NovelToon NovelToon
My Poor Husband

My Poor Husband

Status: tamat
Genre:Romantis / Sudah Terbit / Tamat
Popularitas:31.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: ErKa

Tiba-tiba saja nenek menyuruhku menikah dengan pria kurang mapan. Aku adalah seorang wanita yang memiliki karier mapan!! Apa yang harus aku lakukan? Kenapa nenek memilih laki-laki dibawah standarku? Apa sebenarnya tujuan nenek?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 31 - Pergi untuk Kembali

Tia sampai di kota Surabaya  ketika matahari berada tepat di atas

kepalanya. Dia langsung menuju rumah nenek. Sesampainya dirumah, nenek

menyambutnya dengan mimik wajah keheranan dan kebingungan.

“Lho, kok sudah pulang Ndu? Suamimu mana?” namun Tia

tidak menjawab. Setelah mencium tangan nenek, dia berlalu menuju kamarnya.

Kemudian dia mengunci kamarnya dari dalam. Semakin terheran-heran nenek

dibuatnya. Dari raut wajah cucunya yang sedih dan matanya yang memerah bekas

menangis, nenek punya firasat bahwa ada masalah diantara cucunya dan suaminya.

Karena penasaran, nenek segera menghubungi mbak Siti.

“Ti, genduk kok mbalek dewean? Nangdi awakmu saiki?”

(Ti, genduk kok pulang sendirian? Dimana kamu sekarang?)

“Beneran Mbah, mbak Tia sudah dirumah?”

“Iyo Ti. Koyoke mari nangis. Mripate abang lagek abo.

Saiki areke ngunci kamar, gak gelem ngomong bek Mbah.” (Iya Ti, sepertinya

anaknya habis menangis. Matanya merah dan bengkak. Sekarang anaknya sedang

mengunci dirinya dikamar. Tidak mau berbicara dengan nenek.)

“Ada apa sih Ti?”

“Gak ada apa-apa Mbah. Ini sekarang Siti sama Mas

Rizal perjalanan pulang Mbah. Mungkin baru nyampe rumah sekitar satu jam lagi

Mbah…”

“Beneran gak ada apa-apa Ti? Kamu gak bikin rencana

aneh-aneh kan?”

“Mboten Mbah, mboten aneh-aneh.”

“Takutnya Kamu bikin rencana aneh-aneh biar bisa

nuruti maunya Mbah…”

“Mboten kok Mbah. Mbah gak usah khawatir. Tolong

mbak Tia dijaga jangan sampai keluar rumah ya Mbah. Satu jam lagi Siti sama Mas

Rizal sudah dirumah…”

“Lahdalah, enek opo iki yo… Yoweslah, awakmu ndang

balek. Ati-ati nang dalan.” Nenek menutup panggilan teleponnya. Menatap dengan

hampa pintu kamar cucunya yang terkunci rapat. Nenek hanya berdoa, semoga saja

tidak terjadi apa-apa pada pernikahan cucunya.

***

“Mas, kata Mbah mbak Tia sudah sampai dirumah…”

“Beneran Mbak??!” Rizal meminggirkan mobilnya, dia

perlu fokus untuk melakukan setiap pembicaraan yang bersangkutan dengan

istrinya.

“Iya Mas, barusan Mbah telepon. Katanya mbak Tia

sudah sampai rumah dengan selamat, tapi…”

“Tapi apa Mbak?”

“Eh… Kata Mbah mbak Tia kayak habis nangis Mas.

Terus ngunci diri dikamar…”

“Ahh!” Rizal mengepalkan tangannya di kemudi.

Istrinya menangis!! Sepertinya istrinya sangat menyesali malam itu. Argggghh!!

Andaikan waktu bisa diulang, dia tidak akan berbuat seperti itu. Seharusnya dia

tahu, seseorang dibawah pengaruh obat pikirannya tidak lagi jernih.

Ditanya beberapa kali pun jawabannya akan tetap sama, yang penting nafsunya

bisa segera tersalurkan. Betapa bodohnya dia. Dia pantas untuk

disalahkan!! Diantara mereka berdua, pikirannya lah yang paling jernih. Namun

karena dipengaruhi hasrat, akhirnya dia mengikuti permainan itu.

