NovelToon NovelToon
Gadis Centil Milik CEO Dingin

Gadis Centil Milik CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: siti musleha

Di dunia ini, tidak semua kisah cinta berawal dari tatapan pertama yang membuat jantung berdegup kencang. Tidak semua pernikahan lahir dari janji manis yang diucapkan di bawah langit penuh bintang. Ada juga kisah yang dimulai dengan desahan kesal, tatapan sinis, dan sebuah keputusan keluarga yang tidak bisa ditolak.

Itulah yang sedang dialami Alira Putri Ramadhani , gadis berusia delapan belas tahun yang baru saja lulus SMA. Hidupnya selama ini penuh warna, penuh kehebohan, dan penuh canda. Ia dikenal sebagai gadis centil nan bar-bar di lingkungan sekolah maupun keluarganya. Mulutnya nyaris tidak bisa diam, selalu saja ada komentar kocak untuk setiap hal yang ia lihat.

Alira punya rambut hitam panjang bergelombang yang sering ia ikat asal-asalan, kulit putih bersih yang semakin menonjolkan pipinya yang chubby, serta mata bulat besar yang selalu berkilat seperti lampu neon kalau ia sedang punya ide konyol.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siti musleha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14 Gala diner

Udara malam di rumah Adrian terasa lebih hening dari biasanya. Setelah pulang dari rapat bersama Mr. Seto, Alira berjalan masuk lebih dulu dengan langkah kecil, seolah sedang berpikir keras. Sedangkan Adrian, dengan wajah datarnya, menutup pintu pelan dan menyusul di belakang.

Alira masih bisa merasakan aura dingin yang menyelimuti suaminya itu. Dari cara Adrian melipat jasnya saja, terlihat sekali ia sedang menahan sesuatu. Bukan marah yang meledak, tapi marah yang ditahan dalam-dalam jenis yang paling berbahaya.

“Mas… jangan diam terus begitu dong,” Alira akhirnya bersuara sambil melirik sekilas. Suaranya dibuat renyah, seperti biasa, seolah ingin mencairkan suasana. “Kalau terus pasang muka kaku, aku bisa salah sangka, loh.”

Adrian meletakkan jas di gantungan. “Salah sangka bagaimana?” tanyanya datar, tanpa menoleh.

“Ya, salah sangka kalau Mas lagi mikirin cowok lain. Kan serem,” jawab Alira cepat sambil menahan tawa kecilnya.

Adrian akhirnya menoleh, tatapannya menusuk tapi sekaligus heran. “Kau ini, bisa-bisanya bicara begitu.”

“Aku kan cuma bercanda.” Alira mengangkat bahu santai, lalu nyengir. “Eh, tapi kalau Mas diam melulu, aku jadi curiga beneran, tau.”

Pria itu menghela napas dalam. “Saya diam karena saya tidak suka.”

Alira langsung mendekat, duduk di sofa tepat di sebelah Adrian yang sudah menjatuhkan diri di sana. Ia menatap lekat wajah dingin suaminya. “Tidak suka sama siapa? Sama aku?”

Adrian menoleh cepat, alisnya berkerut. “Bukan begitu maksud saya.”

“Kalau bukan aku, berarti sama Mr. Seto, kan?” Alira menyeringai nakal. “Mas kelihatan cemburu, sumpah. Tadi tatapan Mas ke dia kayak… hmm… seperti singa mau nerkam.”

Adrian terdiam, jelas tak ingin mengakui. Tapi rona tipis di wajahnya tak bisa sepenuhnya disembunyikan.

Alira langsung memelintir kesempatan itu. Ia mencondongkan tubuh, mendekat ke wajah Adrian. “Mas, suamiku yang dingin… jangan bilang Mas takut kalah saing sama cowok lain?”

Tatapan Adrian menajam. “Alira.”

Suara beratnya cukup membuat Alira tersentak. Ia sempat menelan ludah, pipinya merona tanpa bisa dikendalikan. Tapi ia buru-buru menyembunyikan kegugupannya dengan tawa kecil. “Hehe, bercanda Mas. Jangan tegang gitu dong, nanti keriput, loh.”

Adrian tak merespons. Ia hanya menggeser sedikit tubuhnya, tapi tangannya tanpa sengaja menyentuh paha Alira saat hendak meraih remote televisi.

Deg.

Dunia Alira mendadak terasa berhenti sepersekian detik. Sentuhan hangat itu, meski ringan, membuat jantungnya berdegup kencang. Pipi centilnya langsung panas, dan matanya menghindar.

“A-aku… aku mau ambil air dulu,” gumamnya terbata-bata, bangkit buru-buru sambil menutupi wajah dengan tangan.

Adrian menatapnya dengan sorot tak terbaca, tapi ada sedikit tarikan di sudut bibirnya.

---

### **Di Meja Makan**

Beberapa menit kemudian, suasana sudah sedikit mencair. Alira datang membawa dua gelas jus jeruk, meletakkannya di meja.

“Minum dulu, Mas. Biar nggak panas kepala mikirin saingan gantengmu itu,” katanya sambil tersenyum centil.

Adrian mendengus kecil. “Kau terlalu percaya diri.”

