NovelToon NovelToon
Istri Yang Disia Siakan

Istri Yang Disia Siakan

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Ibu Mertua Kejam / Tamat
Popularitas:428.6k
Nilai: 4.9
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

"mas belikan hp buat amira mas dia butuh mas buat belajar" pinta Anita yang ntah sudah berapa kali dia meminta
"tidak ada Nita, udah pake hp kamu aja sih" jawab Arman sambil membuka sepatunya
"hp ku kamarenya rusak, jadi dia ga bisa ikut zoom meating mas" sanggah Nita kesal sekali dia
"udah ah mas capek, baru pulang kerja udah di sodorin banyak permintaan" jawab Arman sambil melangkahkan kaki ke dalam rumah
"om Arman makasih ya hp nya bagus" ucap Salma keponakan Arman
hati Anita tersa tersayat sayat sembilu bagaimana mungkin Arman bisa membelikan Salma hp anak yang usia baru 10 tahun dan kedudukannya adalah keponakan dia, sedangkan Amira anaknya sendiri tidak ia belikan
"mas!!!" pekik Anita meminta penjelasan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

keluarga yang diberkahi???

Siang itu, Anita yang sedang berada di ruang perawatan Amira kedatangan tamu yang menjenguk Amira.

Hajah Halimah, pimpinan pondok pesantren putri tempat Amira mondok, datang bersama anaknya, Haji Faisal, dan menantunya, Hajah Fatimah.

Anita masih belum sanggup berjalan. Kepalanya terasa pusing setiap kali digerakkan.

"Bagaimana keadaanmu, Nak?" tanya Hajah Halimah.

"Lebih baik, Umi. Maafkan Amira yang ceroboh," ujar Amira.

"Kamu tidak ceroboh, Nak. Kamu luar biasa," ujar Hajah Halimah, memberi semangat kepada Amira.

Sejak tadi, Haji Faisal terus memandangi Anita. Anita menyadarinya, tetapi memilih diam.

"Iya, Amira, kamu hebat banget," ucap Haji Faisal.

"Bapaknya ke mana, Bu?" tanya Hajah Halimah kepada Anita.

"Kami sudah bercerai," jawab Anita tanpa ragu.

"Oh, maafkan saya jika pertanyaan saya menyinggung Anda."

"Sama sekali tidak, Umi."

Amira tampak berkaca-kaca. Ia menggenggam tangan Anita, seolah ingin memberikan semangat kepada ibunya. Namun, sebenarnya Anita baik-baik saja. Berpisah dengan Arman bukanlah hal yang ia sesali.

"Sudah lama bercerainya?" tanya Hajah Halimah lagi.

Anita heran mengapa pertanyaannya berlanjut.

"Baru satu bulan, Umi," jawabnya.

"Wah, masih lama ya," gumam Hajah Halimah.

"Masih lama apanya, Umi?" tanya Anita heran.

"Masa idahnya masih lama," jawab Hajah Halimah, tampak menghela napas seperti kecewa.

"Kenapa sih, Mah, bahas masa idah orang?" ucap Haji Faisal.

"Ya, kali saja cocok sama kamu," ucap Hajah Halimah santai.

"Jangan begitu, Ibu. Itu urusan pribadi orang," ucap Haji Faisal.

Wajah Anita tampak canggung, sementara Hajah Fatimah hanya diam, seperti menyimpan perasaan tidak enak.

Anita juga heran. Bagaimana bisa Hajah Halimah bicara tentang dirinya yang cocok menjadi istri anaknya, sedangkan menantunya sendiri ada di depan mereka?

"Iya, Mas, mungkin saja cocok. Lihatlah, Amira punya hati yang lembut dan peduli pada sesama. Pasti ibunya juga sama. Barangkali nanti Mas bisa cepat punya keturunan," ucap Hajah Fatimah, membuat Anita terkejut.

"Nah, dengar tuh. Istrimu saja mendukung," ucap Hajah Halimah.

Anita bingung. Menikah lagi? Memikirkannya saja tidak, apalagi melakukannya. Saat ini, ia hanya ingin fokus pada dirinya dan Amira. Biaya perawatan Amira setelah operasi sangat besar. Ia tidak mungkin terus mengandalkan kebaikan Wiryawan, meskipun pria itu sudah menganggapnya sebagai anak.