Seharusnya dia bisa menunggu dan bersabar. Selama

dua bulan ini dia bisa melakukannya. Namun kenapa hanya untuk satu malam dia

tidak bisa menahan diri? Rizal memukul-mukul kepalanya sendiri dengan kesal.

Mbak Siti hanya terdiam membisu, perasaan bersalahnya menjadi semakin besar.

Sepuluh menit kemudian, mereka melanjutkan

perjalanan. Rizal mengendarai kendaraannya dengan kencang, namun masih tetap

patuh dengan rambu-rambu lalu lintas. Dia ingin segera sampai dirumah nenek,

ingin segera membawa istrinya pulang bersamanya.

***

Tok…Tok…Tok…

“Dek… Adek… Ini Mas Dek…Bisa buka pintunya?” Tia

terhenyak ketika mendengar suara ketukan pintu dikamarnya. Lebih terhenyak lagi

ketika mendengar suara laki-laki itu, suara yang rendah, dalam dan

menghanyutkan. Yang menghantarkan mimpi-mimpi dan hasratnya tadi malam!!

Tia memutuskan untuk tidak menjawab. Dia belum siap

berhadapan dengan laki-laki itu. Rasa malu masih membakar wajahnya.

“Sayang… buka pintunya…” Rizal masih belum menyerah,

begitu pula dengan Tia. Dengan keras kepala dia tidak menjawab suara panggilan

itu.

“Dek… Mas tahu kalo Mas salah. Seharusnya tadi malam

Mas tidak bersikap seperti itu…Buka dong pintunya sayang…” Suara Rizal tampak

sangat sedih. Sebenarnya Tia tidak marah pada Rizal, karena dia memang tidak

punya alasan untuk marah. Kejadian tadi malam murni seratus persen kesalahannya

sendiri. Dia tidak ingin bertemu dengan Rizal bukan karena marah, tapi lebih

karena malu. Ya!! Dia sangat malu sekali. Kalau bisa dia ingin mengubur wajahnya

disudut bumi yang paling  dalam agar tidak

perlu berhadapan dengan pria itu lagi.

“Dek?” Rizal masih menggedor-gedor pintu dengan

lembut.

“Sudahlah Nak Rizal, si genduk kalau ngambek sukanya

memang seperti itu. Mengurung diri di dalam kamar. Nanti kalau perasaannya

sudah enakan, pasti keluar-keluar sendiri. Sekarang Nak Rizal bersihkan badan

dulu, sholat, makan terus istirahat. Pasti capek nyetir dari Malang kesini.”

Tia mendengar suara neneknya. Ada sedikit kelegaan dihatinya. Setidaknya untuk

sementara waktu dia tidak akan terganggu dengan ketukan pintu dikamarnya.

“Nduk, makan siangnya Nenek taruh didepan kamar. Ngambek

sih boleh ya, tapi jangan lupa makan. Jangan lama-lama ngambeknya, kasian Nak

Rizal lho. Sudah menikah kok masih ngambekan, nanti ditinggal suaminya gimana?”

Nenek berkata dengan nada bercanda. Tia tidak suka dengan candaan neneknya yang

terakhir. Hah?! Mau meninggalkannya?! Setelah menodainya Rizal akan

meninggalkannya? Huhh!! Enak saja!! Lihat saja nanti, dia pasti akan menjadi

parasite dalam hidup laki-laki itu!

Selama satu jam dalam kesendirian, Tia banyak

berpikir. Sekarang nasi sudah menjadi bubur. Dia sudah tidak gadis lagi. Dia

sudah tidak perawan. Dia sudah ternoda. Tidak ada laki-laki yang pantas

untuknya, kecuali ‘Si Pengambil Keperawanannya’!!. Selama ini dia berpikir,

meskipun menikah dengan Rizal, dia tetap akan menjaga kesuciannya. Bila dia sudah

bertemu dengan laki-laki yang tepat, dia akan menceraikan Rizal. Namun apalah

daya, laki-laki tepat dan laki-laki impiannya sudah tidak ada lagi. Dia sudah

tidak bisa mundur lagi. Mau tidak mau, sudi tidak sudi, dia harus menghabiskan

sepanjang hidupnya bersama laki-laki ini. Titik!!