“Loh? Memangnya salah kalau aku merasa disukai orang?”

“Masalahnya, kau terlihat terlalu menikmatinya.”

Alira melotot kecil. “Hah? Mana ada aku menikmati? Aku cuma… ya… berusaha ramah aja. Lagian kalau aku jutek, nanti Mas dibilang punya istri galak.”

Adrian menatapnya lama, membuat Alira jadi salah tingkah. Ia mengalihkan pandangan ke jus jeruk, pura-pura sibuk menyeruput.

“Aku serius, Mas,” ucapnya lirih. “Aku nggak ada niat bikin Mas cemburu.”

Adrian akhirnya menghela napas panjang. “Kau tidak mengerti.”

Alira menoleh cepat. “Lalu bikin aku ngerti dong.”

Tapi alih-alih menjawab, Adrian hanya berdiri. “Besok malam ada gala dinner. Kau ikut dengan saya.”

Alira langsung bersorak kecil. “Asyik! Gala dinner… berarti aku bisa pakai gaun cantik dong?”

Adrian menatapnya sejenak. “Terserah kau.”

---

### **Di Kamar**

Beberapa jam kemudian, Alira sibuk membongkar lemari, mencari gaun terbaik untuk acara besok. Adrian baru saja keluar dari kamar mandi, hanya dengan kemeja santai dan celana panjang.

“Mas, lihat deh!” seru Alira sambil mengangkat dua gaun sekaligus. “Yang merah ini seksi banget, tapi yang biru elegan. Menurut Mas, aku lebih cocok yang mana?”

Adrian hanya melirik sekilas. “Biru.”

Alira manyun. “Cepet banget jawabnya. Emang Mas beneran lihat?”

“Cukup jelas.”

Alira mendekat, masih membawa gaun. “Yakin? Kalau aku pakai yang merah, bisa bikin semua orang terpana, loh.”

Adrian menoleh, tatapannya dingin. “Itu masalahnya.”

Alira terdiam sebentar, lalu tersenyum geli. “Mas, Mas… cemburu lagi, ya?”

Adrian tidak menjawab, malah menarik gaun biru dari tangannya dan meletakkannya di kursi. “Kau pakai yang ini.”

Alira menatapnya lama, lalu tiba-tiba tertawa kecil. “Suamiku dingin ini manis juga kalau lagi cemburu. Lucu.”

Adrian melangkah mendekat. Sekali lagi, tanpa sengaja jarak mereka jadi terlalu dekat. Tangannya meraih gaun, tapi pergelangan Alira yang disentuh dulu.

Deg.

Alira membeku. Wajahnya memanas, jantungnya berdetak kencang. “M-mas…” suaranya bergetar, terbata.

Adrian menatap matanya, serius. “Jangan buat saya khawatir, Alira.”

Kata-kata itu begitu dalam, membuat Alira benar-benar tak bisa membalas. Ia hanya berdiri kaku, menunduk dengan pipi memerah.

Malam semakin larut. Adrian sudah berbaring di sisi ranjang dengan buku di tangan, sedangkan Alira masih gelisah, berguling-guling sambil memeluk bantal.

“Mas…” panggilnya pelan.

Adrian hanya bergumam singkat.

“Kalau besok di gala dinner ada yang ngajak aku dansa, gimana?”

Adrian menutup bukunya, menoleh. “Tidak ada yang boleh mengajakmu dansa.”

Alira terkekeh kecil. “Masih cemburu?”

“Ini bukan tentang cemburu.”

Alira langsung mendekat, menatapnya dengan mata berkilat nakal. “Kalau bukan cemburu, berarti Mas mau dansa sama aku?”

Adrian terdiam, tatapannya dalam.

Jantung Alira langsung berdebar tak karuan. Ia sudah siap-siap akan ditolak, tapi tiba-tiba Adrian berkata pelan:

“Mungkin.”

Deg.

Alira membeku, wajahnya langsung panas. Ia buru-buru menarik selimut menutupi wajah. “Astaga, Mas… jangan ngomong gitu dong. Aku bisa nggak tidur nanti.”

Adrian tersenyum tipis, lalu kembali menutup mata. Tapi di sudut bibirnya, ada kepuasan tersendiri melihat istrinya begitu salah tingkah.

Malam itu, Alira benar-benar tak bisa tidur. Bayangan Adrian yang mungkin akan berdansa dengannya di gala dinner terus berputar di kepalanya. Ia berguling ke kanan, ke kiri, pipinya memerah sendiri.

Sementara Adrian, yang terlihat tenang dengan mata terpejam, ternyata masih terjaga.

Tiba-tiba, ponselnya bergetar di meja samping. Pesan masuk. Dari Mr. Seto.

Isi pesannya singkat, tapi cukup untuk membuat tatapan Adrian menegang.

“Besok malam, saya harap Alira duduk di sebelah saya. Ada hal penting yang ingin saya sampaikan langsung padanya.”

Adrian mengepalkan tangan, tatapannya gelap.

Dan Alira, yang masih berguling tak tahu apa-apa, sama sekali tidak menyadari badai apa yang menunggunya di gala dinner besok.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!