seorang sena baru mengetahui kalau dia adalah hanya anak angkat dari seorang kiyai, ia diasuh dalam lingkungan pondok sejak usianya tiga tahun, setelah dewasa dan mendapatkan gelar sarjananya ia malah mendapatkan tugas dari sang kiyai untuk kembali pada orang tua kandungnya yang wajahnya saja sena lupa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imam Setianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 31
"Begini saja pak yahya, uang yang dari sini ada berapa, nanti kekurangannya biar saya yang menanggung, pokoknya samapi gedungnya jadi dan bisa di gunakan dan di tempati!" Ucap pak budi lagi.
"Gimana sen?" Tanya pak yahya pada sena.
"Gini saja bapak bapak, biar kita sama sama enak, dan jadinya kita tidak menghalangi orang untuk bershadaqah, uang yang di pegang pak yahya serahkan saja sama pak budi, nanti terserah pak budi mau menyumbang material berapa, dan kalau nantinya pak budi merasa kurang dengan uang itu, di mohon pak budi segera beri tahu kami!" Ucap sena pada akhirnya.
"Setuju, gimana pak budi, saya sekarang pegang uang sumbangan dari orang baik sebesar lima puluh juta, nanti saya serahkan semua sama pak budi untuk pengadaan material pembangunan gedung TPA sampai selesai, untuk masalah upah pekerja biar nati saya sama sena yang memikirkannya, jika suatu nanti pak budi merasa berat biar nanti kami tambah lagi uang buat materialnya, bagaimana pak budi?" Kata pak yahya.
"Iya pak yahya, insya Allah uang lima puluh juta sudah cukup, nanti tinggal bilang saja keperluan yang harus segera di adakan, insya Allah akan segera saya kirim!" Jawab pak budi.
"Alhamdulillah semua berjalan lancar, berarti pak RT mulai hari ini segera mencari tukang, supaya besok bisa langsung kerja menggali tanah untuk pondasi, dan pak budi besok sudah bisa langsung kirim pasir, batu dan semen, bisa juga di tambahkan besi!" Ucap pak yahya lagi.
"Siap!" Jawab pak RT dan pak budi hampir bersamaan.
Pertemuan membahas pembangunan TPA/TPQ pun selesai, semua orang berpamitan untuk pulang, begitu juga sena yang berpamitan akan ke rumah pak budi untuk melihat dan membantu ibunya pak budi.
Pak yahya yang sekarang begitu penasaran pada sena minta ikut ke rumah pak budi, ia sangat ingin melihat kemampuan sena yang lainnya, sedangkan bapak kembali ke rumah untuk membantu lik cipto dan lik dar persiapan memberi makan bebek.
Sampai di rumah pak budi sena dan pak yahya di persilahkan duduk di ruang tamu, bu ratna istrinya pak budi menyuguhkan kopi, setelahnya barulah obrolan di mulai oleh pak budi yang menceritakan kembali soal kejadian yang di alami oleh ibunya.
"Boleh saya masuk dan melihat kamar ibunya pak budi?" Tanya sena kemudian.
"Ah, iya, silahkan mas!" Jawab pak budi mempersilahkan sena masuk ke kamar ibunya.
Dalam pemikiran pak budi dan pak yahya mungkin sena akan melihat atau berkomunikasi dengan mahluk astral penghuni kamar yang selalu mengganggu ibunya pak budi, namun dalam kenyataanya sena hanya ingin melihat suasana kamar tersebut.
Saat sudah masuk kamar dengan di ikuti pak budi dan pak yahya sena mengedarkan pandangannya memindai setiap sudut kamar dan beberapa kali pandangan sena tertuju pada satu sisi tembok dengan banyaknya bercak jamur tembok akibat terlalu lembab atau bekas kena rembesan air dari atas.
"Pantas saja!" Ucap sena dalam hati sambil tersenyum laku melangkah keluar dari kamar dengan santai nya.
"Bagaimana mas, apa yang mas sena lihat dan apa yang harus saya lakukan, saya kasihan melihat ibu yang harus tidur di depan tv terus!?" Ucap pak budi setelah mereka kembali duduk di ruang tamu.
"Kalau kasihan ya tembok kamarnya di cat dengan cat yang bagus pak, kalau bisa yang warna putih!" Jawab sena.
"Oooh, penunggunya minta kamarnya di cat, apa ada lagi permintaan yang lainnya mas yang harus saya turuti!?" Tanya pak budi lagi, sedangkan pak yahya hanya menyimak saja.
