NovelToon NovelToon
Pedang Terkutuk Pemulung Misterius

Pedang Terkutuk Pemulung Misterius

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Identitas Tersembunyi / Epik Petualangan / Roh Supernatural / Pusaka Ajaib / Balas Dendam
Popularitas:788
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

"Takdirnya ditulis dengan darah dan kutukan, bahkan sebelum ia bernapas."

Ling Yuan, sang pewaris yang dibuang, dicap sebagai pembawa kehancuran bagi klannya sendiri. Ditinggalkan untuk mati di Pegunungan Sejuta Kabut, ia justru menemukan kekuatan dalam keterasingan—dibesarkan oleh kuno, roh pohon ajaib dan dibimbing oleh bayangan seorang jenderal legendaris.

Kini, ia kembali ke dunia yang telah menolaknya, berbekal dua artefak terlarang: Kitab Seribu Kutukan dan Pedang Kutukan. Kekuatan yang ia pegang bukanlah anugerah, melainkan hukuman. Setiap langkah menuju level dewa menuntutnya untuk mematahkan satu kutukan mematikan yang terikat pada jiwanya. Sepuluh tahun adalah batas waktunya.

Dalam penyamarannya sebagai pemulung rendahan, Ling Yuan harus mengurai jaring konspirasi yang merenggut keluarganya, menghadapi pengkhianat yang bersembunyi di balik senyum, dan menantang takdir palsu yang dirancang untuk menghancurkannya.

Akankah semua perjuangan Ling Yuan berhasil dan menjadi Dewa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 Turun Gunung Dan Batasan Waktu.

Pegunungan Sejuta Kabut kini terasa sunyi, sebuah kekosongan yang menelan suara napas Ling Yuan. Inti spiritual Jendral Mao telah bersemayam di dadanya, terasa seperti inti atom yang dingin, menjanjikan kekuatan tak terbatas sekaligus ancaman kehancuran abadi.

Segel yang ditinggalkan Ji Yue—ibunya—berdenyut. Segel itu, yang selama ini melindungi tubuh fana Ling Yuan dari racun pegunungan, kini bereaksi keras terhadap ledakan energi spiritual yang baru saja ia terima dari gurunya. Energi kultivasi Ling Yuan yang baru mencapai Mortal Peak—sebuah puncak kekuatan yang seharusnya ia rayakan—kini harus dipaksa masuk kembali ke dalam sangkar.

DUUUM! DUUUM! DUUUM!

Jantung Ling Yuan berdetak tidak normal. Setiap denyutan adalah pertempuran internal. Energi kutukan murni, yang telah ia pelajari untuk ia kendalikan, kini memberontak terhadap segel bangsawan yang halus. Ling Yuan jatuh berlutut, tangannya mencengkeram tanah yang basah oleh kabut.

“Sabar, Nak,” suara Jendral Mao, kini bergema hanya di ruang spiritualnya, terdengar mendesak. “Segel itu adalah kunci kelangsungan hidupmu. Kau harus mematuhi batasan yang ditetapkan ibumu. Jangan biarkan kekuatanmu terlihat!”

Ling Yuan mengeluarkan erangan tertahan. Rasanya seperti ribuan jarum es menusuk setiap jalur kultivasinya, memaksanya menyusutkan lautan spiritual yang telah ia bangun selama sepuluh tahun. Ia harus menjadi kecil, tidak signifikan, bahkan ketika ia membawa pengetahuan dan kekuatan Dewa di dalam dirinya.

KRRRTSSSHHH!

Aura emas samar, sisa dari darah bangsawan Yang yang dimilikinya, berbenturan dengan energi hitam pekat yang merupakan esensi dari Kitab Seribu Kutukan. Benturan itu menghasilkan panas yang menyengat, membuat pakaian lusuhnya berasap. Ling Yuan harus menggunakan semua kehendak yang tersisa untuk menenangkan badai di dalam dirinya. Ia memvisualisasikan jam pasir raksasa yang diperlihatkan Mao—pasir hitam yang terus turun.

Sepuluh tahun. Waktu mundur telah dimulai.

Dengan tarikan napas yang dalam dan menyakitkan, Ling Yuan berhasil menstabilkan energi tersebut. Segel itu kini kembali ke posisinya, namun tidak lagi pasif. Segel itu kini memancarkan tekanan konstan, mengingatkannya bahwa ia adalah bom waktu berjalan. Kekuatan Mortal Peak-nya kini terbungkus rapat, membuatnya tampak tidak lebih kuat dari seorang pemuda biasa yang lemah.

Ling Yuan berdiri, tubuhnya gemetar, tetapi matanya memancarkan ketenangan yang dingin. Ia menoleh ke belakang, melihat ke puncak Pegunungan Sejuta Kabut yang diselimuti racun. Tempat itu adalah penjara dan juga gurunya. Kini, ia harus meninggalkannya.

Perjalanan menuruni gunung adalah pelajaran pertama dalam penyamaran. Di pegunungan, ia bergerak dengan kecepatan spiritual, kakinya bahkan tidak menyentuh tanah. Sekarang, ia harus berjalan. Ia harus tampil lambat, kikuk, dan yang paling penting, bisu. Mao telah menekankan bahwa suara bangsawan dan intonasi kultivator elitnya akan mengkhianati dirinya.

