Season 2 dari novel Lahir kembali untuk memeluk kalian
Menceritakan kisah romansa anak-anak Andrew Pratama yang sudah beranjak dewasa ikuti kisah mereka ya cuss lanjut...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wira Yudha Cs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Ketua mereka sudah mulai bergerak
Ucap wakil ketua geng Black Panther.
"Aku tau bego, kalian tunggu apa lagi? Cepat naik ke motor, kalian mau nunggu sampai mereka kabur jauh?"
Ucap Roger yang kini harus diboncengi wakil ketuanya, karena sudah tidak memiliki motor.
Setelah itu mereka langsung mengikuti rombongan Alvin yang membawa motor dengan santai karena ingin memancing Roger dan anggota Black Panther.
Saat tiba di tempat sepi, semua anggota Black Panther langsung menambah kecepatan dan menyalip kelompok Alvin. Alvin dan yang lainnya pun turun dengan santai sambil melepaskan helm mereka.
"Bocah, kembalikan motorku, lalu patahkan tanganmu supaya tidak bisa ikut balapan lagi. Aku bisa mempertimbangkan untuk mengampuni kalian,"
ucap Roger yang sangat percaya diri karena dia membawa seluruh anggota Black Panther yang berjumlah dua puluh orang termasuk dirinya.
"Kalau kamu punya kemampuan, sini ambil,"
ucap Alvin menantang Roger untuk mengambil motor yang sudah dimenangkannya itu.
"Kurang ajar! Dasar nggak tau diri. Kalian semua, bunuh mereka semua, aku akan bertanggung jawab!"
teriak Roger pada semua anak buahnya.
"Serang!!!"
teriak anggota Black Panther serempak. Mereka membawa benda tumpul sebagai senjata mereka.
"Ayo Ren, kita beri mereka pelajaran yang tidak akan mereka lupakan,"
ucap Alvin sambil melepaskan jaketnya dan meletakkan di atas motor barunya.
"Let's go, jangan ada satu pun yang masih berdiri nanti,"
ucap Rendra.
---
Dughh!!!
Dughh!!!
Whusshh!!
Krakkk!!!
Krakk!!
Alvin dan Rendra mengamuk. Mereka menghajar semua anggota Black Panther dengan brutal, tapi tidak menghajar titik vital. Semua anggota Black Panther hanya dipatahkan tangan dan kaki mereka menggunakan benda tumpul yang direbut Alvin dan Rendra saat bertarung tadi.
"Apa!! Tidak mungkin, siapa kedua monster ini!?"
ucap Roger yang sangat terkejut hingga terjatuh karena berjalan mundur.
"Kalian bertiga, kempeskan ban motor mereka semua. Ini sebagai pelajaran bagi mereka karena sudah berani menyinggungku,"
ucap Alvin memberikan instruksi pada Gilang dan yang lainnya yang masih tercengang melihat Alvin dan Rendra mampu menghabisi semua anggota Black Panther dalam sekejap.
---
"Sekarang giliranmu. Aku sudah lama kesal saat melihatmu,"
lanjut Alvin sambil berjalan mendekat ke arah Roger, yang sudah sangat ketakutan. Baru kali ini dia merasa sangat takut, sekarang dia mengerti perasaan orang-orang yang sudah ditindasnya.
"Tidak, jangan mendekat! Keluargaku keluarga terkaya nomor tiga di Kota Kembang,"
ucap Roger yang akhirnya menggunakan nama keluarganya untuk mengancam Alvin.
"Memangnya aku peduli?"
ucap Alvin sambil menginjak kaki Roger.
Krakkkk!!!!!
"Arrghhhh bajingan! Ayahku pasti tidak akan melepaskanmu!!!"
Roger menjerit kesakitan saat kakinya dihancurkan Alvin.
"Aku juga mau, Al,"
ucap Rendra lalu menginjak kaki Roger yang satunya lagi.
Krak!!!!!
Roger langsung pingsan karena tidak kuat menahan sakit akibat kedua kakinya yang hancur.
"Aku belum puas, Ren. Dia masih punya kaki ketiga,"
ucap Alvin sambil menginjak burung perkutut Roger.
Krak!!
Hancur sudah masa depan Roger. Kini dia hanya bisa menjadi kasim seumur hidupnya. Setelah melakukan itu Alvin langsung tersenyum pada semua anggota geng Black Panther yang masih terbaring di tanah dan serempak menutupi burung perkutut mereka.
"Dasar iblis..."
batin semua anggota Black Panther, tapi tidak ada yang berani bicara karena takut Alvin akan menghabisi mereka juga.
---
"Sudah dikempeskan semua?"
ucap Alvin pada Gilang setelah kembali ke motornya dan kembali memakai jaketnya.
"Sudah beres, ketua. Kami nggak hanya mengempeskannya, tapi menghancurkan ban motor mereka,"
ucap Gilang yang semakin mengagumi Alvin. Dia merasa seperti berhadapan dengan seorang mafia saat berhadapan dengan Alvin.