"Hahahahaha.....!".kali ini sena tak bisa menahan tawanya, sebab apa yang di katakan pak budi sangat lucu bagi sena.
"Pasti pak budi sama pak yahya mengira di kamar ada mahluk gaib nya, dan mengira saya sudah berdiskusi dengan mahluk gaib itu kan?" Ucap sena setelah tawanya sedikit reda.
"Iya mas, lalu kenapa mas sena bisa menyimpulkan kalau saya harus mengecat tembok kamar?" Tanya pak budi masih tidak mengerti, demikian juga pak yahya semakin bingung dengan sena.
"Hehehehe....,biar saya jelaskan sama pak budi dan pak yahya, tapi maaf sebelumnya saya tidak bermaksud menggurui, kita umat muslim memang di wajibkan percaya pada yang gaib, karena itu adalah sebagian dari rukun iman, tapi dalam beriman itu kita juga harus menggunakan logika!" Ucap sena menjeda penjelasannya untuk menghisap rokoknya.
"Mahluk gaib itu memang ada dan benar benar ada, tapi mereka tidak sehebat itu bisa sesukanya menampakan diri pada manusia yang sejatinya mahluk Allah yang paling sempurna, yang di alami oleh ibunya pak budi adalah efek bias cahaya yang masuk pada lensa mata!" Kata sena lagi.
"Saat malam hari saya yang masih muda saja kadang masih tertipu dengan cahaya lampu yang memantul pada daun pisang yang bergoyang kena angin karena kadang mirip mahluk gaib yang sedang terbang, apalagi ibunya pak budi yang sudah sepuh, cahaya lampu kamar yang memantul ke dinding yang penuh dengan bercak jamur bisa membentuk seperti rupa sosok gaib lalu tertangkap masuk ke lensa mata ibunya pak budi, dan menganggap itu penampakan!" Terang sena.
"Kalau pak budi sama pak yahya masih belum percaya, coba tanya sama ibunya, pasti yang beliau lihat hanya wajah saja bukan wujud sepenuhnya!" Kata sena lagi.
Pak budi pun beranjak ke dalam untuk menanyakan pada ibunya memastikan apakah yang di ucapkan sena sama dengan yang di lihat ibunya.
"Betul mas, kata ibu saya yang beliau lihat hanya muka saja tanpa badan!" Kata pak budi setelah kembali ke ruang tamu.
"Hehehehe......, ya memang begitu pak, makanya banyak orang yang gampang tertipu oleh dukun atau paranormal, kalau, maaf, pemikirannya masih seperti itu, melihat sesuatu yang sedikit aneh saja sudah di kaitkan dengan hal mistis!"Ucap sena.
"Oooh, berarti jadi dukun itu ternyata gampang ya sen, cuma bermodal kata kata yang bisa meyakinkan pasien?" Tanya pak yahya.
"Betul pak, makanya tadi saya katakan, beriman pada yang gaib itu wajib, tapi harus menggunakan logika juga!" Jawab sena.
"Ooohh, begitu, saya jadi malu mas, merasa bodoh banget, sampai hal segitu saja tidak tahu, hehehehe....!" Ucap pak budi.
"Semua orang punya kepintaran dan kebodohannya masing masing pak, saya akan bodoh kalau di minta menghitung berapa biaya untuk membangun satu rumah, karena saya bukan ahlinya, hehehe.... !" Jawab sena.
"Iya sen, saya paham sekarang, dan memang sungguh Allah maha adil!" Kata pak yahya.
""Ya wis, karena masalahnya sudah beres, tinggal pak budi menyuruh orang untuk mengecat kamar saja, kita pamit sekarang pak yahya!?" Ucap sena.
"Ya ayo sen!" Jawab pak yahya.
"Pak budi kami permisi dulu, hanya mengingatkan kamarnya segera di cat, nanti kalau sudah di cat coba tanya sama ibunya masih suka melihat hal yang aneh apa engga!?" Kata sena berpamitan pada pak budi.
"Iya mas, besok langsung saya suruh orang untuk di cat, dan untuk soal material besok saya kabari pak yahya kalau mau kirim barang!" Jawab pak budi.
"Siap pak budi, terimakasih, besok saya akan stay di mushola!" Kata pak yahya.
Setelah saling jabat tangan dan berbalas salam dengan pak budi sena dan pak yahya pun pulang dengan jalan kaki, sebab rumah pak budi hanya beda RT saja, kecuali tokonya memang ada di komplek balai desa.