Tia kembali menelungkupkan wajahnya

dibantal,menangis lagi dan lagi. Hingga akhirnya dia kelelahan dan tertidur

dengan berurai air mata.

***

Waktu sudah menjelang Magrib, namun Tia belum juga membuka

pintu kamarnya. Rizal sangat gelisah. Dia sangat khawatir dengan kondisi

kejiwaan istrinya. Yah, wanita mana yang mau melakukan hubungan suami istri

tanpa mencintai pasangannya? Istrinya belum mencintainya, pasti berat untuknya

menerima kenyataan bahwa mereka sudah tidur bersama. Rizal menghela napas

berat.

“Sudahlah Nak, jangan terlalu dipikirkan. Nanti si

genduk pasti keluar sendiri dari kamarnya.”

“Eh iya Nek…” belum selesai Rizal berbicara, handphonenya

tiba-tiba berbunyi. Rizal minta ijin untuk mengangkat telepon dan berjalan menjauh

dari nenek. Hampir setengah jam dia bertelepon ria, entah dengan siapa.

Setengah jam kemudian, Rizal kembali ke ruang tamu.

Wajahnya tampak sangat serius. Dengan hati-hati dia mendekati nenek dan

berkata.

“Nek, bisa minta tolong titip Adek disini dulu untuk

sementara waktu?”

“Lho, kok tumben? Ada apa ini Nak?”

“Iya, barusan dapat telpon Nek. Ada proyek di luar

kota yang butuh kehadiran saya. Mungkin butuh waktu sekitar lima sampai enam

hari untuk menyelesaikannya…”

“Semoga masalahnya cepat terselesaikan Nak. Lakukan

pekerjaanmu dengan baik. Untuk masalah istrimu, jangan khawatir, istrimu aman

bersama Nenek.” Nenek menepuk-nepuk pundak cucu menantunya dengan prihatin.

Sepertinya cucu menantunya ini dilema, antara ingin menyelesaikan pekerjaannya

diluar kota atau menghibur istrinya yang sedang marah padanya.

“Maaf ya Nek, saya merepotkan Nenek. Tapi kalau

membiarkan adek tinggal dirumah sendirian saya tidak tega Nek. Lebih aman kalau

adek disini bersama Nenek…”

“Iya Nak, nenek paham itu. Sudah jangan terlalu

banyak berpikir. Kapan berangkat ke luar kotanya?”

“Malam ini Nek.”

“Ya sudah Kamu siap-siap dulu Nak…”

“Baik Nek, saya pamit ke adek dulu Nek…” Nenek

mengangguk setuju. Rizal kembali berada di depan kamar istrinya. Setelah

mengetuk beberapa kali dengan suara membujuk merayu namun tiada hasil akhirnya

dia memutuskan untuk menyerah. Mungkin istrinya sudah tertidur. Besok dia akan

mengabarinya via telepon. Rizal memutuskan untuk berangkat ke luar kota malam

itu tanpa sepengetahuan istrinya.

***

1
mama ELA
aku AB apa bisa aku sumbangin darah ku
mama ELA
jadi keinget dulu waktu awal² hamil
mama ELA
kakak aku tinggal di perumahan ini
Siti solikah
bagus
Siti solikah
wah Rizal beneran jadi mantunya pak sutedjo
Siti solikah
kasihan juga sheyla tapi ya ga harus nabrak kan
Siti solikah
semoga lekas sembuh ya tia
Siti solikah
wah pak Sutedjo sudah selingkuh dari istri pertamanya
Siti solikah
pak Sutedjo sangat menyayangi rizal
Siti solikah
sheyla ga punya harga diri
Siti solikah
senangnya
Siti solikah
manisnya
Siti solikah
ayo Tia dia kak izalmu
Siti solikah
dasar sheyla Mak lampir ngamuk
Siti solikah
manisnya rizal
Siti solikah
novelnya sangat sangat sangat bagus dan menarik,baca berkali kali ga pernah bosan
Siti solikah
baca lagi thor
Siti solikah
akhirnya berhasil juga
Siti solikah
akhirnya tamat,aku sering baca novel ini
Siti solikah
ternyata benar tia anaknya pak sutedjo
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!