"Bagus. Ngomong-ngomong, bisa nggak manggilnya jangan ketua, panggil seperti biasa saja. Aku sedikit nggak terbiasa,"
ucap Alvin.
"Gak bisa ketua, ini sebagai bentuk penghormatan kami padamu sebagai ketua The Falcon,"
ucap Gilang.
"Benar ketua, kami akan menjadi contoh untuk anggota baru kita nanti,"
ucap Bima yang setuju dengan perkataan Gilang.
"Baiklah, terserah kalian saja,"
ucap Alvin sambil naik ke motornya.
---
"Kita langsung pulang, ketua?"
ucap Rendra yang ikut-ikutan memanggil Alvin ketua.
"Kamu jangan ikut-ikutan, Ren. Aku pukul kamu nanti,"
ucap Alvin yang tidak suka Rendra memanggilnya ketua.
"Hehehe iya, Al. Apa kita langsung pulang?"
ucap Rendra sambil terkekeh.
"Lang, mana rekeningmu? Aku mau transfer uang untuk membuat baju geng kita,"
ucap Alvin pada Gilang, setelah menerima hadiah balapan tadi dan hasil penjualan motor yang dia menangkan.
"Gak usah ketua, aku masih bisa menangani uang untuk membuat pakaian kita,"
ucap Gilang.
"Jangan banyak protes. Jangan pakai uang keluargamu untuk kegiatan kita,"
ucap Alvin.
Setelah mendengar perkataan Alvin, Gilang langsung memberikan nomor rekeningnya dan Alvin langsung mentransfer sembilan puluh juta ke rekening Gilang.
"Aku sudah transfer sembilan puluh juta ke rekeningmu. Gunakan uang itu untuk membuat baju, sisanya simpan dulu. Saat sudah terkumpul banyak nanti bisa kita gunakan untuk membeli markas,"
ucap Alvin.
"Baik, ketua,"
ucap Gilang yang sudah menerima pemberitahuan uang masuk ke rekeningnya.
---
"Kami pulang dulu, kalian hati-hati saat pulang,"
ucap Alvin pada Gilang dan yang lainnya. Mereka tidak searah jadi memutuskan untuk berpisah di sana.
"Baik, ketua,"
ucap mereka bertiga serempak.
Setelah itu Alvin dan Rendra langsung melajukan motor baru mereka kembali ke kontrakan. Dua puluh menit kemudian Alvin dan Rendra sudah tiba.
Saat hendak memasukkan motor ke dalam kontrakan, mereka harus menyingkirkan dulu sofa yang ada di ruang tamu.
"Sepertinya kita harus menyewa satu kontrakan lagi, Al,"
ucap Rendra yang berkeringat saat memindahkan sofa tadi.
"Kamu benar, Ren. Tapi aku malas ketemu sama ibu kontrakan, nanti dia memintaku memanggilnya kakak lagi,"
ucap Alvin.
"Besok biar aku saja yang menemuinya. Aku akan merayunya supaya memberikan diskon,"
ucap Rendra yang tidak masalah memanggil pemilik kontrakan dengan panggilan kakak.
"Terima kasih, Ren. Pengorbananmu akan aku ingat,"
ucap Alvin.
"Sialan kamu, Al. Aku bukannya ingin berperang, dari mana bentuk pengorbanannya?"
ucap Rendra.
Setelah itu mereka berdua mandi bergantian lalu segera beristirahat karena besok harus bersekolah.
---
Saat membuka ponselnya, Alvin melihat beberapa panggilan dari Azalea dan Diandra. Alvin tidak menelpon mereka kembali karena sudah terlalu malam.
---
Pagi hari
Alvin dan Rendra sama-sama bangun agak siang. Mereka tidak sempat lagi membuat sarapan, jadi langsung bergegas mandi dan berganti pakaian.
Pukul tujuh kurang sepuluh menit mereka sudah selesai dan langsung mengeluarkan satu motor saja karena sedang buru-buru.
Sementara itu di sekolah, Azalea dan Diandra sedang kebingungan karena Alvin belum datang.
"Lea, kira-kira Alvin ke mana ya? Biasanya dia datang paling cepat,"
ucap Diandra.
"Gak tau juga, Dian. Tadi malam aku menelponnya juga gak diangkat,"
ucap Azalea.
Tak lama kemudian Alvin dan Rendra buru-buru masuk ke kelas karena bel sudah berbunyi.
"Hah, untung tepat waktu, Ren. Pintu gerbang hampir aja ditutup,"
ucap Alvin sambil menghela napas lega.
Saat Azalea dan Diandra ingin bertanya mengapa mereka hampir terlambat, guru sudah masuk ke kelas mereka, jadi keduanya mengurungkan niat dan akan bertanya saat istirahat nanti.
Bersambung...