"Bagaimana, Anita? Kamu mau tidak jadi istri anak saya?" tanya Hajah Halimah.

"Sepertinya saya belum bisa, Bu. Saya ingin fokus membesarkan Amira dulu," jawab Anita tegas.

"Baiklah kalau begitu. Kalian berkenalan saja dulu," ucap Hajah Halimah.

Haji Faisal tampak tidak enak hati dengan sikap ibunya.

Setelah berbincang-bincang mengenai kabar Amira, akhirnya Hajah Halimah dan rombongan berpamitan dan pergi meninggalkan Anita.

"Mamah, yang sabar ya," ucap Amira.

"Mamah baik-baik saja, Nak."

"Mamah, kenapa mamah meninggalkan Papah?"

"Papah kamu sudah menceraikan mamah."

"Pasti disuruh Nenek ya?"

"Ah, sudahlah, jangan bahas itu," ucap Anita.

"Mamah, bagaimana dengan Ustaz Faisal?" tanya Amira.

"Ya, gimana apanya?"

"Mamah suka enggak sama Ustaz Faisal?"

"Mamah belum berpikir ke arah sana, Nak."

"Ya sudah, yang penting mamah sehat. Mira sayang mamah," ucap Amira.

...

"Mamah, harusnya jangan bahas itu dong. Aku kenal juga enggak, kenapa mamah langsung meminta orang yang sama sekali belum aku kenal untuk jadi istriku?" ucap Faisal. Tangannya tetap fokus ke depan, memegang setir.

"Orang seperti Anita sulit didapatkan, Sal. Kamu lihat Amira, kan? Dia begitu cerdas dan dewasa, pasti ibunya juga seperti itu," ucap Hajah Halimah.

"Tapi, Bu, aku enggak mau punya istri lagi. Fatimah sudah lebih dari cukup untukku, Bu."

"Tapi kalian belum punya anak. Kalian sudah lima tahun berumah tangga, tapi belum juga diberi keturunan."

"Astaghfirullah, Bu. Kami semua sehat, mungkin memang belum waktunya," ucap Faisal.

"Mas, coba dulu aja, deh. Sepertinya wanita itu cocok sama kriteriamu. Aku juga lihat dia tidak punya keluarga, dia hanya sebatang kara," ucap Fatimah.

Faisal merasa aneh. Kenapa dua wanita ini malah menyuruhnya menikah lagi? Ia berpikir, bukankah punya dua istri itu berat? Satu istri saja belum tentu bisa ia tanggung jawabkan dengan benar.

...

Dewi mengerjapkan matanya. Pandangannya masih buram, tapi ia mulai sadar.

"Dewi, kamu sudah sadar, Nak?" lirih Laksmi. Setelah dua hari dua malam menunggu tanpa kepastian, akhirnya anaknya siuman juga.

"Kenapa aku belum mati, Bu?" Itu kalimat pertama yang keluar dari mulut Dewi.

"Jangan bicara sembarangan, Nak. Maafkan Ibu..." suara Laksmi bergetar, penuh kesedihan.

"Ini semua salah Anita, Bu. Coba saja kalau dia mau menerima poligami, pasti Ibu dan Mas Arman enggak akan marah-marah terus sama aku," gerutu Dewi, suaranya lemah tapi dipenuhi kepahitan.

"Sudah, jangan pikirkan wanita itu. Lagipula, dia sekarang sudah jadi wanita simpanan laki-laki tua," ujar Laksmi enteng.

"Benarkah itu, Bu?" Mata Dewi langsung berbinar. Setiap kali ada kabar buruk tentang Anita, entah kenapa semangatnya selalu kembali.

"Si Amira ketabrak mobil. Sekarang dia dirawat di ruang VVIP. Tentu saja, Anita enggak akan sanggup membayar kalau bukan lelaki selingkuhannya yang menanggung biaya itu."

"Oh, jadi Amira kecelakaan? Syukurlah, itu karma. Dia berani menentang Ibu, kan?" bibir Dewi melengkung tipis, senyum sinis terukir di wajahnya.

"Iya, Ibu juga setuju," timpal Laksmi.

