suka, suka, belajar dulu yang bener. Jangan cewe mulu yang di pikirinnya. Kasian tuh orang tua Lo udah ngeluarin banyak biaya buat Lo!" Amira mendelik sebal.
"Perasaan Lo jutek amat sama gue." Protes Syaqil.
"Perasaan Lo aja kali. Gue emang gini orangnya!" ujar Amira melipatkan kedua tangannya di dada.
Syaqil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Baru kali ini ia mendapati wanita yang sangat sulit untuk di dapatkan. Biasanya para wanita selalu menghampirinya, mendekatinya dengan sukarela. Bahkan seumur hidupnya ia tak pernah di tolak ataupun di acuhkan. Namun Amira berbeda, dan itu adalah suatu tantangan baginya.
"Okay deh, Tuan putri." Syaqil tersenyum.
"Ih apasih, Lo. Ngeselin amat!" Amira memukul lengan Syaqil dengan tasnya.
"Hahahah!" Pria itu malah tertawa lepas.
Di sebuah cafe dengan iringan live musik kini terdengar riuh karena banyaknya para Mahasiswa yang hadir disana. Safira dan juga Raziq serta teman dekat Syaqil yang satunya lagi bernama Devan membawakan kue ulang tahun yang berwarna hitam dengan hiasan mobil di atasnya.
"Tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga!" Para siswa yang hampir berjumlah 20 orang itu pun bernyanyi merayakan si pria yang menjadi idaman semua wanita itu. Kata mereka.
"HBD boss, makin jaya, makin kaya, biar traktirin terus kitaa!" ujar Raziq menaik turunkan halisnya menatap Syaqil.
"Bisa aje Lu!" Syaqil menepak topi yang di pakai sahabatnya dari SMA itu.
"Panjang umur boss, cepet punya cewe. Biar kaga jomblo terus!" ujar Devan tertawa gelak meledek.
"Berisik Lu playboy, mentang-mentang ganteng Lu!" Syaqil meninju lengan sahabatnya tersebut membuat semua orang yang melihatnya tertawa.
"Syaqil pokoknya nanti kalau punya cewe traktir kita lagi yaa?" Teriak Rafi.
"Bener tuuhh!" Sahut Safira.
"Sabaarr, gue lagi ngincer cewe nih. Cewe paling cantik di kampus, agak susah dapetinnya banyak saingaan!" Celetuk Syaqil seraya menatap Amira.
"Hahaha... Percaya sama Pak Boss. Pokoknya dapetin cewe itu secepatnya keburu sama orang lain!" Sorak anak laki-laki.
"Gue tahu lagi yang Lo maksudh siapa!" Bisik Safira.
"Makanya bantuin gue lah!" Syaqil menaik turunkan halisnya menatap Safira.
"Kagak, gue gak akan ngasih sahabat gue sama laki-laki playboy kaya Lo!" Safira mendelik kesal.
"Sembarangan Lo, gue Baek!"
"Alaahh, gak percaya gue!" Safira memutar bola matanya.
Sedangkan Amira sejak tadi hanya terdiam saja. Ia kurang ceria dan kurang menikmati acara ini. Pasalnya ia tak tenang karena sudah malam ia belum pulang. jam kini sudah menunjukan pukul 8 malam. Bisa-bisa ia kena marah Rayhan karena pulang telat. Sedangkan handphonenya kini lowbat, jadi tak bisa menghubungi Rayhan.
"Lo kenapa, Mir?" Safira menyenggol lengan Amira yang kini tengah duduk di bangku dengan raut wajah gelisah.
Amira menggeleng. "Ng-nggak!"
"Lo kaya gak semangat gitu sih!"
"Ngga, Mir. Aku lagi kecapean aja!" Amira tersenyum yang di paksakan.
"Potong kue nyaa, Potong kue nyaa!" Semua orang kembali menyanyi riang.
"Eh ayo, Mir. Kita kesana!" Safira langsung memegang erat tangan Amira lalu di bawanya untuk mendekat ke arah Syaqil. Dimana pria itu kini memotong kuenya lalu menyimpannya di atas piring kecil.
"Suapan pertama buat siapa niihh?" Goda Raziq.
Syaqil kini menatap Amira, lalu menyodorkan kue ulang tahun itu pada mulut Amira hendak menyuapinya. Amira terkejut, ia bingung harus bagaimana.
"Nih buat kamu, Mir!" ujar Syaqil tersenyum.
Tak ingin membuat Syaqil tersinggung dan akhirnya sakit hati, Amira pun menerima suapan itu dengan terpaksa. Semua orang bersorak ria bertepuk tangan. Banyak yang menggoda antara keduanya.
"Jadiin dong!" Devan menggoda.
"Susah, broo. Berlian gak semudah ngedapatinnya!" Syaqil tertawa kecil. Membuat semua orang pun ikut tertawa dan mengalihkan perhatiannya pada Amira.
Amira terdiam, ia merasa berdosa karena hal ini. Ia sudah memiliki suami yang menjadi kunci surganya saat ini.
Amira tak punya pilihan lain, ia pun nggan berada disini dalam waktu yang cukup lama. Ia takut Rayhan marah, pun juga dengan kedua orang tuanya. Diam-diam ia memesan taxi online, karena ia yakin pulangnya akan bersama Syaqil kembali dan ia menghindari hal tersebut.
Tak lama kemudian taxi yang di pesannya pun datang. Mobil berwarna abu-abu itu terparkir tepat di depan cafe.
"Eh, Fir. Maaf yaa aku duluan. Ummiku nge wa terus dari tadi nyuruh aku pulang!" ujar Amira beralasan.
"Eh mau kemana? Terus pulangnya sama siapa?" Safira mengerutkan keningnya.
"Aku pesan taxi online. Tuh!" Amira menunjuk.
"Mau kemana, Mir?" Syaqil tiba-tiba menghampirinya. Pria yang sangat tinggi itu menghalangi jalanya agar tidak pulang.
"Mau pulang dulu, Qil. Maaf yaa gak sampe beres acaranya."
"Santai dulu dong, kemana buru-buru?"
"Orang tuaku nelfonin terus dari tadi. Maaf yaa, bye!" Amira melambaikan tangannya. "Assalamualaikum!" ucapnya seraya berlari kecil.
"Dasar anak mami," ujar Raziq.
"Emangnya, Lu. Anak Dajjal!" ujar Devan.
"Kurang asem, Lu!" Raziq menatap kesal temannya.
Semua orang disana tertawan kecil melihat keduanya. Sedangkan Syaqil terlihat tampak penuh kecewa.
***
Amira melangkahkan kakinya berat menuju apartemennya. Di dalam lift hatinya sudah berdetak tak karuan. Ia sudah tahu bahwa Rayhan pasti memarahinya.
Langkah demi langkah kakinya berjalan lebih dekat menuju pintu apartemennya. Ia mengusap dadanya mencoba menenangkan hatinya. Lalu tangannya membuka pintu tersebut perlahan, lantas menengok ke kiri dan ke kanan. Dan benar saja, sosok laki-laki tinggi dengan kaos berwarna putih kini tengah berdiri disana menyambutnya. Pria itu bertepuk tangan menatapnya dengan tatapan yang dingin.
"Baguss!" Rayhan menghampiri Amira.