Setiap langkah turun, kabut racun mulai menipis, digantikan oleh udara fana yang berdebu dan panas. Kontrasnya begitu tajam. Di sini, di lereng bawah, ia mulai melihat jejak-jejak peradaban: puing-puing sampah, jejak kaki yang tidak terawat, dan bau kotoran yang menyengat.

“Kau harus membuang nama Ling Yuan untuk saat ini. Kau harus membuang semua kebiasaan bangsawanmu. Jangan berpikir sebagai kultivator, Nak,” Mao membisikkan instruksi di dalam jiwanya.

Ling Yuan mulai berlatih. Ia berjalan dengan sedikit pincang, bahunya sedikit membungkuk. Ia membiarkan rambutnya yang panjang dan terawat menjadi kusut dan kotor. Tangannya, yang terbiasa memegang energi spiritual, kini menggesek-gesek tanah, mencari kotoran dan debu untuk menempel di kulitnya.

Ia melihat sebuah aliran air yang keruh. Ia berjalan ke sana, menatap bayangannya. Bukan lagi anak yang dipenuhi tekad murni yang ia lihat sepuluh tahun lalu. Di sana berdiri seorang pemuda kurus, berpakaian compang-camping, matanya cekung, wajahnya tampak lelah dan bisu. Itu adalah persona barunya.

“Pemulung Misterius,” ia bergumam dalam hati, suara batinnya terasa asing. Ia tidak boleh mengucapkan sepatah kata pun di dunia fana ini. Bisu adalah tameng terkuatnya.

Ketika ia mencapai kaki gunung, pemandangan berubah drastis. Ia melihat ladang-ladang yang dibakar oleh matahari, dan di kejauhan, sebuah jalan besar yang ramai dengan pedagang dan gerobak. Udara dipenuhi dengan hiruk pikuk kehidupan, sebuah kebalikan total dari keheningan mistis di Pegunungan Kabut.

Di pinggiran jalan, ia menemukan sebuah karung goni tua yang dibuang. Dengan naluri yang diajarkan Mao, ia mengambil karung itu dan mulai berjalan, mengais puing-puing kecil yang dibuang oleh para pedagang. Itu adalah tindakan yang merendahkan martabat, tetapi setiap puing yang ia kumpulkan adalah satu langkah menjauh dari identitasnya yang berbahaya.

Mao mengingatkan, “Kota Kekaisaran hanya berjarak beberapa hari perjalanan. Klan Yang adalah sarang ular yang berhati-hati. Mereka tidak mencari pemulung yang kotor. Mereka mencari seorang pahlawan yang marah, seorang pewaris yang menuntut. Berikan mereka ilusi yang mereka inginkan, sementara kau mengumpulkan kebenaran di balik sampah mereka.”

Ling Yuan mengangguk dalam diam, mengencangkan cengkeramannya pada karung goni. Di dalam dirinya, benih spiritual Mao memandu jalan, menuju lokasi tepat di mana Pedang Kutukan Mao yang asli terkubur.

Saat matahari terbenam, mewarnai cakrawala dengan warna merah darah, Ling Yuan melihat siluet Kota Kekaisaran. Dindingnya menjulang tinggi, megah, dan kejam. Itu adalah tempat di mana orang tuanya dikhianati dan ia dibuang. Ia merasakan gelombang kebencian yang kuat, yang segera ia paksa untuk ditekan. Jika ia membiarkan emosi itu menguasai, segelnya akan retak.

Ia berhenti sejenak di tepi jalan, jauh dari pandangan orang. Ia menyentuh dada tempat benih spiritual Mao bersemayam. Ia memejamkan mata, membiarkan kebencian itu diubah menjadi tekad yang dingin dan kalkulatif.

(Aku datang, Jendral Yang. Aku datang, Selir Sin. Kalian menginginkan kehancuranku, tapi aku akan mengubah kutukan ini menjadi hukuman kalian.)

Dengan langkah kaki yang lebih mantap, Ling Yuan bergabung dengan kerumunan para musafir yang menuju gerbang utama. Ia hanyalah seorang pemulung kotor, bisu, dan tak penting. Tidak ada yang akan melihatnya. Tidak ada yang akan menyangka bahwa di dalam tubuh kurus itu bersemayam energi yang mampu membalikkan takdir seluruh kekaisaran, dan bahwa jam pasir kehancuran pribadinya terus berdetak tanpa ampun. Ia melangkah menuju gerbang Kota Kekaisaran, tempat ia akan memulai pencarian Kitab Seribu Kutukan dan Pedang Kutukan yang hilang.

"Aku akan penuh ketelitian, aku akan banyak belajar dan mencari pengalam baru, aku tidak akan menyerah sebelum aku bisa mencapai tujuanku. Aku akan menjadi pengawas kalian di pagi buta hingga malam pekat, supaya aku bisa memprediksi semua yang akan terjadi, supaya aku bisa mempersiapkan hati dan diriku saat aku bertemu kalian yang kotor. Supaya aku bisa memiliki pondasi yang kuat saat jari jariku akan merenda takdir baru yang tak terbantahkan. Tunggu, saat yang tepat, Aku pasti akan kembali pada kalian satu per satu!" tekad kuat di hati pemulung misterius yang memulai hari barunya saat itu ....

1
Nanik S
Cukup menarik diawal
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih sudah mampir kakak. semoga suka. ikuti kisah author yang lain juga. thx all. lope lope sejagat😍🙏👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!