"Dewi, sekarang di rumah sudah ada pembantu. Suamimu baik juga, ya. Dia sampai mau mengirim pembantu dan bahkan menyewakan kamar segala," ujar Laksmi, nada suaranya penuh arti.

"Masa sih, Bu? Kok aku enggak tahu?" Dewi mengernyit. "Itu pas kamu mau bunuh diri, dia datang. Sekarang dia lagi ngurus Salma."

Dewi terdiam. Ia heran, bagaimana mungkin Mas Doni bisa membayar pembantu dan menyewakan kos untuknya, sedangkan uang bulanan yang ia terima saja cuma satu juta rupiah per bulan?

"Setelah Anita pergi, kita benar-benar mendapat banyak keberuntungan. Kita sudah membuang kesialan dari rumah ini," ucap Laksmi dengan nada puas.

"Ya, kita sekarang benar-benar beruntung, Bu. Kita punya pembantu, dan sebentar lagi Mas Arman akan menikah dengan Bianka," sahut Dewi, senyum tipis terukir di wajahnya.

Sore harinya, Dewi sudah diperbolehkan pulang. Kini ia hanya perlu menjalani masa pemulihan.

Saat tiba di rumah, matanya sedikit membelalak. Rumah itu tampak bersih, perabotan tertata rapi—hampir persis seperti saat Anita masih ada.

"Dewi, ini Mira, pembantu yang diutus Doni," ucap Laksmi memperkenalkan seorang wanita muda yang berdiri di sampingnya.

...

...

Sementara itu, Arman yang hendak pulang dari tempat kerja dicegat oleh Bianka.

"Mas, kenapa teleponku enggak diangkat-angkat?" ucap Bianka kesal, kedua tangannya bertolak pinggang.

"Dewi, adikku, sakit. Aku enggak sempat lihat HP," jawab Arman buru-buru.

"Alasan saja, Mas. Aku sudah telepon Ibu, katanya Dewi sudah pulang. Yang menunggui dia juga Ibu, bukan Mas. Jadi, Mas enggak ada di rumah sakit, kan?" tatapan Bianka penuh selidik.

"Ya, aku kan sibuk cari pinjaman ke sana kemari buat biaya rumah sakit Dewi," dalih Arman. Itu alasan yang terdengar logis, padahal kenyataannya, biaya rumah sakit Dewi sudah dibayar Doni. Kemarin, Arman justru sibuk mengintip kehidupan Anita. Ternyata, wanita itu masih tinggal di rumah kosan sempit. Arman merasa puas. Setidaknya, Anita tidak hidup mewah setelah meninggalkannya.

Sementara itu, Bianka diam-diam merasa miris. Begini kalau menikah dengan Arman, pikirnya. Bagaimana mungkin seorang pria yang sudah berkeluarga masih harus menanggung biaya hidup adiknya yang jelas-jelas sudah punya suami?

"Ini tidak bisa dibiarkan. Kalau dia menikah denganku, aku akan ambil semua gajinya. Orang tuanya cukup kuberi sekadar untuk makan saja." pikirnya dalam hati

..

Laksmi duduk santai di ruang tamu, menikmati sore yang tenang. Dewi ada di kamarnya, sementara Salma tengah belajar bersama Mira di meja kecil dekat jendela.

"Keluargaku benar-benar diberkahi oleh Allah sejak Anita keluar dari rumah ini," gumam Laksmi dalam hati. "Doni mau membayar pembantu, Salma juga suka dengan Mira, dan sebentar lagi Arman akan menikah dengan Bianka. Benar-benar beruntung aku saat Arman menceraikan Anita."

Tiba-tiba—

Bruk! Bruk!

Pintu depan digedor keras.

"Siapa, sih?! Enggak sopan banget gedor-gedor pintu!" gerutu Laksmi, kesal.

Mira buru-buru membuka pintu, lalu seorang perempuan paruh baya melangkah masuk. Umurnya sekitar 40 tahun, tetapi pesonanya masih terjaga. Wajahnya terlihat tegas, penuh percaya diri. Ia diikuti oleh dua pria berbadan tegap—bodyguard, tampaknya.

"Siapa Anda?" Laksmi memicingkan mata, tak suka dengan kedatangan tak terduga ini. "Bertamu kok enggak tahu sopan santun!"

Perempuan itu melepas kacamata hitamnya dengan gerakan anggun, lalu menyerahkannya pada salah satu pengawalnya.

Tanpa basa-basi, ia berjalan ke arah Laksmi dan duduk di depannya, menyilangkan kaki dengan angkuh.

"Mana Lestari, anak Anda?" suaranya dingin, nyaris tak berintonasi.

Laksmi langsung waspada. "Mau apa Anda mencari anak saya?"

Perempuan itu tersenyum tipis, tetapi sorot matanya tajam. "Warman, mana foto-fotonya?"

Salah satu bodyguard menghampirinya, menyerahkan sebuah amplop cokelat tebal. Dengan santai, perempuan itu mengeluarkan beberapa lembar foto, lalu melemparkannya ke atas meja di depan Laksmi.

Laksmi terlonjak kaget, bukan hanya karena sikap kasar wanita itu, tetapi juga karena apa yang ia lihat dalam foto-foto itu.

Wajahnya memucat.

Dalam gambar, terlihat jelas Lestari—anaknya—sedang berpelukan dengan seorang pria yang jauh lebih tua. Terlalu tua. Lebih pantas jadi ayahnya ketimbang pasangannya.

"Saya mau Lestari," perempuan itu menatap Laksmi tajam. "Anda harus menemukannya dan memberitahu saya keberadaannya. Kalau tidak..."

Ia mencondongkan tubuh sedikit, lalu berkata pelan namun penuh tekanan, "...rekaman foto dan video ini akan kami sebarkan ke media sosial."

Laksmi tercekat.

Ia berusaha membuka mulut, tetapi tak satu pun kata keluar.

"Saya kasih waktu tiga hari."

Suara perempuan itu begitu mantap. Tidak terdengar seperti ancaman—lebih seperti vonis yang sudah ditetapkan.

"Tiga hari," ulangnya. "Temukan Lestari. Atau foto-foto ini akan dikonsumsi banyak orang."

Lalu, ia bangkit, merapikan pakaian tanpa tergesa-gesa, dan berjalan keluar rumah.

Laksmi masih terpaku. Tangannya bergetar hebat.

1
Memyr 67
𝗅𝖺𝗄𝗌𝗆𝗂 𝗄𝖺𝗇 𝗇𝗀𝖺𝗇𝗍𝖾𝗋 𝖽𝖾𝗐𝗂 𝗄𝖾 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗌𝖺𝗄𝗂𝗍, 𝗒𝗀 𝗇𝖾𝗆𝗎 𝗄𝖾𝗋𝗍𝖺𝗌 𝗆𝗂𝗋𝖺, 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗅𝖺𝗄𝗌𝗆𝗂 𝗒𝗀 𝗇𝗀𝖺𝗆𝗎𝗄 𝗁𝖺𝖻𝗂𝗌 𝖻𝖺𝖼𝖺 𝗌𝗎𝗋𝖺𝗍? 𝗈𝗍𝗁𝗈𝗋 𝗇𝗀𝖺𝗐𝗎𝗋 𝗇𝗂. 𝗄𝖺𝖼𝖺𝗎 𝖺𝗆𝖺𝗍 𝖼𝖾𝗋𝗂𝗍𝖺𝗇𝗒𝖺.
Memyr 67
𝗃𝗂𝗄𝖺 𝖺𝗋𝗆𝖺𝗇 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗆𝖾𝗇𝗀𝗂𝗄𝗎𝗍𝗂 𝗂𝖻𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗒𝗀 𝗌𝖺𝗅𝖺𝗁, 𝗍𝗂𝖽𝖺𝗄 𝖺𝖽𝖺 𝗐𝖺𝗇𝗂𝗍𝖺 𝗒𝗀 𝖻𝗂𝗌𝖺 𝖻𝖾𝗋𝗍𝖺𝗁𝖺𝗇 𝗆𝖾𝗇𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗂𝗌𝗍𝗋𝗂𝗇𝗒𝖺. 𝗄𝖺𝗋𝖾𝗇𝖺 𝗂𝗌𝗍𝗋𝗂 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝖺𝗋𝗆𝖺𝗇 "𝗁𝖺𝗇𝗒𝖺" 𝖽𝗂𝖺𝗇𝗀𝗀𝖺𝗉 𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗅𝖺𝗂𝗇, 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗍𝗂𝖽𝖺𝗄 𝖻𝖾𝗋𝗁𝖺𝗄 𝖺𝗍𝖺𝗌 𝗇𝖺𝖿𝗄𝖺𝗁 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝖺𝗋𝗆𝖺𝗇. 𝖻𝖾𝗀𝗂𝗍𝗎 𝗃𝗎𝗀𝖺 𝖺𝗇𝖺𝗄𝗇𝗒𝖺. 𝗂𝗍𝗎 𝖺𝗇𝖺𝗄 𝗒𝗀 𝗅𝖺𝗁𝗂𝗋 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝗐𝖺𝗇𝗂𝗍𝖺 𝗒𝗀 𝖻𝗎𝗄𝖺𝗇 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺𝗇𝗒𝖺, 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗃𝗎𝗀𝖺 𝖻𝗎𝗄𝖺𝗇 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝖽𝗂𝖺. 𝖽𝖺𝗇 𝗂𝖻𝗎𝗇𝗒𝖺 𝖺𝗋𝗆𝖺𝗇 𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗌𝖺𝗄𝗂𝗍 𝗁𝖺𝗍𝗂 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗅𝗂 𝗃𝗂𝗄𝖺 𝖺𝗇𝖺𝗄 𝗄𝖺𝗇𝖽𝗎𝗇𝗀𝗇𝗒𝖺 𝗂𝗍𝗎 𝗆𝖾𝗆𝖻𝖾𝗋𝗂 𝗄𝖾𝗉𝖺𝖽𝖺 𝖺𝗇𝖺𝗄 𝗄𝖺𝗇𝖽𝗎𝗇𝗀𝗇𝗒𝖺 𝗒𝗀 𝗆𝖾𝗇𝗎𝗋𝗎𝗍 𝗂𝖻𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗂𝗍𝗎 "𝖺𝗇𝖺𝗄 𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗅𝖺𝗂𝗇". 𝗍𝗂𝖽𝖺𝗄 𝗉𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗁𝖺𝗄.
Firman Firman
Alhamdulillah 🤲 telah selesai terimakasih athour telah memberikan cerita yg menarik 👍semoga kedepannya lebih baikdan sukses lagi
Firman Firman
rasain tu pria hidung belang 😂😂🤭 jadi wanita sekarang
Firman Firman
Alhamdulillah 🤲 semua impianmu terkabul dan harapan mu mnjadi nyata amin🤲
Firman Firman
itulah karma mu wanita jalang 😡
Firman Firman
makan tu harta makan tu martabat dan derajat 😂😂🤭
Firman Firman
lebih baik melihara mafia dari pada anak selingkuhan seperti ular yg GK tau diri 😂😂
Firman Firman
lnjut
Firman Firman
biarin aja kalau keluarga iblis betina itu masuk penjara seumur hidup 😂😂🤭
Firman Firman
lnjut mngkanya nasi up salah 🤭 mngkanya jadi orang gak usah cuma wa makan tu hutang 😂😂🤭
Memyr 67
𝗆𝖾𝗇𝗎𝗇𝗀𝗀𝗎 𝗀𝖾𝖻𝗋𝖺𝗄𝖺𝗇 𝖺𝗇𝗂𝗍𝖺 𝗉𝖺𝖽𝖺 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝗍𝗈𝗑𝗂𝖼 𝗌𝗎𝖺𝗆𝗂𝗇𝗒𝖺
Firman Firman
lnjut
Firman Firman
dasar wanita gila merasa diri paling benar merasa diri paling di permalukan pergi aja lestari dari rumh neraka itu 😡😡
Firman Firman
ya kok tau tau punya jet pribadi dan bnyak bodigat diakan buronan sekarang
Firman Firman
lnjut,,waduh bisa gawat kalau wanita jalang itu gerak cepet 😡
Firman Firman
dasar wanita liar wanita binal anak bodoh
Firman Firman
semua jawaban ada ditangan athour 😂😂🤭
Firman Firman
lnjut
Firman Firman
Alhamdulillah 🤲 ketemu cucu nya yg menjadi malaikat penolong
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!